Latest News

Sunday, October 23, 2011

APAKAH ALKITAB SUDAH DIPALSUKAN? SEBUAH APOLOGI ATAS PANDANGAN UMAT ISLAM (BAGIAN KEDUA)

APAKAH ALKITAB SUDAH DIPALSUKAN? SEBUAH APOLOGI ATAS PANDANGAN UMAT ISLAM (BAGIAN KEDUA)
Oleh: Albert Rumampuk

Setelah dibagian pertama dari tulisan ini saya telah menunjukkan latarbelakang historis dan kredibilitas dari Alkitab, maka dibagian kedua dari tulisan ini, saya akan menjawab serangan para pengkritik dari umat Islam tentang sudah ‘dipalsukannya’ Injil / Alkitab itu.

Setahu saya, tidak semua umat Islam mengakui bahwa Alkitab yang dipakai umat Kristen sudah di manipulasi, direkayasa atau dipalsukan oleh tangan manusia. Namun kenyataannya, memang ada orang-orang tertentu dalam Islam yang terang-terangan mengatakan bahwa Alkitab itu telah mengalami perubahan, perombakan atau tidak asli lagi. Anggapan seperti ini diyakini karena didasari pada kata-kata dari Al-Qur’an dan bahkan Alkitab itu sendiri.

Para pengkritik dari kaum Islam juga telah menerbitkan buku-buku yang mendiskreditkan Alkitab, seperti ‘Jesus Prophet of Islam’ (Muhammad ata ur-rahim), tulisan Mokoginta L, Insan yang berjudul ‘Mana yang Porno: Alkitab atau Alquran?’ dan bahkan ada yang menterjemahkan buku dari para teolog liberal seperti ‘Salib di Bulan Sabit’ yang ditulis oleh seorang penganut kritik historis, Jerald F. Dirk, dengan judul asli The Cross & The Cresent.

Sayangnya, tuduhan yang dilontarkan para kritikus dari umat Islam tentang adanya ‘pemalsuan’ Alkitab, tidak didukung oleh fakta sejarah yang valid. Seperti, kapan Alkitab itu dipalsukan? Oleh siapa? Atau bahkan menunjukkan kutipan dari para ahli sejarah seperti yang saya lakukan untuk membuktikan kebenaran Alkitab.

Dalam beberapa forum dialog Kristen-Islam, saya sudah berkali-kali mempertanyakan hal ini, tetapi tak satupun yang bisa menjawabnya! Seorang anggota forum bernama Arda Chandra (yang mengutip dari Alkitab), memang menyatakan ‘pemalsuan’ itu dilakukan setelah Musa dan Isa sudah tidak ada lagi, tetapi itu didasari pada penafsiran yang eisegesis!

Ada lagi sebagian umat Islam yang menyatakan bahwa titik awal terjadinya pengubahan / pengeditan Alkitab, itu dilakukan pada tahun 325 M yaitu saat diadakannya sidang Nicea. Tetapi sayang seribu sayang, ini justru membuktikan bahwa penuduh ini ‘buta sejarah’!

Benarkan Alkitab sudah dipalsukan?

Kelihatannya para pengkritik dari umat Islam sangat yakin bahwa Alkitab telah di manipulasa dan dirubah. Benarkah Alkitab sudah dipalsukan? Sekarang saya akan menanggapi bebagai tuduhan para pengkritik dari umat Islam tersebut.

Tuduhan Pertama

“Ali Ibn Hazm (994-1064) dalam bukunya Al-Fashlu fi al-Milal wa al-Ahwa wa al-Nihal, pada gilirannya melancarkan perang teologis yang terutama diarahkan untuk menyerang integritas Alkitab Kristen… Ibn Hazm secara konfrontatif menulis mengenai apa yang dianggapnya “pertentangan-pertentangan dan pemalsuan yang terang-terangan dalam kitab yang disebut oleh kaum Yahudi Taurat dan kitab-kitabnya yang lain, serta dalam Injil yang empat.” (The History of Allah, Bambang Noorsena, Penerbit ANDI, hal 56)

Tanggapan saya:

Ini kelihatannya merupakan tuduhan yang paling awal dari umat Islam, karena sepanjang pengetahuan saya, dalam empat abad pertama (tahun 600-1000 M) setelah wafatnya Muhammad, nabi dari umat Islam, tidak ada satupun dari para ulama yang menuduh bahwa ayat-ayat dalam Alkitab / Injil itu sudah dipalsukan.
Mungkin ada yang mempertanyakan umat Kristen pada saat itu, tetapi bukan mempersoalkan kesahihan Injil, tetapi sedang menyoroti penafsiran umat Kristen terhadap ayat-ayat Alkitab. Jika demikian, bukankah secara implicit, umat Islam (sebelum Ibn Hazm menulis bukunya), sebenarnya mengakui bahwa Alkitab / Injil itu sahih?    


Menurut Bambang Noorsena, “pada zaman Ibn Hazm menulis bukunya tersebut, perjumpaan Islam-Kristen sudah bergeser dari hubungan yang bersifat alamiah cultural ke arah apologetic dan polemic, karena tantangan umat Islam pada waktu itu ialah bagaimana membangun soliditas ajaran teologis menghadapi komunitas intelektual Kristen, yang dianggap sebagai ancaman serius bagi mereka” (The History of Allah, Bambang Noorsena, Penerbit ANDI, hal 57).

Saya menyoroti kata-kata “ancaman serius” pada kutipan diatas. Apakah yang dimaksudkan adalah bahwasannya umat Islam takut / khawatir jika para intelektual Kristen itu akan memurtadkan umat Islam sehingga keberadaan mereka disana menjadi sebuah ancaman yang serius dan karena itu, mereka lalu berusaha mencari ayat-ayat Alkitab yang diyakini sebagai ‘kontradiksi’? Jika tuduhan ‘pemalsuan’ Alkitab itu didasari pada motif seperti ini, jelas sekali menunjukkan bahwa itu hanyalah sekedar tuduhan yang dicari-cari hanya demi menyelamatkan kelestarian agama Islam.

Lalu bagaimana dengan tuduhan adanya ‘pertentangan / kontradiksi’ dalam Alkitab yang dijadikan bukti bahwa Alkitab sudah dipalsukan? Jawab: Adanya hal-hal yang sepertinya terlihat ‘kontradiksi’, memalukan, dsb, justru membuktikan bahwa Alkitab itu belum mengalami perubahan / pengeditan!

Sebagai contoh, dalam Alkitab ada hal-hal yang memalukan (khususnya bagi orang Yahudi). Ruben anak tertua diceritakan melakukan insect dengan Bilha ibu tirinya (Kej 35:22). Itu dosa yang paling memalukan! Kalau memang sudah ada pengeditan, kenapa tidak di edit? Bukankah ini bisa diserang oleh para pengkritik untuk menyatakan bahwa Alkitab adalah Kitab suci ‘porno’?

Yang kedua, ada bagian-bagian tertentu dalam Alkitab yang terlihat seperti ‘kontradiksi’. Seperti dalam Ef 2:15 dikatakan bahwa Yesus telah membatalkan hukum Taurat, tetapi dalam Mat 5:17 disebutkan bahwa Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat. Ini adalah hal-hal yang seharusnya mendapat perhatian serius dari para ‘pemalsu’ Alkitab. Tapi mengapa tetap disalin??

Sekali lagi saya tekankan, jika memang telah terjadi ‘pengeditan / pemalsuan’ Alkitab, lalu mengapa orang Yahudi dan Kristen tetap mempertahankan hal-hal yang semacam demikian??

Dalam Alkitab, kita memang bisa menemukan perbedaan-perbedaan. Tetapi itu bukan bukti bahwa Alkitab salah, “Sebab perbedaan-perbedaan tersebut  justru megungkapkan kekayaan data informasi, yang sebenarnya bukan kontradiksi melainkan kesukaran-kesukaran yang memerlukan hikmat ilahi dalam pemahamannya” (Inerrancy, Ketaksalahan Alkitab, Dr. Arnold Tindas. hal 90).


Tuduhan Kedua

Rahmatullah Alhindih: “Orang-orang pemeluk agama samawi seperti Yahudi dan Kristen telah merusak keaslian Wahyu, terutama tentang dasar keimanan monoteisme, kebangkitan dan misi para nabi terdahulu. Alqur’an berulangkali menjelaskan hal ini dengan menggunakan berbagai gaya untuk menarik perhatian. Peristiwa di masa nabi-nabi tersebut dijelaskan dalam ayat berulang-ulang dengan gaya yang berbeda, menunjukkan kefasihan ketuhanan dalam ayatnya”  (‘Mukjizat Al-Quran dalam pandangan Rahmatullah Alhindi’, Alhindi dan Deedat, Mukjizat Al-Quran Versi Kristolog, terj. Masyhud [Surabaya: Pustaka Da’I, 2000], 117).

Tanggapan saya:

Ada tiga hal yang dijadikan dasar oleh Alhindih untuk membuktikan bahwa keaslian wahyu Alkitab / Injil telah ‘dirusakkan’, yaitu “dasar keimanan monoteisme, kebangkitan dan misi para nabi terdahulu”. Saya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan “kebangkitan dan misi para nabi terdahulu”, apakah maksudnya misi para nabi terdahulu adalah mengajarkan monotheisme?

Sepertinya Alhindih sedang menolak keilahian Yesus dan menunjukkan bahwa ajaran Alkitab tentang itu, sudah tidak asli lagi. Hal yang senada juga diungkapkan oleh seorang Islam lain yang bernama Arda Chandra.

Mungkin mereka lupa atau mengabaikan Perjanjian Lama / Taurat sebagai Kitab suci yang ada ribuan tahun sebelum Al-Qur’an, dimana dalam kitab itu terdapat nubuatan tentang kelahiran Yesus yang adalah Allah itu sendiri (misalnya Yes 9:5):

“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” 

Banyak orang yang anti Trinitarianisme (termasuk Islam) menganggap bahwa ini bukan berbicara tentang Yesus. Ada yang mengatakan bahwa ayat ini bicara tentang anak raja Ahas, dsb. Tetapi semua gelar ini (‘Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, dan Raja Damai’) sangatlah mustahil untuk diterapkan pada manusia yang bukan adalah Allah.

Ajaran ini kemudian diteruskan oleh Perjanjian Baru / Injil yang juga adalah Kitab Suci Kristen, yang telah ada sebelum Muhammad menerima ‘wahyu’.  Ayat-ayat seperti Yoh 1:1; 1 Yoh 5:20; Titus 2:13; Ibr 1:8, dst, adalah beberapa ayat yang menyatakan secara eksplisit bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang sejati.
Lalu apakah Taurat (Perjanjian Lama) dan Injil (Perjanjian Baru) tidak mengajarkan monotheisme? Baik PL maupun PB, sama-sama mengajarkan monotheisme! Ini terlihat dari banyak ayat-ayat dalam Alkitab, diantaranya:


Ulangan 4:35  “Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia.”

Ulangan 6:4 “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”

Maz 86:10  “Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah.”

Yes 44:6  “Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: ‘Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku.’”

1Tim 2:5  “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.

1Kor 8:4  “Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’"

Yak 2:19  “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.”

Pertanyaannya adalah, ‘apa dasar Alhindi untuk menuduh Yahudi dan Kristen tidak mengajarkan monotheisme?’ Bukankah ajaran monoteisme itu ada dalam Taurat (Kitab Suci Yahudi) dan Perjanjian Baru / Injil yang juga adalah Kitab Suci Kristen? Apakah hanya karena itu berbeda dengan ajaran ‘monoteisme’ yang dilaporkan Al-Qur’an? Perjanjian Lama (Taurat) adalah Kitab Suci sebelum Al-Qur’an ada dan telah digunakan dan dipelihara oleh orang Yahudi secara ketat. Terlepas dari bagaimana penafsiran mereka terhadap ayat-ayat di PL / Taurat, tetapi yang jelas, orang Yahudi terkenal sebagai orang yang sangat menghormati Taurat, dan tentunya sangat tidak masuk akal jika mereka memasukkan ajaran lain (yang bukan di wahyukan Allah) sebagai tambahan pada Kitab Suci Taurat / PL.

Alhindi mengakui bahwa ‘perusakan’ wahyu Allah itu (Alkitab) oleh Yahudi dan Kristen, didasarinya pada kata-kata dalam Al-Quran. Pertanyaan selanjutnya adalah dari mana para penulis Al-Qur’an tahu bahwa orang Yahudi dan Kristen telah merusak keaslian wahyu Allah itu? Adakah bukti sejarah yang mencatatnya? Perlu diketahui, Yahudi dan Kristen itu saling bertolak belakang! Orang Yahudi sebenarnya anti pada Kristen. Yahudi gunakan PL, tetapi Kristen gunakan PL + PB, bagaimana mungkin bersatu untuk ubah Alkitab? Jika sudah diubah mengapa Yahudi tetap gunakan PL dan Kristen tetap memakai Alkitab, padahal sudah dibuat salah???

Sebenarnya Rahmatullah Alhindih mengakui adanya ‘Alkitab’ yang asli, sebelum mengalami pemalsuan: “Alkitab sebenarnya, menurut Alhindih, memuat wahyu yang asli, yang diulang dalam bentuk deskripsi dalam Al-Qur’an, khususnya tentang tauhid (dasar keimanan monoteisme), hari kebangkitan dan kehidupan para nabi dahulu. Tetapi para pemeluk agama Yahudi dan Kristen telah merusak keaslian wahyu itu.” (Inerrancy, Ketaksalahan Alkitab, Dr. Arnold Tindas. hal 77).

