Latest News

Saturday, January 15, 2011

Jawaban yang sesungguhnya atas sayembara Jalan Avraham tentang 'memecahkan misteri Matius 27:9' (Part 2)

Oleh: Albert Rumampuk



Ini adalah bagian kedua dari jawaban saya atas sayembara yang diadakan Jalan Avraham (JA), seorang muslim, pengelolah situs http://jalanibrahim.wordpress.com/. Perlu diketahui, beberapa waktu yang lalu JA mengadakan sayembara 'berhadiah' yang diberi judul:

"Sayembara memecahkan Misteri Matius 27:9"

http://www.facebook.com/notes/jalan-avraham/sayembara-memecahkan-misteri-matius-279/10150290349190454.

Tujuan tulisan ini adalah menantang siapa saja yang dapat menjawab pertanyaan yang diajukan, akan diberi hadiah berupa �penutupan akun JA�. Bagi saya sayembara yang diadakan JA ini, justru memunculkan satu pertanyaan: Apa maksud dan tujuan sayembara itu? Jika dalam tulisan saya yang pertama telah diberikan sedikit tanggapan atas sayembara tersebut, maka dibagian kedua ini, saya akan lebih memperjelasnya lagi.

Sebelumnya, mari kita melihat Matius 22:15-22,

�Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." Mendengar itu heranlah mereka dan meninggalkan Yesus lalu pergi.�

Bagian ini menceritakan tentang orang-orang Farisi dan Herodian yang sedang menyampaikan satu pertanyaan pada Yesus. Sebelum menyampaikannya, mereka terlebih dahulu �memuji� Yesus dengan mengatakan bahwa Dia adalah orang  yang jujur, jujur mengajar jalan Allah, tidak takut kepada siapapun dan seorang yang tidak mencari muka.
Saya yakin kata-kata �pembuka� dari mereka ini benar adanya (bdk. Kesucian Yesus dalam 2 Kor 5:21; Ibr 4:15). Tetapi tentunya �pujian� tersebut tidak dikatakan dengan hati yang tulus.
Namun ada hal yang aneh disini, Yesus justru balik menyerang mereka! Perhatikan ayat 18:

�Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: 'Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?'�.

Saya pikir, ini adalah suatu ungkapan yang �mematikan� bagi orang-orang Farisi itu. Betapa tidak, para murid yang diutus oleh guru mereka itu, sebelumnya telah melakukan perundingan yang terencana dan matang. Tetapi saat mengajukan pertanyaan, Yesus justru �menghajar� mereka! Saya tak bisa membayangkan betapa grogi dan malunya para murid tersebut saat mendengar kata-kata Yesus itu.

Tetapi, yang menjadi pertanyaannya adalah, mengapa Yesus melakukan hal itu? Bukankah para murid itu sedang bertanya dengan baik-baik? Jawabannya ada dalam ayat 15,

�Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan�

Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang Farisi tersebut telah mengadakan persekongkolan / pemufakatan agar dapat menjerat / menjebak Yesus (bdk. Mat 12:10). Ternyata mereka tidak sungguh-sungguh bertanya dan hanya ingin mencari-cari kesalahan Yesus dengan menjebaknya. Disamping itu, perlu diketahui bahwa orang-orang Farisi dan Herodian merupakan 2 kelompok yang sama-sama membenci Yesus dan meragukan keMesiasan-Nya (Bandingkan dengan keraguan / ketidakpercayaan JA atas keTuhanan Yesus). Yesus yang Maha Tahu, tentu mengetahui dengan persis niat jahat tersebut dan langsung membongkarnya.

Ini adalah tanggapan Yesus yang pertama atas serangan orang-orang Farisi itu, yang kemudian disusul dengan tanggapannya kedua dengan menjawab serangan / pertanyaan  tersebut (ayat 20-21).

Mungkin para pembaca bertanya-tanya apa hubungannya dengan persoalan �sayembara� JA itu? Baiklah sekarang saya akan menjelaskannya. Pertama-tama, silahkan saudara simak �wawancara� singkat saya pada JA disini: http://www.facebook.com/notes/albert-rumampuk/jawaban-yang-sesungguhnya-atas-sayembara-jalan-avraham-tentang-memecahkan-mister/155390554493666.

Jika saudara mencermatinya, maka dalam diskusi itu JA sama sekali tidak mempertanyakan serangan saya atas �ketidakjujurannya� dengan meminta bukti atas �klaim� saya tersebut. Tahukah saudara, bagi saya ini justru membuktikan bahwa JA merasa bahwa dia memang �tidak jujur�. Namun kemudian saya sendiri yang memberi sedikit bukti ketidakjujurannya itu. Ketika mengatakan JA tidak jujur / tidak tulus, saya tidak hanya asal bicara, tapi itu adalah hal yang bisa dilihat dengan jelas.

