Latest News

Sunday, August 3, 2014

ARGUMENTASI DAN THEOLOGIA DALAM MEMBERITAKAN INJIL




KATA PENGANTAR DARI PDT. BUDI ASALI, M.DIV



Ini adalah sebuah buku tentang penginjilan pribadi, tetapi bahan2 dalam buku ini juga bisa digunakan dalam penginjilan massal (melalui khotbah).

Ada banyak cara/metode dalam penginjilan pribadi, dan saya berpendapat bahwa setiap org harus mempelajari sebanyak mungkin cara/metode, dan lalu memilih yg paling cocok baginya, atau menggabung-gabungkan beberapa cara/metode bagi dirinya sendiri.

Ada banyak org yg beranggapan bahwa penginjilan pribadi tidak boleh dilakukan dengan argumentasi, sehingga mereka lalu menciptakan cara penginjilan pribadi seperti itu (tanpa argumentasi). Tetapi saya beranggapan bahwa tidak salah untuk berargumentasi pada waktu melakukan penginjilan pribadi, selama kita bisa melakukannya dengan baik. Kita melihat bahwa dalam Kitab Suci, rasul-rasul dan orang2 Kristen melakukan penginjilan dengan menggunakan argumentasi. Misalnya: Paulus dalam Kis 9:22,29; 15:2; 17_17-18; 18:4; 19:8-9; 28:32b, Stefanus dalam Kis 6:9-10, Apolos dalam Kis 18:28. Jadi jelas bahwa berargumentasi dalam pemberitaan Injil tidak harus salah.

Saya sendiri termasuk org yg senang berargumentasi, dan sering memberitakan Injil, baik secara pribadi maupun secara massal, dengan menggunakan argumentasi. Karena itu, saya menulis buku ini, yg mengajarkan bagaimana memberitakan Injil dengan menggunakan argumentasi. Buku ini juga mencakup pelajaran yg mengajarkan bagaimana menjawab keberatan2 dari orang2 yg kita Injili.

Untuk bisa memberitakan Injil dengan menggunakan argumentasi, jelas bahwa si pemberita Injil membutuhkan pengertian Kitab Suci yang lebih banyak, karena ia harus bisa menjawab keberatan/serangan dari orang yang ia Injili. Karena itu, dalam buku ini saya juga menambahkan theologia/doktrin2 yang berkenaan dengan penginjilan, untuk menyuplai kebutuhan pengertian Kitab Suci tersebut. Dan karena itu, maka sesuai dengan isinya, buku ini saya beri judul �ARGUMENTASI DAN THEOLOGIA DALAM MEMBERITAKAN INJIL.�

Kalau saudara adalah org yg seperti saya, dalam arti bahwa saudara senang berargumentasi, maka buku ini mungkin cocok bagi saudara. Dan kalaupun saudara bukan orang yg senang berargumentasi, theologia/doktrin2 yg berkenaan dengan penginjilan dalam buku ini tetap bisa sangat berguna bagi saudara.
Saya berdoa dan berharap agar buku ini bisa betul2 berguna bagi saudara dalam memberitakan Injil, dengan atau tanpa argumentasi, secara pribadi ataupun secara massal, supaya banyak org bisa dibawa kepada Kristus, dan pada akhirnya Tuhan dipermuliakan melalui semua ini.



DAFTAR ISI

A. Mengapa Kita Harus Memberitakan Injil ?
B. Yesus : Satu - satunya Jalan Ke Surga
C. Syarat-syarat Penginjil Pribadi Yang Baik
D. Cara Memberitakan Injil
E. Penolakan Terhadap Injil & Cara Mengatasinya
F. Orang Kristen Duniawi
G. Macam - macam   Iman
H. Apendix: Pembahasan Yakobus 2:14-26




PEMESANAN:
Buku setebal +/- 130 halaman ini bisa di pesan kepada:
Pdt. Budi Asali
HP: 7064-1331 / 6050-1331 / 0819-455-888-55
Email: buas22@yahoo.com
Harga buku: Rp. 32.000,- (belum termasuk ongkos kirim).

Sunday, March 2, 2014

RABU ABU



Oleh: Yabina Ministry




"Ada pertanyaan dikalangan jemaat gereja tertentu karena belakangan ini di gerejanya diperingati perayaan Rabu Abu yang tahun ini jatuh pada tanggal 5 Maret 2014. Perayaan apakah itu?"