H.Bey Arifin dalam bukunya ‘Maria, Yesus dan Muhamad’ bahkan mengutip sura Al-Angkabuut 46 yang menjelaskan bahwa umat Islam juga menerima / percaya pada Kitab suci Kristen (Alkitab) seperti mereka juga percaya pada Al-Qur’an. Jadi menurut mereka, posisi Alkitab sebagai wahyu asli sebelum dirusakkan / dipalsukan, itu sebenarnya sejajar dengan Al-Qur’an sebagai Kitab Suci dari Allah.

Nah, jika memang Alkitab yang asli itu memang pernah ada sebelum mengalami pemalsuan, maka silahkan umat Islam menunjukkan mana Alkitab / Injil yang asli itu?

Ketika hal ini saya tanyakan pada seorang Islam, dia sama sekali tak bisa menunjukkannya dan bahkan akhirnya mengakui bahwa memang itu sudah tidak ada saat saya jelaskan tentang autograph. Rupanya para pengkritik dari umat Islam sedang berhayal tentang adanya Alkitab yang asli (autograph) yang sebenarnya sudah tidak ada lagi.

Jika saya memiliki uang yang palsu dan yakin bahwa itu memang palsu, lalu apa dasar dari keyakinan saya itu? Hanya mengatakan “ya, uang itu sudah dipalsukan”? Bagaimana anda bisa tahu bahwa itu memang palsu? Bukankah dengan membandingkannya dengan uang yang asli? Menurut saya hal ini penting, karena jika Alkitab dituduh sudah dipalsukan, maka penuduh itu harus menunjukkan mana Alkitab yang asli itu, lalu gunakan seluruh ajaran didalamnya sebagai dasar argumentasi untuk membuktikan kebenaran tuduhannya itu.
Lucunya, setelah tak bisa menunjukkan Injil yang asli, seorang pengkritik mengatakan bahwa Injil yang asli itu ada dalam Al-Qur’an. 


Jika memang diakui bahwa Alkitab yang asli itu sudah tidak ada, maka yang menjadi pertanyaan saya adalah kapan Alkitab / Injil yang asli itu hilang atau musnah? Sebelum zaman Muhammad, pada zaman Muhammad atau sesudahnya? Siapa penulis Injil yang asli itu? Tahun berapa dia menuliskannya? Bagaimana isi ajaran Injil itu? Apakah umat Islam bisa menunjukkan salinannya, sebelum Injil yang asli itu musnah? Namun jika memang salinannya sudah tidak ada juga, lalu bagaimana mungkin umat Kristen bisa yakin dan percaya bahwa tuduhan dari para pengkritik itu memang benar??

Silahkan para pengkritik dari umat Islam menjawab semua pertanyaan saya ini!

Tuduhan Ketiga

“Ahmed Deedat memandang bahwa ayat-ayat Alkitab merupakan buatan manusia, tidak memiliki sifat ilahi, dan oleh karenanya manusia penulis itu berbuat kesalahan” (‘Mukjizat Al-Quran dalam pandangan Ahmed Deedat’, Alhindi dan Deedat, Mukjizat Al-Quran Versi Kristolog, 39. Dikutip dari Inerrancy, Ketaksalahan Alkitab, Dr. Arnold Tindas. hal 79).

Tanggapan saya:

Saya akan menjawab tuduhan dari Deedat ini dengan memberi dua bukti bahwa Alkitab itu memang adalah Firman Allah / bersifat ilahi dan bukan buatan manusia.

[1]. Alkitab ditulis dalam kurun waktu lebih dari 1500 tahun, dalam lebih dari 40 generasi, oleh sekitar 40 penulis dengan latarbelakang yang berbeda (seorang nelayan, gembala, panglima perang, pembawa minum raja, perdana menteri, dokter, raja, penagih pajak, rabbi, dsb). Diberbagai tempat yang berbeda; Palestina, Babilonia, Yunani, Roma, Asia Kecil, dan dalam tiga benua. Tetapi anehnya, Alkitab bisa bersatu dan harmonis!

Perhatikan ilustrasi dari Pdt. Budi Asali M.Div dalam bukunya ‘Fondasi Kekristenan’:  “Kalau saya memberikan 40 buku kepada 40 orang dan menyuruh mereka menuliskan suatu karangan sesuka hati mereka, maka hasilnya pasti tidak akan bisa dikumpulkan menjadi satu buku. Mengapa? Karena isinya pasti akan bertentangan satu sama lain, atau sama sekali tidak berhubungan satu sama lain. Tetapi kalau saya mengontrol / mengarahkan 40 orang itu, misalnya dengan menyuruh si A mengarang tentang mata manusia, si B tentang telinga manusia, si C tentang jantung manusia, si D tentang paru-paru manusia dst, maka besar kemungkinan hasilnya bisa dibukukan menjadi satu, menjadi buku biologi. Jadi, kalau hasil dari 40 penulis Alkitab itu bisa dibukukan menjadi suatu buku yang bersatu dan harmonis, maka pastilah ada ‘Satu Orang’ yang menguasai / mengontrol dan mengarahkan ke 40 penulis tersebut. Dan siapakah yang bisa menguasai / mengontrol dan mengarahkan 40 orang yang hidup dalam jangka waktu 1500-1600 tahun? Hanya ada ‘Satu Orang’ yang  bisa melakukan hal itu, dan itu adalah Allah sendiri.”


D. James Kennedy menulis:

“Perhatikan bahwa tidak ada penerbit [manusia] yang memesan penulisan Kitab demikian. Tidak ada penyunting yang mengemukakan rencana; tidak ada komite penyunting yang meninjau perkembangannya; tidak ada yang membagi-bagikan garis besar kepada para penulis yang berbeda itu. Meskipun adanya fakta-fakta tersebut, di dalam Alkitab terdapat segala macam sastra, termasuk prosa dan puisi; sejarah dan hukum, biografi dan perjalanan; genealogi, teologi dan falsafah. Dan entah bagaimana, semua unsur ini berpadu untuk memberi kesatuan yang luarbiasa dari Kejadian sampai Wahyu.” (Bagaimana jika Alkitab tidak pernah ditulis? Penerbit Interaksa. hal 14)

Saya yakin kaum Islam akan menolak hal ini dan berusaha untuk mencari ayat-ayat yang kelihatannya ‘bertentangan’ satu dengan yang lainnya. Tetapi seperti yang sudah dikatakan diatas, itu bukan menunjukkan adanya kontradiksi / ketidak harmonisan, melainkan kesukaran-kesukaran yang memerlukan hikmat ilahi dalam pemahamannya. Alkitab adalah Kitab Suci yang diilhamkan oleh pribadi yang Maha Sempurna, tetapi manusia adalah mahluk yang sangat terbatas. Maka wajarlah jika kita menemukan kesukaran-kesukaran didalamnya. Dengan menerapkan sistim hermeneutic yang tepat dan komprehensif, kita pasti bisa memahaminya.

[2]. Semua ramalan (nubuatan) yang tercatat dalam Alkitab digenapi dengan sempurna!
Dalam Perjanjian Lama ada sekitar 2000 nubuatan yang sudah digenapi! Sekitar 333 diantaranya adalah nubuat tentang Yesus. Nubuat tentang berbagai bangsa dan kota, dsb, juga digenapi secara literal.

D. James Kennedy dalam bukunya ‘Bagaimana jika Alkitab tidak pernah ditulis?’ berkata: “Kitab Suci unik, ialah bahwa dalam Perjanjian Lama saja, ada lebih dari dua ribu nubuatan yang sudah digenapkan. Anda akan sia-sia mencari sesuatu yang demikian handal seperti ini di dunia.” (hal 307)

Nubuat-nubuat tersebut diantaranya meliputi nubuat tentang Kristus, mulai dari
Sifat-sifat-Nya: Keberadaannya sebelum segala sesuatu (Mik 5:1), akan menjadi seorang nabi (Ul 18:18), sebagai Imam (Maz 110:4), Hakim (Yes 33:22), Raja (Maz 2:6), disebut Tuhan / Yahweh (Maz 110:1; Yer 23:6).
Garis keturunan-Nya: Keturunan seorang wanita (Kej 3:15), Keturunan Abraham (Kej 22:18), Keturunan Ishak (Kej 21:12), dari suku Yehuda (Kej 49:10), keturunan / anak Daud (2 Sam 7:12-16; Yer 23:5), dsb.
Kelahiran-Nya: Dari seorang perawan (Yes 7:14), dilahirkan di Betlehem (Mikha 5:1), cara kelahirannya (Yes 7:14), dinamakan Imanuel (Yes 7:14).
Kehidupan-Nya: Pendahulu-Nya (Yes 40:3), Misi-Nya (Yes 61:1), Pelayanan-Nya (Yes 53:4), Pengajaran-Nya (Maz 78:2), Presentasi-Nya (Zak 9:9), Penolakan-Nya (Maz 118:22).
Kematian-Nya: Kematian yang menyakitkan (Maz 22), Kematian yang kejam (Yes 52-53).
Kemenangan-Nya: Kebangkitan-Nya (Maz 16:10), Kenaikan-Nya (Maz 68:19).
Dsb.



Nabi Yesaya yang berasal dari Yerusalem menubuatkan kelahiran Kristus sejak 700 tahun sebelum kelahiran-Nya. Nabi Mikha dari kota kecil Moresyet-Gat yang hidup sezaman dengan Yesaya juga menubuatkan kelahiran Kristus. Bahkan, nabi Daud yang menubuatkan penderitaan-Nya, hidup sekitar 1000 tahun sebelum Yesus! Nubuat tentang penghianatan, pengadilan, kematian, dan penguburan Yesus, diucapkan dalam berbagai kesempatan oleh berbagai orang sepanjang lima abad dari tahun 1000 sampai tahun 500 sM. Semuanya itu sungguh-sungguh digenapi secara sempurna!

Dunia memang mengenal apa yang disebut dengan ilmu ramal tetapi tak ada yang memberikan ramalan yang begitu mendetail tentang suatu peristiwa besar yang akan terjadi jauh ke depan.

“Wilbur Smith, yang mempunyai koleksi perpustakaan pribadi sebanyak 25.000 jilid berpendapat bahwa ‘Alkitab satu-satunya buku yang pernah ditulis oleh seseorang atau sekelompok orang, yang didalamnya terdapat sejumlah besar nubuat tentang bangsa-bangsa tertentu, tentang Israel, tentang semua orang dibumi, tentang kota-kota tertentu, dan tentang kedatangan Dia yang akan mejadi Mesias. Dunia purba mengenal berbagai cara untuk melihat ke masa depan, yang disebut ilmu ramal, tetapi dalam seluruh kesusasteraan Yunani maupun Latin, meskipun mereka juga memakai kata-kata nabi dan nubuat, kita tidak pernah menemukan ramalan yang spesifik tentang suatu peristiwa sejarah besar yang akan terjadi di masa yang masih jauh ke depan, atau nubuat tentang seorang Juruselamat yang akan muncul dari antara umat manusia…’” (Josh McDowell, Apologetika, Bukti yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab, Gandung Mas. Vol 1. hal 51).

Perhatikan beberapa ayat berikut:

Yesaya 44:7 berkata: “Siapakah seperti Aku? Biarlah ia menyerukannya, biarlah ia memberitahukannya dan membentangkannya kepada-Ku! Siapakah yang mengabarkan dari dahulu kala hal-hal yang akan datang? Apa yang akan tiba, biarlah mereka memberitahukannya kepada kami!”

Ulangan 18:22  “Apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya."

Yes 44:7 menyatakan bahwa hanya Allah yang bisa menubuatkan tentang masa depan. Dan Ul 18:22 mengemukakan bagaimana ciri-ciri seorang nabi utusan Allah; perkataan / nubuatannya terjadi dengan tepat. Maka nubuat-nubuat yang digenapi dalam Alkitab menunjukkan bahwa Alkitab adalah Kitab Suci yang diilhami oleh pribadi yang ilahi.

Dari mana para nabi / penulis Perjanjian Lama bisa tahu / menubuatkan segala hal tentang Yesus dengan begitu mendetailnya, padahal mereka hidup ratusan bahkan ribuan tahun sebelum kelahiran Yesus? Ini jelas menunjukkan bahwa para penulis itu diilhami oleh Allah dan sekaligus membuktikan bahwa Alkitab adalah FIRMAN TUHAN !! 

SERANGAN BALIK: Silahkan tunjukkan, Kitab Suci mana yang ada didunia ini yang mempunyai nubuatan begitu banyak dan yang digenapi secara tepat dan sempurna seperti yang dituliskan dalam Alkitab??? Apakah ada penganut agama / aliran kepercayaan tertentu yang dapat menunjukkan adanya nubuatan tentang kedatangan nabinya yang diucapkan ratusan tahun sebelum kelahirannya?

Sekarang bandingkan dengan klaim Deedat yang menyatakan bahwa “ayat-ayat Alkitab merupakan buatan manusia, tidak memiliki sifat ilahi, dan oleh karenanya manusia penulis itu berbuat kesalahan”.