Rabu Abu atau dies cinerum (bhs Latin) dan ash Wednesday (bhs Inggeris) adalah hari pertama dari 40 hari puasa sebelum Paskah. 40 hari yang diisi puasa wajib dikenal sebagai perayaan Lent meniru lamanya puasa yang pernah dilakukan oleh Musa, Elia dan Yesus (40 hari tidak termasuk 6 hari minggu dimana hari minggu dianggap hari kemenangan karena Tuhan Yesus telah bangkit yang jatuh pada hari minggu).

Gagasan puasa dengan bermandikan abu dilandaskan pengalaman dalam Perjanjian Lama (Bil.19:9,17; Ayb.42:6; Yer.6: 26; Dan.9:3; Jun.3:6) yang juga disebut dalam Perjanjian Baru (Ibr. 9:13), dimana mereka yang mengaku dosa dan bertobat melakukan perkabungan dengan menaburkan abu ke tubuhnya memohon pengampunan Tuhan, dalam PL Abu kurban bakaran yang digunakan adalah abu kurban bakaran lembu muda.

Dalam sejarah gereja, perayaan Rabu Abu berkembang dalam tradisi gereja Katolik dan tercatat dalam Sakramen Gelasian (abad ke-7)  dan juga Gregorian (abad ke-8). Pada abad ke-11 kemudian dirayakan sebagai bagian liturgi mengawali 40 hari puasa sebelum paskah (lent) dimana disusul perayaan Hari Kebangkitan Yesus.

Dalam Rabu Abu, abu yang digunakan adalah abu pembakaran daun palem yang digunakan dalam perayaan minggu palem pada tahun sebelumnya dan seperti dalam Perjanjian Lama melambangkan pengakuan dosa dan pertobatan untuk memohon pengampunan dosa, dan dilakukan didepan altar pada saat permulaan misa. Upacara umumnya dipimpin pastor dengan menaburkan abu yang telah diberkati keatas kepala atau mengoleskan abu palem yang biasanya dicampur air suci atau minyak zaitun ke dahi umat dalam bentuk tanda salib disertai ucapan: "Ingatlah, engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu" (Kej.3:19).

Ketika terjadi skisma gereja pada tahun 1057, Gereja Orthodox Timur tidak merayakannya sekalipun mereka merayakan lent dalam bentuk berbeda sedangkan Gereja Roma Katolik meneruskan perayaan Rabu Abu itu. Sejak Reformasi (1517) gereja Lutheran dan Anglican tetap merayakannya tetapi mereka meniadakan penggunaan abu maupun praktek puasa, sedangkan umumnya Gereja Reformasi (Protestan) dan gereja-gereja bebas umumnya melepaskan perayaan itu dengan pengertian bahwa yang penting bukan lambang pertobatan melainkan pertobatan batin yang ditandakannya dan karena dalam Alkitab semua hari dipandang sama saja maka tidak perlu ada hari khusus atau yang dianggap suci untuk merayakan hal-hal yang tidak disuruh Yesus.

Sejak Konsili Vatikan II (1962-63) dimana mulai terjalin hubungan dekat antara gereja Roma Katolik dan gereja-gereja Reformasi, mereka saling melihat kekayaan tradisi dalam penanggalan gereja masing-masing, banyak gereja Protestan mulai tertarik menggali kembali perayaan Rabu Abu, itulah sebabnya masakini beberapa gereja mempraktekkan perayaan Rabu Abu sekalipun pada umumnya tanpa menggunakan abu dan hanya lambang salib dan tidak menjalankan puasa seperti yang dilakukan gereja Roma Katolik.

Dibalik kegairahan kembali akan ritual Rabu Abu dan Puasa yang menyusulnya di kalangan gereja-gereja masakini, kita diingatkan untuk tidak mengulang kesalahan umat Israel yang disampaikan Firman Tuhan melalui peringatan nabi Yesaya (Yes.58) tentang ritual Perjanjian Lama yang cenderung menekankan bungkus tetapi mengabaikan isi, melainkan agar menjadikan bungkus itu menyatu dan sesuai dengan isinya:

58:3 "Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?" Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu.

58:4 Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.

58:5 Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?

58:6 Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,

58:7 supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!

58:8 Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.

58:9 Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku!
Tentang Puasa, Tuhan Yesus juga mengingatkan agar kita menggunakan bungkus yang baru agar menyatu dengan isi yang baru sehingga keduanya terpelihara seperti yang ditulis sesuai yang ditulis oleh Matius (9:17, lih.juga.Mar.2:22 dan Luk.5:37-38):

Mat 9:17 "Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya."


A m i n !


Sumber: Yabina Ministry - http://www.yabina.org/