Jika memang Alkitab tidak bersifat ilahi, lalu mengapa ke-66 Kitab-nya bisa bersatu dan harmonis? Jika memang itu adalah kitab buatan manusia, mengapa ada ribuan nubuatan yang tergenapi secara sempurna?? Tuduhan Deedat ini sebetulnya menunjukkan bahwa dia belum mengerti atau mempelajari Alkitab secara benar dan bertanggungjawab tetapi hanya asal melempar tuduhan saja!

Tuduhan keempat

Ada sebagian umat Islam yang menjelaskan bahwa titik mula terjadinya pengubahan Alkitab, itu dilakukan saat diadakannya sidang gereja Nicea tahun 325 M. Menurut mereka, saat itu ajaran Tritunggal telah ‘tercipta’ dan digunakan secara resmi oleh ‘gereja Paulus’. Ini adalah detik-detik awal sebuah ajaran baru yang katanya bertentangan dengan ajaran Yesus / Injil asli yang mengajarkan Tauhid.

Qosim Nurseha Dzulhadi dalam bukunya ‘Teologi Islam vs Kristen’ berkata: “Sejatinya, ide dogma Trinitas merupakan ide Saul (Paulus), kemudian diadopsi oleh bapak-bapak Gereja… Padahal apa yang diusung oleh Arius dan para pengikutnya merupakan ajaran Tauhid yang benar-benar diajarkan oleh Yesus. Namun dalam konsili Nicea (325 M) ajaran itu ‘disulap’ jadi Trinitas yang membingungkan” (Hal 44).

Tanggapan saya:

Ini adalah tuduhan yang bersifat ‘umum’ karena bukan hanya pihak Islam saja yang menyatakannya, tetapi juga sekte sesat seperti Unitarianisme, dsb. Bagi mereka yang memahami sejarah, tuduhan seperti ini sangatlah mudah untuk dipatahkan!

Para uskup yang berkumpul di sidang Gereja itu (sekitar 318 uskup), tentunya bukan sedang membicarakan atau mencipta sebuah ajaran baru, tetapi untuk mendiskusikan pemahaman / penafsiran terhadap teks Alkitab dan kemudian merumuskannya. Konfrontasi antara pengikut Arius (seorang penatua dari Alexandria) dan Athanasius bukan karena kelompok Athanasius akan membuat Kitab Suci baru, tetapi sedang menentang pemahaman Arianisme yang bertentangan dengan Alkitab!
Teks dalam Yoh 10:30 “Aku dan Bapa adalah satu,” dipahami sebagai kesatuan kehendak, bukan kesamaan hakikat / esensi. Bagi Arius, kehendak adalah yang utama, bukan esensi (Robert Letham, ALLAH TRINITAS Dalam Alkitab, Sejarah, Theologi, dan Penyembahan. Penerbit Momentum, 2011, hal 117).

Arius yang memahami bahwa sang Anak memiliki suatu asal yang ex nihilo (dari yang tidak ada) dimana posisinya lebih rendah dari Bapa inilah yang kemudian dinyatakan sesat / dikecam dalam sidang Nicea.

Seorang ahli sejarah yang bernama Philip Schaff mengatakan bahwa doktrin itu sudah ada bahkan sebelum sidang Nicea: 

“dogma gereja tentang Tritunggal muncul; dan itu secara langsung atau tidak langsung menguasai bahkan theologia sebelum Nicea, sekalipun itu belum mencapai definisinya yang tetap sampai pada jaman Nicea” – (‘History of the Christian Church’, vol II, hal 565).

Saya balik bertanya pada orang yang menjadikan tahun 325 sebagai titik awal dipalsukannya Alkitab: ‘apakah anda sudah belajar sejarah?’ Ataukah hanya persepsi anda sendiri, yang lalu menciptakan tuduhan yang didasari pada sebuah ‘dongeng’ dan mengabaikan fakta sejarah??  
Tuduhan Kelima

Seorang Islam yang bernama Arda Chandra (lawan diskusi saya disalah satu forum diskusi Kristen-Islam), mengatakan bahwa Al-Qur’an sendiri yang menyatakan tentang sudah dipalsukannya Injil. Dia bahkan mengutip ayat-ayat Alkitab untuk mendukung pandangannya itu. Apakah benar demikian? Berikut adalah pernyataannya dan yang langsung akan saya tanggapi.

Arda Chandra:
“Al-Qur’an tidak menyebut kapan waktunya, misalnya tahun berapa, dst, tapi menyatakan bahwa Taurat dan Injil dipalsukan setelah disampaikan oleh Musa dan Isa Almasih, setelah kedua nabi tersebut sudah tidak ada ditengah-tengah umatnya.

Tanggapan saya: Kapan saatnya Alkitab itu dipalsukan, adalah hal yang sangat penting sebagai salah satu bukti untuk membenarkan tuduhan tersebut. Jika tidak dapat menunjukkannya, lalu bagaimana umat Kristen bisa mempercayainya?

Anda mengatakan pemalsuan itu terjadi setelah kedua nabi tersebut sudah tidak ada ditengah-tengah umatnya? Dapatkan anda menunjukkan data sejarahnya?

Arda Chandra: 59.'Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya ni'mat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil 63. Dan tatkala 'Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan ta'atlah (kepada)ku". 64. Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu, maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus.

[5:46] Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan 'Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.

Ketika Isa Almasih datang, beliau menyatakan bahwa ajaran yang disampaikan membenarkan (artinya menyatakan Taurat yang disampaikan kepada Musa adalah suatu kebenaran yang datang dari Allah), lalu menyatakan ‘menjelaskan sebagian isi Taurat yang diperselisihkan oleh Yahudi yang ada dijaman beliau’. Artinya Taurat yang ada pada Yahudi tersebut sudah berubah dari Taurat yang diajarkan oleh Musa, bercampur antara ajaran dengan tradisi yang dibuat-buat setelah Musa wafat.

Tanggapan saya: Sama dengan Alhindih dan H.Bey Arifin yang mengutip sura Al-Angkabuut 46 yang menjelaskan bahwa umat Islam percaya pada Kitab suci Kristen (Alkitab) seperti mereka juga percaya pada Al-Qur’an, andapun menunjukkan ayat lain dalam Qur’an yang menyatakan bahwa Taurat dan Injil berisi petunjuk dan pengajaran yang benar.

Saya yakin, yang anda maksudkan disini adalah Injil + Taurat yang asli, sebelum ‘dipalsukan’.  Saya tertarik untuk terus bertanya ‘kapan persisnya Injil dan Taurat itu dipalsukan?’ Sejak Zaman sebelum Muhammad, zaman Muhammad atau setelah Muhammad? Dari kutipan Qur’an diatas, anda mengakui bahwa Taurat itu telah mengalami perubahan pada zaman Isa Almasih. Benarkah demikian?

Saya akan menunjukkan beberapa kutipan untuk menyanggah pernyataan anda:

Menurut Dr. Hasan Ibrahim hasan, agama nasrani masuk ke jazirah Arab pada abad ke IV, dimana juga bermunculan gereja-gereja (Sejarah dan kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam mulia. 2001 hal 131).


“Arthur Jeffery, dalam bukunya The Foreign Vocabulary of the Qur’an, mencatat informasi penting mengenai umat Yahudi dan Kristen di sekitar zaman kelahiran Islam sebagai berikut: ‘Orang-orang Yahudi di Arab utara dan wilayah Syria membaca Alkitab di Sinagoga dalam bahasa Ibrani, tetapi dalam kajian domestic mereka barangkali memakai terjemahan Aram yang juga di pakai orang Kristen. Beberapa kata terdapat dalam Qur’an terbukti telah masuk melalui saluran Aram ini’” (The History of Allah, Bambang Noorsena, hal 44,45).

“Alkitab telah diterjemahkan dalam bahasa Arab dari bahasa Yunani, Koptik dan Syria. Kendati Bar Hebraus (Mar Gregorius Abu al-Faraj al-Ibri), salah seorang bapa Gereja Ortodoks Syria, menyatakan bahwa terjemahan agak lengkap Alkitab dalam bahasa Arab telah dilakukan antara tahun 631-640 M oleh Mar Yuhanna Abu Sedra II, Patriarkh Antiokhia dan seluruh dunia timur serta pemimpin tertinggi Gereja Orthodoks Syria, atas perintah pangeran Arab ‘Amr bin Sa’d…” (The History of Allah, Bambang Noorsena. hal 43).

Para ahli sejarah muslim mengatakan masyarakat Arab pra-Islam telah mempelajari Taurat dan Injil: “Bahkan ahli-ahli sejarah muslim juga mencatat bahwa sebagian masyarakat Arab pra-Islam telah mempelajari Taurat dan Injil. Sedangkan Yusuf al-Athir, dalam bukunya al-Bidayat al-Ula li al-Isra’iliyyat fi al-Islam, menekankan bahwa syair-syair jahiliah pra-Islam telah memuat kata-kata, sejumlah ungkapan dan pemikiran yang bersumber kekristenan, seperti keesaan Allah, larangan menyembah berhala, kefanaan dunia dan manusia, ibadah salat dengan ruku dan sujud, bertasybih memuliakan Allah, serta gambaran kehidupan Yesus dan para muridnya.” (The History of Allah, Bambang Noorsena, hal 51).

Dr. Hasan Ibrahim hasan berkata: “Waraqah bin naufal, putra pamannya Khadijah istri Rasululah s.a.w adalah seorang lanjut usia yang hafal Injil” (Sejarah dan kebudayaan Islam. Jakarta:Kalam mulia. 2001 hal 133,134).

“Culver bahkan menunjuk hadis Bukhari, yang menyebutkan bahwa Waraqa menyalin Injil ke dalam bahasa Ibrani, mempelajari dan menguasai Kitab suci Kristen. Waraqa juga yang meyakinkan nabi Muhammad ketika ragu tentang kebenaran malaikat Jibril…” (Inerrancy, Ketaksalahan Alkitab, Dr. Arnold Tindas. hal 87).

Dari seluruh kutipan ini, saya mendapati bahwa setidaknya, Taurat dan Injil itu belum dipalsukan pada masa pra-Islam atau bahkan disekitar zaman kelahiran Islam (abad ke-7). Mengapa? Yang pertama karena agama nasrani masuk ke jazirah Arab pada abad ke IV. Orang Yahudi mungkin telah ada sebelumnya. Mereka tentunya membawa Kitab Sucinya sekalipun mungkin masih menggunakan bahasa-bahasa non Arab. Kedua, para ahli sejarah muslim sendiri mengatakan bahwa Taurat dan Injil telah dipelajari oleh masyarakat Arab. Bahkan, menurut catatan Islam sendiri (hadis Bukhari), Waraqa yang juga hidup di zaman Muhammad, telah menyalin Injil, mempelajari, dan bahkan menguasainya! Ketiga, seorang yang bernama Mar Yuhanna Abu Sedra II atas perintah pangeran Arab ‘Amr bin Sa’d, telah menerjemahkan Alkitab dalam bahasa Arab (tahun 631-640 M).

Pertanyaan yang kemudian timbul dalam pikiran saya adalah: Mungkinkah orang-orang Arab ini sedang menterjemahkan, menyalin, mempelajari, dan menguasai sebuah kitab yang telah mengalami ‘pengeditan / pemalsuan’? Saya pikir mereka tak mungkin sebodoh itu!

Yesus Kristus, yang sebagian orang menganggapnya sebagai ‘Isa Almasih’ (sekalipun menurut saya kedua ‘tokoh’ itu tidak sama) hidup pada abad pertama tarikh Masehi. Jadi, pendapat Chandra yang mengatakan bahwa Alkitab / Taurat telah dirubah dan dinyatakan oleh Isa Almasih pada jamannya, itu menentang fakta bahwa Kitab itu ternyata juga tetap diterima / digunakan oleh orang-orang (termasuk orang Arab di jaman Muhammad).

Catatan: ingat, pada masa itu dan bahkan empat abad setelah kematian Muhammad, tidak ada seorang ulama-pun yang menuduh bahwa Taurat dan Injil / Alkitab itu tidak sahih lagi!.

Jika kita mendasari pada fakta-fakta ini, maka kemungkinan ‘pemalsuan’ itu dilakukan pada zaman sesudah Muhammad. Namun anehnya, ada tokoh-tokoh ulama terkenal (abad ke-9) yang justru mengakui kesahihan Alkitab (Bandingkan dengan kutipan ayat Al-Qur’an oleh para pengkritik dari umat Islam yang menyatakan bahwa Taurat itu sudah berubah pada zaman Isa Almasih [?]). Atau apakah para pengkritik itu telah salah memahami Al-Qur’an?

Tidak pernah ditemukan dalam sejarah dimana orang Yahudi menambah ataupun mengurangi (mengubah) Taurat / membuat Kitab Suci baru! Tauratnya tetap ada / tidak berubah, tetapi penafsirannya yang disimpangkan / ditambah-tambahkan oleh mereka. Misalnya hukum tentang penyebutan nama Tuhan di Keluaran 20:7

Kel 20:7 “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.”

Melihat perintah ini, orang Yahudi kemudian menafsirkannya secara berlebihan, dengan tidak boleh sama sekali menyebut nama TUHAN (YHWH) karena itu nama yang sangat kudus / sacral. Sehingga dalam setiap pembacaan Taurat, dsb, setiap kali menjumpai kata YHWH, mereka selalu menggantinya dengan ADONAI. Hal ini terjadi selama beratus-ratus tahun, sehingga zaman sekarang, tak seorangpun yang bisa menyebutkan nama itu secara tepat dan pasti. Aneh saja, jika ada kelompok tertentu dalam kekristenan yang menolak penggunaan nama ‘Allah’ dan mengklaim bahwa sebutan yang benar adalah ‘Yahweh’! 
Memang orang-orang Yahudi juga menekankan tradisi / adat istiadat (makanya Yesus sering ‘menghajar’ para ahli Taurat dan Farisi itu), tetapi isi kandungan dari Taurat / PL itu sendiri tetap sama dan tidak sedikitpun diubah!

Arda Chandra: Dari catatan alkitab yang dilihat dari kacamata Islam :
Ulangan 31:16-18 TUHAN berfirman kepada Musa: “Ketahuilah, engkau akan mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu dan bangsa ini akan bangkit dan berzinah dengan mengikuti allah asing yang ada di negeri, ke mana mereka akan masuk; mereka akan meninggalkan Aku dan mengingkari perjanjian-Ku yang Kuikat dengan mereka. Pada waktu itu murka-Ku akan bernyala-nyala terhadap mereka, Aku akan meninggalkan mereka dan menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, sehingga mereka termakan habis dan banyak kali ditimpa malapetaka serta kesusahan. Maka pada waktu itu mereka akan berkata: Bukankah malapetaka itu menimpa kita, oleh sebab Allah kita tidak ada di tengah-tengah kita? Tetapi Aku akan menyembunyikan wajah-Ku sama sekali pada waktu itu, karena segala kejahatan yang telah dilakukan mereka: yakni mereka telah berpaling kepada allah lain.

Ulangan 31:24-29 Ketika Musa selesai menuliskan perkataan hukum Taurat itu dalam sebuah kitab sampai perkataan yang penghabisan, maka Musa memerintahkan kepada orang-orang Lewi pengangkut tabut perjanjian TUHAN, demikian: “Ambillah kitab Taurat ini dan letakkanlah di samping tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, supaya menjadi saksi di situ terhadap engkau. Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang, selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap TUHAN, terlebih lagi nanti sesudah aku mati. Suruhlah berkumpul kepadaku segala tua-tua sukumu dan para pengatur pasukanmu, maka aku akan mengatakan hal yang berikut kepada mereka dan memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap mereka. Sebab aku tahu, bahwa sesudah aku mati, kamu akan berlaku sangat busuk dan akan menyimpang dari jalan yang telah kuperintahkan kepadamu. Sebab itu di kemudian hari malapetaka akan menimpa kamu, apabila kamu berbuat yang jahat di mata TUHAN, dan menimbulkan sakit hati-Nya dengan perbuatan tanganmu.”

Tanggapan saya:Penekanan ayat-ayat ini adalah mengenai kedegilan / kejahatan / ketidaktaatan dari bangsa Israel terhadap Tuhan / hukum-Nya. ‘Penyimpangan dari jalan Tuhan’ yang dimaksud ayat diatas, tidaklah berarti bahwa saat itu Taurat telah diubah / dipalsukan oleh orang Yahudi, tetapi sedang berbicara tentang sifat / prilaku orang dimasa itu. Kitabnya tetap sama / tak berubah, tetapi pelaksanaannya yang tidak sesuai.

Arda Chandra:Matius 23:13-36 : Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh, dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu! Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? Sebab itu, lihatlah, Aku (coba diganti dengan : Allah) mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!”

Tanggapan saya:Ayat ini dilatarbelakangi oleh perkataan Yesus yang sedang menelanjangi kebobrokan orang Yahudi. Bandingkan ayat 3:

Mat 23:3  “Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.”

Para Farisi dan ahli Taurat suka mengajarkan Firman Tuhan, tetapi apa yang diajarkan itu tidak sesuai dengan perbuatan mereka (bdk. ayat 4). Semua perbuatan yang mereka lakukan hanyalah agar dilihat orang dan untuk menyombongkan diri. Memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang, duduk ditempat terhormat dan paling depan, suka dihormati, dsb. Ajaran yang tidak sesuai dengan tindakan dan dilandasai dengan motivasi yang salah ini, yang kemudian di kecam oleh Yesus!

Kemunafikan para ahli Taurat dan orang Farisi, membuat Yesus ‘menghajar’ mereka (Mat 23:13-36). Berulangkali Ia menyebut mereka dengan istilah ‘munafik’. Istilah ini menunjukkan bahwa apa yang mereka katakan / ajarkan tidak cocok dengan perbuatannya.

Arda Chandra:Jadi berdasarkan alkitab sendiri, Tuhan, Musa maupun Yesus memberikan pernyataan kalau isi ajaran yang disampaikan kepada Musa dan Yesus diselewengkan oleh Yahudi. Ketika Yesus menyatakan bahwa dia tidak datang untuk menghilangkan Taurat’, maksud Taurat disini adalah ajaran yang disampaikan oleh Musa yang datang dari Tuhan, bukan apa-apa yang dipraktekkan Farisi (sudah bercampur-campur antara Taurat dengan tradisi yang dibuat-buat belakangan), makanya Yesus menyatakan dalam Mat 23:2 ‘ahli Taurat telah menduduki kursi Musa…’.

Tanggapan saya:‘Penyimpangan’ terhadap hukum Tuhan (dalam Ul 31), seperti yang sudah disinggung diatas, bukan berarti bahwa mereka telah MENGUBAH setiap kalimat / kata-kata dalam Taurat / PL (membuat Kitab Suci baru), tetapi itu berbicara tentang sikap / perilaku mereka yang tidak taat pada hukum Taurat. Dalam Matius 23, Yesus juga menjelaskan hal yang sama, dimana orang Farisi dan ahli Taurat telah berprilaku buruk (munafik).

Saya setuju dengan kalimat anda ini: “Ketika Yesus menyatakan bahwa dia tidak datang untuk menghilangkan Taurat’, maksud Taurat disini adalah ajaran yang disampaikan oleh Musa yang datang dari Tuhan, bukan apa-apa yang dipraktekkan Farisi (sudah bercampur-campur antara Taurat dengan tradisi yang dibuat-buat belakangan)”.

Orang-orang Yahudi memang menekankan tradisi lahiriah seperti keharusan ‘membasuh tangan’ (Mat 15:2), agar tidak najis (bdk. Mark 7:2,5), dsb. Ini adalah ajaran mereka sendiri (kebiasaan turun-temurun) yang sebenarnya tidak diatur dalam Taurat. Kebiasaan ini tidak berhubungan dengan kesehatan, tetapi lebih bersifat ‘seremonial’. Tradisi bahkan dianggap ‘lebih besar’ dari pada Taurat itu sendiri. Tetapi hal ini bukan menjelaskan bahwa mereka telah memalsukan Taurat dengan membuat ‘Taurat tandingan’!

Kata-kata ‘ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa’ dalam Mat 23:2, maksudnya bahwa mereka telah menduduki tempat Musa sebagai penafsir Taurat. Orang-orang Yahudi telah salah memahami hukum Tuhan dan bahkan menafsirkannya secara berlebihan. Hal ini kemudian diaplikasikan lewat tindakan mereka.

Arda Chandra: Sedangkan penyimpangan ajaran Injil diberitakan Al-Qur’an terjadi setelah kepergian Isa Almasih dengan ayat : [5:116] Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai 'Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah ?". 'Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".

Chandra juga memberi ayat ini:

[4:171] Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, 'Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan : "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.

Al-Qur’an menyampaikan bahwa dalam Injil yang disampaikan kepada Isa Almasih sama sekali tidak memuat soal ‘pelantikan’ beliau sebagai Tuhan, maka kalau ada suatu kitab yang mengaku bernama Injil dan isinya mengajarkan hal tersebut, itu artinya kita tersebut sudah dipalsukan, dan ini terjadi setelah beliau tidak ada ditengah-tengah umatnya.

Tanggapan saya:KeTuhanan Yesus Kristus bukan hanya ada di Injil / PB, tapi telah dinyatakan bahkan sejak sekitar abad ke-6 SM bahkan 1000 tahun sebelum kelahiran-Nya didunia.

Mzm 110:1  “Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: ‘Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’" (Bdk Luk 2:11 dan Mat 22:43-45).

Ayat ini berbicara tentang sang Mesias (Yesus Kristus). Kata ‘tuanku’ diayat ini menunjuk pada ‘ADONAI’ (Tuhan) dari Daud.

Sumber Yahudi: Midrash Tehilim, sebuah komentar tentang Kitab Mazmur, dari tahun 200-500 M, mengatakan tentang Mazmur 21:2: “Allah memanggil raja Mesias dengan nama-Nya sendiri. Tetapi siapakah nama-Nya? Jawabnya: Tuhan itu pahlawan perang, Tuhan (Yahwe), itulah nama-Nya” (Kel 15:3). [Theodore Laetsch. Bible Commentary: Jeremiah. St. Louis: Concordia Publising House, 1953. hal 193. Dikutip dari buku ‘Apologetika’ vol 1. Josh McDowell, hal 241,242].

Bandingkan Yeremia 23:6

Yer 23:6  “Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN--keadilan kita.”

Konteks ayat ini sedang menubuatkan tentang sang raja yang berasal dari keturunan Daud yang akan memerintah di Israel. Sejak abad ke-6 SM nabi Yeremia telah menyebutnya sebagai TUHAN / YAHWEH. Nubuat ini menunjuk pada Mesias, Yesus Kristus.

“’Siapakah nama Mesias?’ R. Abba ben Cahana (200-300 M) mengatakan bahwa Yahwe adalah nama-Nya, dan ini dibuktikan oleh ‘inilah nama-Nya’” (Yer 23:6). [Theodore Laetsch. Bible Commentary: Jeremiah. St. Louis: Concordia Publising House, 1953. hal 193. Dikutip dari buku ‘Apologetika’ vol 1. Josh McDowell, hal 242]

Hal ini cocok dengan berita dalam Injil / Perjanjian Baru yang secara explicit menyatakan keilahian Yesus (Misalnya Yoh 1:1; Yoh 20:28; Rom 9:5; Titus 2:13; Wah 1:8, dsb). Bagaimana mungkin anda mempersalahkan kitab Taurat / PL (yang digunakan Yahudi) yang telah ada ribuan tahun dan Injil / PB (yang digunakan Kristen) yang telah ada ratusan tahun sebelum Al-Qur’an (yang juga digunakan oleh orang-orang Arab pra-Islam) dengan mengklaim bahwa Taurat dan Injil itu salah dan sudah dipalsukan?

Anda mengatakan: “Al-Qur’an menyampaikan bahwa dalam Injil yang disampaikan kepada Isa Almasih sama sekali tidak memuat soal ‘pelantikan’ beliau sebagai Tuhan, maka kalau ada suatu kitab yang mengaku bernama Injil dan isinya mengajarkan hal tersebut, itu artinya kita tersebut sudah dipalsukan, dan ini terjadi setelah beliau tidak ada ditengah-tengah umatnya.”

Saya heran dan lucu melihat pernyataan seperti ini. Sebenarnya bukan pihak Islam yang harus mempertanyakan ajaran Kristen / Alkitab tentang keilahian Yesus, tetapi   seharusnya orang Kristenlah yang bertanya ‘mengapa Al-Qur’an tidak mencatatnya?’ Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang adalah Kitab Suci sebelum Muhammad menerima ‘wahyu’ semuanya ‘sepakat’ mengenai hal ini. Mengapa hanya Al-Qur’an yang berbeda???

Arda Chandra:Dari sumber alkitab dalam perspektif Islam tercatat peringatan Yesus kepada pengikutnya bahwa sepeninggal beliau akan terjadi pemalsuan ajaran dengan mencatut nama beliau :
(15) Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Nabi palsu itu berasal dari kalangan Kristen yang memanggil Yesus sebagai Tuhan, bernubuat atas nama Yesus, dll, satu-satunya umat yang melakukan demikian adalah umat Kristen, maka nabi palsu datang dari kalangan internal Kristen, bukan umat diluar itu.

Tanggapan saya:Seperti biasanya, anda dan mayoritas umat muslim selalu menafsirkan ayat-ayat Alkitab secara out of context! Silahkan lihat Mat 7 ayat 15. Istilah ‘nabi palsu’ itu menunjuk pada ‘serigala yang buas’. Mereka sesungguhnya hanya menyamar sebagai ‘domba’ (orang Kristen sejati). Mereka memang suka memanggil “Tuhan, Tuhan…” (ayat 21) tetapi kelakuan mereka jahat (ayat 23). Imannya tidak cocok dengan perbuatannya. Ini adalah penggambaran dari ‘nabi palsu’ yang bukan orang Kristen sejati.

Disini Yesus bukannya MELARANG orang untuk memanggil-Nya TUHAN, tapi sedang mengajarkan bahwa iman pada-Nya harus disertai / dibuktikan lewat tindakan / perbuatan yang baik dan benar.
Saya setuju bahwa nabi palsu / para guru sesat (yang menggunakan Alkitab sebagai dasarnya) memang ada, seperti sekte saksi Yehovah, Unitarian dan bahkan dikalangan Kristen sendiri. Tetapi ada perbedaan di antara kedua kelompok ini. Yang satu (saksi Yehovah) telah membuat / mencipta ‘Kitab suci’ baru dengan sengaja mengubah / memutarbalikkan / memalsukan kata-kata dalam Alkitab, tetapi kelompok yang lain (Kristen tertentu) sama sekali TIDAK membuat kitab suci baru, namun hanya berhubungan dengan sistem Hermeneutika / penafsiran yang seringkali keliru.  


Arda Chandra kembali telah asal comot ayat dan yang kemudian ditafsirkan semaunya sendiri tanpa melihat konteksnya. Justru orang seperti inilah yang seharusnya disebut ‘nabi palsu’!! 

Semua ayat-ayat Alkitab yang anda kutip, sama sekali tidak berbicara tentang adanya pengubahan / pemalsuan setiap kata-kata dalam Taurat dan Injil dimana mereka (orang Yahudi dan Kristen) akhirnya membuat Kitab Suci baru setelah Musa dan para nabi lain / rasul menyatakan hukum Taurat, Injil, dan kitab-kitab lainnya.

Tidak ada satupun nabi atau rasul mulai dari Musa yang menulis Pentateukh sampai kitab Wahyu yang ditulis Yohanes yang menyebutkan adanya pemalsuan Kitab Suci. Ini hanyalah sebuah ‘pemaksaan kehendak’ yang dilakukan oleh seorang yang memahami setiap ayat-ayat Alkitab dengan ‘kaca mata’ Al-Qur’an!

Arda Chandra:Kesimpulan : Kapan Injil dan Taurat dipalsukan..??? terjadinya ketika Musa dan Isa Almasih sudah tidak berada ditengah-tengah umatnya..”

Tanggapan saya:Kesimpulan ini didasari karena kecerobohan Chandra yang sembarang mengutip ayat Alkitab dan menafsirkannya menurut maunya sendiri (disesuaikan dengan Al-Qur’an). Orang ini telah terlebih dahulu punya konsep / pandangan yang kemudian dipaksakan masuk ke dalam Alkitab sekalipun itu menentang maksud dari teks itu sendiri. Ini yang disebut dengan eisegesis! Buat apa saya mengikuti kesimpulan yang amburadul seperti itu???

Disamping itu, karena tak ada satupun umat Islam yang bisa menunjukkan data sejarah yang valid tentang adanya pemalsuan Alkitab tersebut, maka kesimpulan ini tentu hanyalah kesimpulan yang dibuat-buat / dicari-cari saja!


[Bersambung dibagian ketiga]

Thursday, October 13, 2011

APAKAH ALKITAB SUDAH DIPALSUKAN? SEBUAH APOLOGI ATAS PANDANGAN UMAT ISLAM (BAGIAN PERTAMA)

APAKAH ALKITAB SUDAH DIPALSUKAN? SEBUAH APOLOGI ATAS PANDANGAN UMAT ISLAM (BAGIAN PERTAMA)
Oleh: Albert Rumampuk

Selama berabad-abad Alkitab telah dikritik dan berusaha untuk dimusnahkan oleh banyak orang didunia. Tetapi aneh, buku itu tetap bertahan, bahkan peredarannya semakin meningkat!

Bernard Ramm berkata: “Sudah ribuan kali lonceng kematian Alkitab dibunyikan, arak-arakan penguburannya diadakan, batu nisannya diukir, dan pidato pengantar jenazah dibacakan. Tetapi entah mengapa jenazahnya tidak pernah muncul… Tidak pernah ada buku lain yang telah dirajam, dikoyak-koyak, diperiksa, diinterogasi serta dinista sehebat dia. Buku filsafat atau keagamaan atau psikologi atau best seller baik yang klasik maupun yang modern mana yang telah menerima serangan masal sebanyak Alkitab? Dengan kebencian dan skeptisisme sebesar itu? Dengan ketelitian dan kecermatan seperti itu? Pada setiap bab, kalimat dan prinsipnya?... Alkitab masih dicintai oleh jutaan orang, dibaca oleh jutaan orang, dan dipelajari oleh jutaan orang.” (Protestant Christian Evidences, Chicago: Moody Press, 1957. hal 232,233).

Alkitab adalah sebuah buku yang unik dan tak bisa dibandingkan dengan buku manapun yang pernah ada. Kitab yang ‘controversial’ ini, juga telah di hina dan dianggap “Kitab Suci palsu” oleh kelompok agama tertentu.

Umat Islam tidak mengakui Alkitab yang dipakai umat Kristen sebagai Kitab Suci dari Tuhan, karena diyakini telah mengalami pemalsuan, perubahan atau manipulasi oleh manusia. “Ahmed Deedat memandang bahwa ayat-ayat Alkitab merupakan buatan manusia, tidak memiliki sifat ilahi, dan oleh karenanya manusia penulis itu berbuat kesalahan” (‘Mukjizat Al-Quran dalam pandangan Ahmed Deedat’, Alhindi dan Deedat, Mukjizat Al-Quran Versi Kristolog, 39. Dikutip dari Inerrancy, Ketaksalahan Alkitab, Dr. Arnold Tindas. hal 79).

Beberapa waktu yang lalu, saya menerima sebuah pernyataan dari seorang muslim tentang Alkitab / Injil yang ajarannya telah diubah (ditambah dan dikurangi) dan dianggap sudah tidak asli lagi. Orang ini mendasari klaimnya itu pada Al-Quran. Berikut adalah pernyataannya.

Arda Chandra: “Al-Qur’an tidak menyebut kapan waktunya, misalnya tahun berapa, dst, tapi menyatakan bahwa Taurat dan Injil dipalsukan setelah disampaikan oleh Musa dan Isa Almasih, setelah kedua nabi tersebut sudah tidak ada ditengah-tengah umatnya.

59.'Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya ni'mat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil 63. Dan tatkala 'Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan ta'atlah (kepada)ku". 64. Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu, maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus.

[5:46] Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan 'Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.

Ketika Isa Almasih datang, beliau menyatakan bahwa ajaran yang disampaikan membenarkan (artinya menyatakan Taurat yang disampaikan kepada Musa adalah suatu kebenaran yang datang dari Allah), lalu menyatakan ‘menjelaskan sebagian isi Taurat yang diperselisihkan oleh Yahudi yang ada dijaman beliau’. Artinya Taurat yang ada pada Yahudi tersebut sudah berubah dari Taurat yang diajarkan oleh Musa, bercampur antara ajaran dengan tradisi yang dibuat-buat setelah Musa wafat.

Dari catatan alkitab yang dilihat dari kacamata Islam :
Ulangan 31:16-18 TUHAN berfirman kepada Musa: “Ketahuilah, engkau akan mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu dan bangsa ini akan bangkit dan berzinah dengan mengikuti allah asing yang ada di negeri, ke mana mereka akan masuk; mereka akan meninggalkan Aku dan mengingkari perjanjian-Ku yang Kuikat dengan mereka. Pada waktu itu murka-Ku akan bernyala-nyala terhadap mereka, Aku akan meninggalkan mereka dan menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, sehingga mereka termakan habis dan banyak kali ditimpa malapetaka serta kesusahan. Maka pada waktu itu mereka akan berkata: Bukankah malapetaka itu menimpa kita, oleh sebab Allah kita tidak ada di tengah-tengah kita? Tetapi Aku akan menyembunyikan wajah-Ku sama sekali pada waktu itu, karena segala kejahatan yang telah dilakukan mereka: yakni mereka telah berpaling kepada allah lain.

Ulangan 31:24-29 Ketika Musa selesai menuliskan perkataan hukum Taurat itu dalam sebuah kitab sampai perkataan yang penghabisan, maka Musa memerintahkan kepada orang-orang Lewi pengangkut tabut perjanjian TUHAN, demikian: “Ambillah kitab Taurat ini dan letakkanlah di samping tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, supaya menjadi saksi di situ terhadap engkau. Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang, selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap TUHAN, terlebih lagi nanti sesudah aku mati. Suruhlah berkumpul kepadaku segala tua-tua sukumu dan para pengatur pasukanmu, maka aku akan mengatakan hal yang berikut kepada mereka dan memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap mereka. Sebab aku tahu, bahwa sesudah aku mati, kamu akan berlaku sangat busuk dan akan menyimpang dari jalan yang telah kuperintahkan kepadamu. Sebab itu di kemudian hari malapetaka akan menimpa kamu, apabila kamu berbuat yang jahat di mata TUHAN, dan menimbulkan sakit hati-Nya dengan perbuatan tanganmu.”

Matius 23:13-36 : Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh, dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu! Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? Sebab itu, lihatlah, Aku (coba diganti dengan : Allah) mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!”

Jadi berdasarkan alkitab sendiri, Tuhan, Musa maupun Yesus memberikan pernyataan kalau isi ajaran yang disampaikan kepada Musa dan Yesus diselewengkan oleh Yahudi. Ketika Yesus menyatakan bahwa dia tidak datang untuk menghilangkan Taurat’, maksud Taurat disini adalah ajaran yang disampaikan oleh Musa yang datang dari Tuhan, bukan apa-apa yang dipraktekkan Farisi (sudah bercampur-campur antara Taurat dengan tradisi yang dibuat-buat belakangan), makanya Yesus menyatakan dalam Mat 23:2 ‘ahli Taurat telah menduduki kursi Musa…’.

Sedangkan penyimpangan ajaran Injil diberitakan Al-Qur’an terjadi setelah kepergian Isa Almasih dengan ayat :

[5:116] Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai 'Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah ?". 'Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".

Al-Qur’an menyampaikan bahwa dalam Injil yang disampaikan kepada Isa Almasih sama sekali tidak memuat soal ‘pelantikan’ beliau sebahai Tuhan, maka kalau ada suatu kitab yang mengaku bernama Injil dan isinya mengajarkan hal tersebut, itu artinya kita tersebut sudah dipalsukan, dan ini terjadi setelah beliau tidak ada ditengah-tengah umatnya.

Dari sumber alkitab dalam perspektif Islam tercatat peringatan Yesus kepada pengikutnya bahwa sepeninggal beliau akan terjadi pemalsuan ajaran dengan mencatut nama beliau :
(15) Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Nabi palsu itu berasal dari kalangan Kristen yang memanggil Yesus sebagai Tuhan, bernubuat atas nama Yesus, dll, satu-satunya umat yang melakukan demikian adalah umat Kristen, maka nabi palsu datang dari kalangan internal Kristen, bukan umat diluar itu.

Kesimpulan : Kapan Injil dan Taurat dipalsukan..??? terjadinya ketika Musa dan Isa Almasih sudah tidak berada ditengah-tengah umatnya..”

Benarkan Alkitab sudah dipalsukan? Ketika saya bertanya di beberapa Forum Dialog Kristen-Islam “Mana bukti sejarah atau arkeologisnya?” Tidak ada satupun dari pihak muslim yang bisa menjawabnya! Lalu apakah tuduhan ini hanyalah isapan jempol belaka? Karena hal ini sangat penting, maka saya akan menjawabnya secara mendetail / sistematis dengan terlebih dahulu menjelaskan tentang bagaimana Alkitab itu ‘dilahirkan’ (pada bagian pertama), yang berbicara soal Kanonisasi, penulisan Alkitab, bahan-bahan yang digunakan, bukti sejarah dan arkeologi, dsb. Kemudian dibagian kedua, saya akan menjawab serangan dari kaum Muslim ini.

Ada beberapa hal yang harus dijelaskan terlebih dahulu:

  • Bagaimana semua tulisan dalam Alkitab itu tersusun? Adakah kitab yang seharusnya dimasukkan dalam Alkitab namun tidak dimasukkan? 
  • Siapakah penulisnya?
  • Mengapa Alkitab mempunyai banyak versi?
  • Apakah sejarah dan arkeologi mendukung Alkitab?
Semua ini adalah pertanyaan-pertanyaan penting yang harus dijawab! Saya akan mencoba memberikan berbagai hal tentang Alkitab, yang mungkin selama ini menjadi pertanyaan dan bahkan kritikan dari banyak orang tentang bagaimana Alkitab itu ‘dilahirkan’. Tulisan ini adalah rangkuman dan kutipan dari berbagai sumber / buku yang saya miliki.
 
Bagaimana Alkitab Dituliskan
 
Karena Alkitab adalah buku kuno, maka bahan untuk menuliskannya tentu berasal dari bahan-bahan zaman dulu.  Tidak dapat ditemukannya naskah asli (autograph) dikarenakan penggunaan bahan-bahan yang mudah rusak untuk menulis Alkitab. Berikut adalah beberapa contoh bahan yang digunakan pada masa itu (termasuk alat tulis dan jenis tulisan), yang saya kutip dari buku ‘Apologetika' oleh Josh McDowell yang diterbitkan oleh Gandum Mas, Volume 1, 2007:
 
Papirus. Bahan untuk menulis yang paling lazim pada zaman kuno adalah papirus, yang dibuat dari tanaman papirus. Buluh sejenis pandan air ini tumbuh didanau-danau dan dan sungai-sungai yang dangkal di Mesir dan Siria. Pengiriman papirus yang banyak telah dikirim melalui Biblos, pelabuhan Siria. Ini menimbulkan dugaan bahwa kata Yunani untuk buku (biblos) diambil dari nama pelabuhan ini. Kata bahasa Inggris “paper” berasal dari kata Yunani papyrus.
 
The Cambridge History of the Bible menjelaskan tentang proses pembuatan papirus menjadi bahan untuk menulis: “Batang-batang buluh itu dikuliti dan dibelah menurut panjangnya menjadi bilah-bilah tipis sebelum disusun secara silang-tindih dan ditekan serta ditempa menjadi satu. Setelah dikeringkan permukaannya yang berwarna keputihan itu digosok sampai halus dengan batu atau alat lainnya. Plinius merujuk kepada berbagai kwalitas papyri, dan berbagai jenis ketebalan serta permukaannya yang ditemukan sebelum era Kerajaan Baru ketika lembaran-lembarannya seringkali amat tipis dan transparan.” (Stanley Lawrence (ed.) Greenslade. New York: Cambridge University Press, 1963. hal 30).
 
Fragmen papirus tertua yang pernah ditemukan berasal dari tahun 2400 sM.
 
Naskah-naskah tertua tertulis di atas papirus, dan sulit sekali bagi naskah-naskah semacam itu untuk bertahan kecuali di daerah-daerah yang sangat kering seperti di padang pasir Mesir atau di gua-gua yang mempunyai kondisi seperti gua-gua di Kumran di mana naskah-naskah Laut Mati ditemukan.
Pemakaian papirus tetap populer sampai sekitar abad ke-3 M. (J. Harold. Greenlee. Introduction to the New Testament Textual Criticism. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Co., 1964. hal. 19,20)
 
Perkamen. Nama ini diberikan kepada “olahan kulit domba, kambing, rusa, dan binatang lainnya.” Kulit ini “dibersihkan bulunya dan dikerik” untuk dijadikan bahan untuk menulis yang lebih awet.
F. F. Bruce menulis bahwa “kata ‘perkamen’ berasal dari nama kota Pergamum, di Asia Kecil, karena tempat ini pernah sangat terkenal akan pembuatan bahan untuk menulis ini.” (The Books and the Parchments. Edisi revisi. Westwood: Fleming H. Revell Co., 1963. hal 11).
 
Vellum. Nama ini diberikan pada kulit anak sapi. Seringkali vellum ini disepuh ungu. Beberapa diantara naskah Alkitab kuno yang kita miliki sekarang tertulis di atas vellum ungu. Tulisan di atas vellum ungu itu biasanya berwarna keperakan atau keemasan.
 
J. Harold Greenlee mengatakan bahwa gulungan kitab kulit yang paling tua dibuat sekitar tahun 1500 sM. (Introduction to News Testament Textual Criticism. Hal 21)
 
Bahan menulis lainnya:
 
Ostraka. Ini adalah keramik yang tidak dipoles, yang biasa dipakai oleh orang kebanyakan. Nama teknisnya adalah ‘pecahan keramik’ dan banyak ditemukan di Mesir dan Palestina.
Batu yang ditulisi dengan “pena besi.”
 
Lempengan tanah liat yang ditulisi dengan suatu alat yang tajam lalu dikeringkan untuk membuat sebuah catatan yang permanen (Yeh. 4:1). Ini adalah bahan untuk menulis yang paling murah dan paling tahan lama.
Lempengan lilin. Sebuah pena logam digoreskan ke atas sebuah papan kayu yang dilapisi lilin.
 
Alat tulis yang digunakan:
 
Pahat. Sebuah alat dari besi untuk membuat tulisan diatas batu.
 
Pena logam. “Sebuah alat berbentuk segitiga dengan ujung mendatar untuk membuat tulisan di atas lempengan tanah liat atau lempengan lilin.” (Norman L. Geisler dan William E. Nix. A General Introduction to the Bible. Chicago: Moody Press, 1968. hal 228).
 
Pena. Sebuah buluh lancip “yang dibuat dari rumpun gelagah sepanjang kurang-lebih 6-16 inchi, yang bagian ujungnya dipotong menyerupai pahat sehingga dapat dibuat goresan yang tebal dan tipis oleh ujungnya yang lebar dan sempit. Pena dari buluh ini digunakan sejak awal millennium yang pertama di Mesopotamia yang sangat mungkin merupakan tempat asal pena ini, sedang ide pembuatan pena buluh tampaknya berasal dari Yunani pada abad ketiga sM.” (Yer. 8:8). [Cambridge History of the Bible. hal 31]
 
Tinta biasanya merupakan campuran dari “arang, getah dan air.” (F. F. Bruce, The Books and the Parchments. hal 13). 
 
Bentuk Buku-Buku Kuno
 
Gulungan kitab. Gulungan kitab dibuat dengan cara merekatkan lembaran-lembaran papirus, lalu menggulung lembaran yang panjang itu pada sebuah tongkat kayu. Ukuran gulungan kitab ini terbatas karena kesulitan dalam penggunaan gulungan kitab itu. Tulisan biasanya hanya ditemukan pada salah satu sisi saja. Gulungan kitab yang bertulisan pada kedua sisinya disebut “Opisthograph” (Wahyu 5:1). Ada gulungan yang panjangnya sampai 144 kaki. Panjang gulungan yang lazim sekitar 20 sampai 30 kaki. Tidak heran bila Callimachus, seorang pendaftar buku profesional dari perpustakaan Alexandria, mengatakan “buku yang besar adalah buku yang merepotkan.” (Bruce M. Metzger. The Text of the New Testament. New York and Oxford: Oxford University Press, 1968. hal 5).

Kodeks atau Bentuk Buku. Agar lebih mudah dibaca dan tidak memakan tempat, lembaran-lembaran papirus itu dibundel seperti buku dan ditulisi pada kedua sisinya. Greenlee mengatakan bahwa agama Kristen adalah penyebab utama dari perkembangan bentuk buku kodeks. Para penulis kuno menulis diatas gulungan papirus sampai sekitar abad ke-3 M.

Jenis Tulisan

Tulisan “UNCIAL” menggunakan huruf besar yang dibuat dengan sangat teliti dan hati-hati. Gaya tulisan ini dikenal sebagai “book hand”. Naskah Vatikanus dan Sinaitikus memakai tulisan ini.

Tulisan MINUSKUL adalah “tulisan dengan huruf kecil bersambung… yang diciptakan untuk pembuatan buku.”

Perubahan ini dimulai pada abad ke-9. (Bruce M. Metzger. The Text of the New Testament. New York and Oxford: Oxford University Press, 1968. hal 9).

Naskah-naskah Yunani ditulis tanpa sela diantara kata-katanya. (Bahasa Ibrani ditulis tanpa huruf hidup sampai tahun 900M seiring dengan kemunculan para Masoret).

Alkitab dituliskan dalam bahasa yang berbeda-beda

Alkitab dituliskan dalam tiga bahasa: Ibrani, Aram, dan Yunani.

Perjanjian Lama dituliskan terutama dalam bahasa Ibrani, tetapi beberapa bagiannya dituliskan dalam bahasa Aram (Ezra 4-8, Daniel 2-7, dan Yeremia 10:11).
Aramaik: adalah bahasa ‘umum’ di Timur dekat sampai zaman Aleksander Agung (abad ke-6 sM – abad ke-4 sM). [Norman L. Geisler dan William E. Nix. A General Introduction to the Bible. Chicago: Moody Press, 1968. hal 218].

Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani, “yang sangat berbeda dari bahasa Ibrani. Bahasa Yunani adalah bahasa intelek, lebih merupakan bahasa pikiran daripada bahasa hati… Tidak seperti bahasa Ibrani, bahasa Yunani juga merupakan bahasa yang universal, yang dipergunakan diseluruh dunia beradab di zaman Perjanjian Baru.” (Dr. Woodrow Kroll, ‘Bagaiamana Alkitab Dilahirkan’. YASKI, 1994. hal 5,6).

Pesan Kristus harus diwartakan kepada seluruh bangsa (Lukas 24:47), dan Allah memilih bahasa Yunani sebagai alat untuk mengkomunikasikannya.

Penulis Alkitab

Alkitab ditulis selama kurun waktu lebih dari 1500 tahun. Ditulis selama lebih dari 40 generasi. Para penulisnya sekitar 40 orang, yang berasal dari segala lapisan masyarakat termasuk raja, petani, ahli filsafat, nelayan, pujangga, negarawan, cendikiawan, dan lain-lain:

Musa, seorang pemimpin politik, lulusan Universitas Mesir
Petrus, seorang nelayan
Amos, seorang gembala
Yosua, seorang panglima perang
Nehemia, seorang pembawa minum raja
Daniel, seorang perdana menteri
Lukas, seorang dokter
Salomo, seorang raja
Matius, seorang penagih pajak
Paulus seorang rabbi.
Alkitab juga ditulis diberbagai tempat yang berbeda:
Musa di padang gurun
Yeremia di rumah tahanan
Daniel di lereng-lereng gunung dan di istana
Paulus dibalik tembok penjara
Lukas dalam perjalanan
Yohanes di pulau Patmos, dan lain-lain.

Penulisan Alkitab dilakukan di tiga benua: Asia, Eropa dan Afrika.

Naskah asli dari para penulis Alkitab (autograph), sudah tidak ada lagi. Mengapa? Karena ditulis dengan bahan yang mudah rusak,dsb. Tetapi sebelum itu musnah, tulisan-tulisan tersebut, terlebih dahulu disalin.

“Semua . . . tulisan tangan,” demikian tulisan F.F. Bruce, “telah lama hilang. Tidak mungkin terjadi yang sebaliknya, jika naskah-naskah itu ditulis pada papirus, karena (sebagaimana yang telah kita pahami) bahwa hanya dalam keadaan-keadaan yang sangat khusus papirus dapat bertahan cukup lama.” (The Books and the Parchments. hal 176).

Kirsopp Lake menyatakan “sulit untuk menyangkali kesimpulan yang mengatakan bahwa para penulis biasanya menghancurkan lembaran-lembaran contoh mereka ketika mereka menyalin Kitab-kitab Suci.” (Kirsopp Lake, “Caesarean Text of The Gospel of Mark.” Harvard Theological Review. Vol. 21, 1928. hal 345,346).

Bagaimana Kitab-Kitab Dalam Alkitab Itu Dikumpulkan

Alkitab terdiri dari 66 kitab – 39 dalam Perjanjian Lama dan 27 dalam Perjanjian Baru.  Terdiri dari 1.189 pasal dan 30.861 ayat. Perjanjian lama ada 929 pasal dan 23.203 ayat, sedangkan perjanjian baru ada 260 pasal dan 7659 ayat.

“Perjanjian Lama itu tidak selalu terdiri dari 39 kitab. Alkitab Ibrani yang digunakan di sinagoga-sinagoga orang Yahudi hanya terdiri dari 24 kitab, tetapi isinya persis sama dengan yang terdapat dalam 39 kitab itu.” (Dr. Woodrow Kroll, Bagaimana Alkitab Dilahirkan. YASKI, 1994. hal 8).

Alkitab Ibrani disusun dalam tiga bagian:

  1. Kitab-kitab Hukum atau Taurat: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan.
  2. Kitab para nabi: Yosua, Hakim-Hakim, Samuel, Raja-Raja, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, serta nabi-nabi  lainnya.
  3. Tulisan-tulisan: Dalam Luk 24:44 Yesus menyebut dengan istilah ‘Mazmur’, mungkin mewakili kitab-kitab golongan ketiga, seperti Mazmur, Amsal, Ayub, Kidung Agung, Rut, Ratapan,  Ester, Pengkhotbah, dan seterusnya.
Perjanjian Lama ditulis dalam kurun waktu lebih dari 1000 tahun, tetapi “Perjanjian Baru ditulis dalam kurun waktu yang jauh lebih singkat, secara umum meliputi tahun-tahun antara tahun 50 hingga tahun 100 Sesudah Masehi. Kitab Yakobus dalam PB, ditulis terlebih dahulu, kira-kira tahun 49 M. Baru disusul dengan kitab Tesalonika serta surat-surat Paulus yang sebelumnya. Lalu keempat Kitab Injil ditulis, dan akhirnya surat-surat Yohanes dan Wahyu dari Yesus Kristus. Sebagian besar Perjanjian Baru dinamai menurut nama penulisnya (Yakobus, Matius, Markus, Lukas, Yohanes, Petrus dan Yudas). Tetapi surat-surat Paulus dinamai berdasarkan nama kota atau orang kepada siapa Paulus menulis.” (Dr. Woodrow Kroll, Bagaimana Alkitab Dilahirkan. Hal 8,9).
 
Masih banyak lagi kitab yang ditulis selama periode Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru selain kitab-kitab dalam Alkitab Protestan. Misalnya kitab 1 dan 2 Makabe, Tobit, Barukh, Yudith, 1 dan 2 Esdras, Sirakh, Kebijaksanaan Salomo, Ecclesiasticus, Dewa Bel dan Naga Babel, dsb. Kitab-kitab ini disebut “apokrif” yaitu kitab-kitab yang ditambahkan pada Perjanjian Lama. Kitab-kitab ini dianggap tidak kanonik.
 
Bagaimanakah kitab-kitab dalam Alkitab itu bisa ada? Apa sajahkan kriterianya?
 
“Kriteria ditetapkan berdasarkan bagaimana tulisan-tulisan dapat dinilai, untuk menentukan yang mana yang jelas-jelas otoritatif dan Ilahi dan oleh karenanya harus menjadi standar-standar iman dan praktek bagi jemaat. Tulisan-tulisan yang terseleksi disebut Kanonika, yang artinya ‘tolok ukur’, seperti penggaris untuk mengukur sesuatu.” (Dr. Woodrow Kroll, Bagaimana Alkitab Dilahirkan. hal 9,10).
 
Henry C. Thiessen dalam bukunya ‘Teologi Sistematika’ mengatakan: “Istilah ‘kanon’ berasal dari kata Yunani kanon. Artinya, pertama-tama sebuah tongkat; kemudian menjadi berarti tongkat pengukur; dan akhirnya menjadi tolok ukur atau patokan. Kedua, kanon juga berarti keputusan berwibawa dari sebuah dewan Gereja; dan ketiga, bila dikaitkan dengan Alkitab, kanon berarti kitab-kitab yang telah diselidiki, dan dinyatakan memenuhi syarat, serta diakui sebagai diilhamkan oleh Allah sendiri.” (Gandum Mas, 2010. hal 90)
 
Dr. Woodrow menjelaskan lima kriteria yang digunakan dalam memutuskan kitab apa saja yang seharusnya dimasukkan dalam Alkitab:

1. Penulisnya.Siapakah yang menulis kitab atau surat tersebut? Apakah seorang rasul, seorang anggota gereja yang terkenal atau seorang yang tak dikenal?

2. Penerimaan gereja setempat.Bagaimanakah pandangan gereja di abad pertama tentang kitab atau surat tersebut? Apakah mereka membacanya? Apakah mereka menerimanya sebagai suatu tulisan yang akurat? Apakah cocok dengan pengalaman mereka?

3. Pengakuan oleh para sesepuh gereja.Apakah para sesepuh gereja di abad kedua menganggap kitab tersebut otentik? (Mereka adalah murid-murid dari murid-murid Yesus. Umpamanya, Polycarp adalah murid rasul Yohanes. Pertanyaannya adalah: Bagaimanakah pandangan Polycarp tentang kitab tersebut?)

4. Topiknya.Hal apa yang dibicarakan kitab atau surat tersebut? Apakah ia memiliki doktrin yang mantap? Apakah bertentangan dengan kitab-kitab lainnya? Apakah kisah-kisah dalam kitab tersebut tak beradab dan penuh khayal?

5. Pendidikan pribadi.Apakah kitab tersebut berpotensi menginspirasikan, mendakwa atau mendidik jemaat setempat dan individu-individu yang percaya?

Ada 15 kitab yang ditambahkan oleh Roma Katolik (yang kemudian menjadi 12 kitab) ke dalam Alkitab mereka. Itulah Apokripa. Mengapa kitab-kitab ini ditolak padahal memuat sejarah? Dr. Kroll menjelaskan: “Sementara kitab-kitab Apokripa ini memuat sejarah, mereka tidaklah dinilai sebagai diinspirasikan oleh Allah dan oleh karenanya tidak dimasukkan dalam kanonika Kitab Suci. Mengapa? Terutama karena isinya… Bel dan sang Naga, sebuah kitab apokripa yang memuat dua kisah. Kisah kedua berbicara tentang seekor naga yang disembah di Babilonia. Dalam kisah ini Daniel dipanggil untuk menyembahnya; tetapi Daniel malah memberinya makan campuran arang, rambut dan lemak, yang membuat naga tersebut meledak. Tidaklah mengherankan kalau kitab ini tidak dimasukkan dalam kanonika.

Ada cukup banyak alasan untuk menolak semua Apokripa itu dari daftar Kitab Suci yang diinspirasikan oleh Allah. Kitab-kitab itu tidak pernah dimasukkan dalam Perjanjian Lama oleh kaum Farisi. Kitab-kitab itu tidak pernah dikutip, entah oleh orang Yahudi atau oleh penulis PB yang manapun. Sejarawan besar Yahudi, yaitu Josephus, juga tidak memasukkannya. Filsuf Yahudi terkenal, yaitu Philo, juga tidak mengakuinya. Bahkan para sesepuh gereja zaman dulu juga tidak memasukkannya.

Para uskup di Roma menuntut Apokripa itu dimasukkan, walaupun Jerome, yang menerjemahkan Latin Vulgate Bible, dasar bagi Alkitab Katolik Roma sekarang ini, tidak menganggap kitab-kitab tersebut layak dimasukkan dalam Kanonika.” (Dr. Woodrow Kroll, Bagaimana Alkitab Dilahirkan. hal 11,12).

Ryrie berkata: “Ada sekitar 250 kutipan dari kitab-kitab Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru... Tidak ada satupun dari Apokrif.” (Dr. Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 1. Penerbit: ANDI, 2008. hal 150).

Perjanjian Baru mengutip Perjanjian Lama sebanyak ratusan kali, tetapi tak ada satupun kutipan para rasul maupun Yesus sendiri yang mengutip Apokrif. Ini membuktikan bahwa Yesus sendiri tidak mengakui Apokrif sebagai Firman Allah!

Semua kitab-kitab PL dan PB yang seluruhnya selesai ditulis sampai menjelang akhir abad pertama, kemudian disusun menjadi suatu kanon.

Yosefus, sejarawan Yahudi kenamaan “selanjutnya menunjukkan bahwa kanon (PL-pen) sudah selesai pada zaman pemerintahan Artahsasta, yang memerintah kira-kira pada zaman Ezra” (Thiessen, Teologi Sistematika. Gandum Mas, 2010. hal 91,92).

“Pada Third Council of Carthage, yang diadakan tahun 397 M, ke-27 kitab PB itu dinyatakan memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam kanonika. Dalam abad tersebut kanonika telah dinyatakan, dan ke-66 kitab tersebut telah dikumpulkan. Tidak ada yang ditambahkan atau dihapuskan semenjak tanggal tersebut, walaupun masih banyak orang yang memperdebatkan tentang kitab mana saja yang seharusnya dimasukkan ke dalam kanonika atau tidak.” (Dr. Woodrow Kroll, Bagaimana Alkitab Dilahirkan. hal 13).

“Di tahun 500, seluruh gereja yang berbahasa Yunani nampaknya telah menerima semua kitab Perjanjian Baru juga. Sejak saat itu juga di Timur masalah kanon dapat dikatakan sudah selesai” (Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika. hal 93).

Proses terjadinya alkitab:

Allah berfirman kepada para penulis ---> Diteruskan / diajarkan secara lisan dan turun-temurun (Ul. 6:4-9) ---> Dituliskan dalam gulungan-gulungan ---> Disusun menjadi kanon Yahudi

Kitab-kitab yang ditulis pada zaman Gereja mula-mula (Bdk. Wah 1:11,19) ---> Disusun menjadi kanon Kristen

Kedua kanon itu digabungkan lalu lahirlah Alkitab.

“Satu hal yang harus diingat adalah bahwa Gereja tidak menciptakan kanon atau kitab-kitab yang termasuk dalam apa yang kita sebut Kitab Suci. Melainkan, Gereja mengakui kitab-kitab yang telah diilhamkan sejak semula. Kitab-kitab itu diilhamkan oleh Allah ketika ditulis.” (Josh McDowell, Apologetika, Volume 1. Gandum Mas, 2007. hal 63).

Kesaksian Kristus dan PB tentang Kanon Perjanjian Lama

Matius 5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”

Disini Yesus sendiri mengakui tentang kewibawaan kitab Taurat dan para Nabi. Dua sebutan ini meliputi segenap Perjanjian Lama.

Lukas 24:44  “Ia berkata kepada mereka: ‘Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.’"

Dengan perkataan ini, secara implicit Yesus menunjukkan bahwa Perjanjian Lama yang terdiri dari Taurat, kitab para nabi dan Mazmur / ‘tulisan-tulisan’) adalah benar / Firman Tuhan.

Lukas 11:51 “Mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia …”

Disini Yesus menegaskan kesaksianNya tentang rentang isi kanon PL. Habel adalah martir yang pertama (Kej 4:8). Zakharia adalah martir terakhir yang disebutkan (menurut urutan PL Ibrani). Dia dilontari batu setelah bernubuat “dipelataran rumah Tuhan” (2 Taw 24:21). Kitab Kejadian adalah kitab pertama dalam kanon Ibrani dan Tawarikh adalah kitab yang terakhir. Pada prinsipnya Yesus mengatakan “dari kitab Kejadian sampai kitab Tawarikh.” atau, menurut urutan yang kita kenal, “Dari kitab Kejadian sampai kitab Maleakhi.” (F. F. Bruce, The Books and the Parchments. hal 96).

Bandingkan dengan kesaksian Perjanjian Baru tentang Perjanjian Lama sebagai kitab suci: Mat 21:42; 22:29; 26:54,56; Luk 24; Yoh 5:39; 10:35, Kis 17:2,11; 18:28, dsb.
“Ada sekitar 250 kutipan dari kitab-kitab Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru... (Dr. Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 1. Penerbit: ANDI, 2008. hal 150).

Semua hal ini membuktikan bahwa Perjanjian Lama adalah Firman Tuhan.

Kesaksian Kanon Perjanjian Baru oleh para Rasul

“Paulus mengenali tulisan Lukas sejajar dengan PL (1 Tim. 5:18 mengutip Ul. 25:4, dan Luk. 10:7 dan menyebutkan kedua teks itu sebagai “Kitab Suci mengatakan”). Petrus juga mengakui tulisan Paulus sebagai Kitab Suci (2 Pet. 3:15-16). Surat-surat dibacakan di Gereja-gereja dan bahkan disirkulasikan diantara gereja (lihat Kol.4:16; 1Tes. 5:27).” [Paul Enns, The Moody Handbook Of Theology, Literatur SAAT: 2006. hal 208,209].

Kesaksian-kesaksian pengarang di luar Alkitab

Perjanjian Lama.

  • Catatan paling kuno tentang pembagian PL menjadi 3 bagian terdapat dalam prakata kitab Ecclesiasticus (sekitar tahun 130 sM). Dalam prakata, yang ditulis oleh cucu sang penulis, dikatakan: “Kitab Taurat, para Nabi dan kitab-kitab yang kemudian dari itu.” Jadi pada saat itu sudah terbentuk tiga pembagian yang jelas dari Kitab Suci. (Edward J. Young “The Authority of the Old Testament” The Infallible Word [sebuah symposium]. Philadelphia: Presbyterian and Reformed Publising Co, 1946. Hal 71).
  • “Yosefus, sejarawan Yahudi kenamaan yang menulis sekitar akhir abad pertama, Masehi mencantumkan tiga bagian yang sama ini seperti halnya kanon Masoretik.” (Thiessen, Teologi Sistematika. hal 91).Yosefus, menulis: “… dan betapa teguhnya kita menaruh kepercayaan pada kitab-kitab bangsa kita terlihat pada apa yang kita lakukan; karena selama masa-masa yang kita lalui selama ini, tidak ada seorangpun yang berani mengurangi atau menambahkan sesuatu padanya, tetapi bagi setiap orang Yahudi, sepertinya sudah menjadi hal yang semestinya, bahkan sejak saat mereka dilahirkan, untuk menganggap buku-buku ini sebagai ajaran ilahi, dan menaatinya, dan, bila dirasa perlu, rela mati untuknya. Karena bukan hal yang aneh bagi para tawanan kita, baik dalam jumlah maupun waktunya, untuk menanggung segala macam siksa dan kematian diarena, sehingga mereka tidak akan mungkin mengucapkan sepatah katapun untuk menentang hukum kita, dan catatan yang memuatnya…” (Flavius Josephus, “Flavius Josephus Against Apion.” Josephus Complete Works. Diterjemahkan oleh William Whiston, Grand Rapids: Kregel Publications, 1960. Hal 609).
  • Pembagian PL menjadi tiga bagian dalam teks Yahudi sekarang ini (dengan 11 kitab di bagian tulisan) berasal dari Misnah (Traktat Baba Bathra, abad ke-5 sM.) [Norman L Geisler dan William E. Nix. A General Introduction to the Bible. Chicago:  Moody Press, 1968. Hal 20]
Perjanjian Baru
  • Athanasius dari Aleksandria (367 M) memberikan daftar kitab-kitab PB yang paling kuno, yang persis sama dengan Perjanjian Baru kita sekarang. Daftar ini termuat dalam sebuah surat gembala kepada gereja-gereja.
  • Tidak lama setelah Athanasius, dua penulis lain, Hieronimus dan Agustinus, mendefinisikan kanon yang terdiri dari 27 kitab. (F.F. Bruce The Books and the Parchments, hal 112).
  • Polikarpus (115 M), Klemens dan penulis lainnya menyinggung tentang Perjanjian Lama dan Baru dengan kata-kata “sebagaimana yang dikatakan di dalam Kitab-kitab suci ini.”
  • Irenaeus (180 M). F.F. Bruce menulis tentang pentingnya tulisan-tulisan Irenaeus: “…Tulisannya membuktikan pengakuan kanonik dari keempat Injil, Kisah Para Rasul, Roma, 1 dan 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika, 1 dan 2 Timotius, dan Titus, 1 Petrus dan 1 Yohanes serta Wahyu. Dalam buku ulasannya, Against Heresies, III, ii, 8, ternyata bahwa pada tahun 180 M gagasan keempat Injil telah menjadi suatu aksioma dikalangan umat Kristen sehingga ia dapat dianggap sebagai suatu fakta yang alami dan tidak terbantah sama seperti keempat arah kompas atau keempat penjuru angin.” (The Books and the Parchments, hal. 109).
  • Ignatius (50-115 M): “Aku tidak bermaksud untuk memerintahkan kepadamu seperti Petrus dan Paulus; mereka adalah rasul-rasul…” Trall.3.3
Bukti Sejarah dan Arkeologi

Nelson Glueck, arkeolog Yahudi yang tersohor itu menulis: “Dapat dipastikan secara mutlak bahwa tidak pernah ada penemuan arkeologi yang bertentangan dengan pernyataan di dalam Alkitab.” Dia melanjutkan pernyataannya tentang “catatan sejarah Alkitab yang nyaris tidak dapat dipercaya ketepatannya, terutama bila dikuatkan oleh fakta arkeologi.” (Rivers in the Desert; History of Negev. Philadelphia: Jewish Publications Society of America, 1969. hal 31).

William F. Albright, yang terkenal karena reputasinya sebagai seorang arkeolog besar, menyatakan: “Tidak dapat diragukan bahwa arkeologi telah menegaskan kebenaran historis tradisi Perjanjian Lama.” (Archaeology and the Religions of Israel. Baltimore: Johns Hopkins University Press, 1956. hal 176). 

Merrill Unger menyatakan: “Peranan arkeologi dalam riset Perjanjian Baru (maupun Perjanjian Lama) dalam memperlancar penelitian ilmiah, mendukung dan menguatkan latar belakang historis dan budaya, menunjukkan suatu titik cerah bagi masa depan kritikan terhadap teks yang kudus.” (Archaeology and The Old Testament. Chicago: Moody Press, 1954. hal 25,26).

Ada begitu banyak pengakuan dari para sejarawan / arkeolog ternama (seperti juga Miller Burrows, Arkeolog dari Universitas Yale, dsb), yang menegaskan kebenaran Alkitab, yang tak mungkin dijelaskan satu persatu disini.

Berikut adalah beberapa contoh bukti sejarah / arkeologi Alkitab.

Perjanjian Lama

Dari 1 Samuel sampai 2 Tawarikh kita menemukan sejarah Israel, meliputi lebih kurang lima abad. The Cambridge Ancient History, (Vol. 1, hlm. 222) mengatakan: “Bangsa Israel telah menunjukkan kejeniusannya dalam menyusun sejarah, dan Perjanjian Lama merupakan sejarah tertulis paling tua yang masih ada.”

“Sejarah memberikan banyak bukti bahwa gambaran Alkitab tentang kehidupan di Mesir, Asyur, Babilonia, Media-Persia, dan lain-lain itu sesuai dengan kenyataan. Beberapa raja dari berbagai bangsa ini disebutkan dalam Alkitab, dan tak seorangpun yang ditampilkan secara tidak sesuai dengan fakta sejarah yang diketahui tentang raja tersebut.. Kabarnya, Salmaneser IV telah mengepung kota Samaria, namun dikatakan bahwa raja Asyur, yang saat ini dikenal sebagai Raja Sargon II, telah membawa penduduk Samaria ke Asyur (II RajaRaja 17:3-6). Sejarah menunjukkan bahwa Sargon II memerintah dari 722-705 SM. Nama Sargon II disebut hanya sekali dalam Alkitab (Yesaya 20:1). Belsyazar (Daniel 5:1-30) maupun Darius orang Media (Daniel 5:30-6:28) sekarang tidak lagi dianggap sebagai tokoh-tokoh isapan jempol belaka. Arkeologi juga menyajikan banyak bukti… Yang lebih penting ialah lembaran tanah liat yang ditemukan di Babilonia dan berisi kisah air bah yang mengandung banyak sekali kemiripan dengan kisah Alkitab. Pertempuran para raja (Kejadian 14) kini tidak lagi dipandang dengan rasa curiga karena tulisan yang ditemukan dilembah Efrat menunjukkan bahwa keempat raja yang menurut Alkitab ikut dalam ekspedisi itu disebutkan sebagai tokoh-tokoh yang memang betul-betul ada. Lembaran-lembaran Nuzi menjelaskan tindakan Sara dan Rakhel memberikan hamba perempuan mereka kepada suami masing-masing. Tulisan dan abjad Mesir kuno menunjukkan bahwa orang sudah bisa menulis lebih dari seribu tahun sebelum masa hidup Abraham. Arkeologi juga menguatkan bahwa bani Israel tinggal di Mesir, bahwa mereka diperbudak disana, dan bahwa akhirnya mereka meninggalkan Mesir… Lembaran-lembaran Tel el-Amarna membuktikan bahwa kitab Hakim-Hakim dapat dipercayai.” (H. Thiessen, Teologi Sistematika. hal 87,88).  
Perjanjian Baru

“Isi kitab-kitab Perjanjian Baru cocok dengan sejarah dan pengalaman. Dalam PB terdapat banyak sekali catatan tentang sejarah pada zaman itu, misalnya sensus penduduk yang diselenggarakan sewaktu Kirenius menjadi gubernur di Siria (Luk 2:2), perbuatan Herodes Agung (Mat 2:16-18), tindakan Herodes Antipas (Mat 14:1-12), tindakan Herodes Agripa II (Kis 25:13-26:32), dan seterusnya, dan sampai sejauh ini tak seorangpun sanggup menunjukkan bahwa apa yang dikatakan oleh Alkitab bertolak belakang dengan kenyataan sejarah yang diperoleh dari naskah-naskah lain yang dapat dipercaya” (H. Thiessen, Teologi Sistematika. hal 89).

Bagaimana Sampai Ada Demikian Banyak Versi?

Alkitab mempunyai begitu banyak versi; King James Version, New American Standard Bible, New King James Version, Revised standard Version, New International Version, Today’s English Version, dan seterusnya. Di Indonesia pada umumnya menggunakan terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, walaupun ada juga versi-versi lainnya.

Darimanakah asalnya semua itu? Mengapa kita membutuhkan semuanya, atau, apakah kita membutuhkan semuanya? Versi manakah yang terbaik?

Dalam buku ‘Bagaimana Alkitab Dilahirkan’, Dr. Woodrow Kroll (hal 14-19) menjelaskan:
Sesungguhnya, terjemahan yang berbeda-beda dari Perjanjian Lama sudah lama ada, bahkan semenjak zaman Yesus. Gulungan Kitab Laut Mati – tahun 100 sM sampai tahun 100 M dan Septuagint (LXX), Alkitab bangsa Yahudi yang berbahasa Yunani tahun 280 sM. Lalu datanglah tulisan-tulisan dari penulis PB, yang disebut autograph dari Kitab Suci. Dari masing-masing tulisan hanya ada satu copy yang orisinil, dan itulah yang diinspirasikan oleh Allah. Tidak ada satupun dari autograph yang copy orisinilnya masih ada sekarang ini. Yang kita punyai hanyalah salinannya – malah, salinan dari salinan.
Lima naskah PB berikut ini ditulis dari periode 500 tahun setelah kelahiranYesus.

1. Papyri. Ratusan lembar naskah ditemukan di Mesir Tengah pada tahun 1895. Ada yang disimpan dalam peti-peti mumi dan dalam jasad-jasad buaya yang dibalsam. Salah satunya merupakan bagian dari Yohanes 18, yang diperkirakan berasal dari tahun 125 sesudah Masehi.

2. The Latin Vulgate. Pada tahun 382 Sesudah Masehi, Jerome, sang sarjana besar diminta oleh Uskup Roma untuk merevisi terjemahan Latin Kuno dari keempat Injil. Ia kemudian merevisi PB Latin menurut naskah-naskah Yunani dan menerjemahkan PL ke dalam bahasa Latin langsung dari bahasa Ibrani-nya. Jerome menghabiskan waktu 25 tahun untuk proyek ini. Terjemahan itu disebut Vulgate dari kata latin untuk “umum”. Pada tahun 1228 Vulgate dibagi menjadi Bab-Bab oleh Stephen Langton, uskup agung Canterbury. Kitab-kitab itu dibagi menjadi ayat-ayat oleh Robert Stephens (Stephanus) pada tahun 1551, dan ayat-ayat ini diberikan nomor oleh Montanus di sekitar tahun 1571.
Vulgate adalah Alkitab pertama yang dicetak oleh John Gutenburg di sekitar tahun 1455.

3. The Codex Sinaiticus. Ia merupakan naskah kuno dari Septuagint Yunani, yang ditulis di sekitar tahun 330 Sesudah Masehi. Naskah ini ditemukan oleh sarjana Alkitab Jerman, Tischendorf, dalam biara St. Catherine di Gunung Sinai pada tahun 1844. Naskah itu memuat 199 halaman dari Perjanjian Lama dan seluruh Perjanjian Baru.

4. The Codex Vaticanus. Naskah ini ditulis sekitar tahun 330 Sesudah Masehi. Naskah ini terkubur dalam perpustakaan Vatican di Roma dan baru ditemukan pada tahun 1481. Para sarjana Alkitab yang kompeten tidak diizinkan membacanya hingga abad ke-19. Ketika Constantine, kaisar Romawi, berkuasa pada tahun 312, ia memerintahkan dibuatkan 50 copy Alkitab. Diyakini bahwa Codex Sinaiticus dan Codex Vaticanus sama-sama merupakan bagian dari ke-50 copy tersebut.
5. The Codex Alexandrinus. Naskah ini di copy di Mesir sekitar tahun 450 Sesudah Masehi. Naskah ini jatuh ke tangan penguasa Alexandria pada tahun 1708 dan dipindahkan ke museum Inggris di London tahun 1757.

Naskah-naskah diatas adalah beberapa copy Alkitab yang terpenting selama 500 tahun pertama dari Gereja Kristiani. Selama 1200 tahun, Latin Vulgate menjadi terjemahan standar yang digunakan oleh umat Kristen. Sekarang mari kita fokuskan pada terjemahan-terjemahan utama dari 500 tahun terakhir, mulai dari King James Version. Versi ini dibuat karena Raja James I dari Inggris tidak menyukai Alkitab Jenewa yang popular, yang merupakan proyek saudara ipar John Calvin, yaitu William Whittingham, dan telah dilaksanakan pada tahun 1557 di Jenewa, Swiss. Alkitab Jenewa adalah Alkitab Shakespeare dan John Bunyan. Tetapi karena sang Raja tidak menyukainya, ia memerintahkan untuk membuat terjemahan baru. Lima puluh empat orang ditunjuk menjadi penerjemahnya pada tangal 22 Juli 1604. Mereka bekerja dalam enam tim – dua orang berkumpul di Westminster, dua di Cambridge dan dua lagi di Oxford. Karya mereka diperiksa secara teliti dan seksama. KJV merupakan terjemahan yang paling sukses semenjak Latin Vulgate dan masih menjadi Alkitab kegemaran jutaan orang.

The Revised Standard Version, diselesaikan pada tahun 1952. Ini diotorisasikan oleh National Council of Churches di Amerika Serikat.

The Living Bible, yang diselesaikan pada tahun 1971, sesungguhnya merupakan suatu ungkapan saja dan bukan terjemahan harafiah. Terjemahan ini dilakukan oleh satu orang saja, yakni Dr. Kenneth Taylor, karena ia menginginkan sebuah Alkitab yang dapat dipahami anak-anaknya.

The New American Standard Bible diselesaikan pada tahun 1972. Pada tahun 1973 New International Version diterbitkan, dan dalam kurun waktu sepuluh tahun diselesaikan New King James Version, yang tetap mempertahankan keagungan King James Version yang lama tetapi dengan bahasa yang diperbaharui diterbitkan.

New International Version berupaya mempertahankan pemikiran dari penulis aslinya, seandainyapun kata-katanya tidak diterjemahkan secara harafiah. Terjemahan ini didasarkan pada naskah-naskah tertua yang ada.

KJV dan NKJV didasarkan pada Textus Receptus, yang merupakan kumpulan naskah yang paling tersedia diawal abad ke-17.

Mengapa sampai kita memiliki demikian banyak terjemahan dan versi? Terjemahan-terjemahan ini dibuat bukan dengan maksud untuk menyingkirkan darah dari Alkitab atau untuk memperlemah Kitab Suci. KJV, NKJV, NASB dan NIV semuanya diterjemahkan dengan niat yang sebaik mungkin. Para penerjemah ingin menghasilkan terjemahan Alkitab yang akurat. Mereka semua mempunyai motif yang benar.

Versi-versi tersebut ada karena ada perbedaan dalam keluarga naskah dari mana mereka diterjemahkan. Tidak ada konspirasi untuk menghapuskan bahan dari Alkitab. Para penerjemah hanya menerjemahkan apa yang dikatakan dalam naskahnya. Tetapi ada naskah yang berbeda dari naskah yang lainnya, dan pilihan naskah yang dipergunakan tentu menentukan bagaimana hasil terjemahannya.
Lalu, mengapakah kelompok penerjemah yang satu memilih naskah yang satu, sementara kelompok penerjemah lain memilih naskah yang lain? Masing-masing kelompok penerjemah harus menilai, naskah mana yang mereka rasakan paling jelas mewakili otograf orisinil dari Kitab Suci itu. Hal ini merupakan suatu tindakan iman. Para penerjemah yang bermaksud baik, percaya bahwa mereka mempergunakan naskah yang terbaik. Mungkin anda tidak sependapat dengan kesimpulan mereka, tetapi anda tidak bisa tidak setuju dengan niat mereka.


KESIMPULAN

Setelah meninjau latarbelakang historis tentang bagaimana Alkitab itu dilahirkan, saya sampai pada kesimpulan untuk menyetujui Prof. Josh McDowell (yang sejak tahun 1964 telah berkarya sebagai duta keliling bagi Campus Crusade for Christ International, telah menolong lima juta pelajar dan Profesor dari 539 kampus di 53 negara, dan telah meneliti secara mendalam tentang bukti-bukti sejarah iman Kristen) yang menyatakan bahwa “Alkitab benar-benar dapat dipercaya dan secara historis dapat diandalkan”.


[Bersambung]



Source : https://albertrumampuk.blogspot.com/search?q=Selama+berabad-abad+