Paling tidak ada 3 bukti ketidakjujuran JA:

1) JA suka menghapus komentar lawan


- Hal itu bisa dilihat langsung dari diskusi saya dengannya disini:
  http://www.facebook.com/notes/jalan-avraham/sayembara-memecahkan-misteri-matius- 279/10150290349190454

- Kesaksian Welly Mainollo:
"Hahahaaa... berharap si JA jujur? impossible... kemarin saja doi dibantai dan di-peti-mati-kan di dua bahasan sekaligus: Matius 15:24 dan Yesus jalan2 ke India, eh ga taunya ternyata bahasannya sudah dihapus... wkwkwkkkk... dasar tukang tipu.."

- Kesaksian Oml Tobing:
"Status, yang sama dgn yg tadi malam DIULANG. Why ?DIHAPUS karna ngak sudi mengakui kesalahan, tdk bisa jawab atau biar anda  kelihatan sempurna? Hahaha...Mengakui kekurangan adalah kebaikan bro.!Mari piara budaya malu.Bukan malu-maluin."

Mengapa JA suka menghapus komentar lawan? Ada beberapa kemungkinan:

- Dia takut kalah debat
- Tidak bisa jawab
- Kesalahan / kesesatannya mungkin sudah terbongkar
- Takut dipermalukan
- Atau merasa terjepit, kepepet, dsb.

Ini jelas merupakan tindakan yang tidak fair / tak jujur alias pengecut!

2)  JA punya motivasi yang salah

Sebelumnya JA hanya mencari-cari ayat-ayat yang mengindikasikan adanya Islam dalam Alkitab, tetapi setelah kami (Kristen) menghancurkan serangannya itu, dia lalu mulai mencari-cari kesalahan Alkitab (Bandingkan dengan kelakuan orang Farisi dalam ayat 15 tadi). Ini dibuktikan JA dengan mengadakan sayembara �berhadiah�, bahkan dengan mempertaruhkan akunnya sendiri. Apa sebetulnya tujuan sayembara itu? Mungkinkah JA sedang mencari muka? Atau dia sudah kehilangan muka??

Bagi saya, tindakan JA ini jelas bukan tindakan dari seorang �pencari kebenaran� yang sungguh-sungguh tulus, tapi merupakan tindakan seorang �pencari kesalahan� yang sungguh munafik!

3)  Tidak berani mengakui kesalahannya

Bukti yang ketiga, bisa dilihat disini: http://www.facebook.com/note.php?note_id=150960391603349
Disitu saya telah membuat jawaban atas 2 ayat yang menjadi dasar JA untuk mengklaim bahwa Muhammad ada dan dinubuatkan dalam Alkitab. Saya kira para pembaca bisa melihat dengan jelas bahwa JA telah dibuat TKO dan tak berkutik sama sekali. Tetapi anehnya, dia tetap bersikeras dan tak mau mengakui jawaban tersebut, padahal saya telah menunjukkannya dengan gamblang. Ini membuktikan apa? Lagi-lagi JA adalah seorang yang tidak bersikap jujur dalam mengakui kesalahannya.

Jika memang demikian, lalu buat apa JA mengadakan sayembara???



Kesimpulan:

1) Sayembara yang dibuat JA itu adalah sayembara �murahan� dari seorang pengecut yang tidak jujur dan munafik.

2) Bagi orang Kristen / hamba Tuhan / para Pendeta, hendaklah ini menjadi satu pelajaran agar dalam setiap tindakan dan pelayanan kita pada Tuhan, jangan lupa untuk selalu menyertakan kejujuran, ketulusan, keberanian dan jangan sekali-kali mencari muka.


Catatan: Seri pertama bisa dilihat disini:
http://www.facebook.com/notes/albert-rumampuk/jawaban-yang-sesungguhnya-atas-sayembara-jalan-avraham-tentang-memecahkan-mister/155390554493666

Jawaban yang sesungguhnya atas sayembara Jalan Avraham tentang memecahkan misteri Matius 27:9-39; (Part 3)

Jawaban yang sesungguhnya atas sayembara Jalan Avraham tentang 'memecahkan misteri Matius 27:9' (Part 3)

Oleh: Albert Rumampuk

Bagian ketiga dari seri tulisan ini, saya akan menjawab pertanyaan Jalan Avraham mengenai Matius 27:9-10 yang disayembarakannya itu.
Mat 27:9-10, “Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: "Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel, dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku."

Pertanyaan JA:

Para pembaca yang budiman,kami akan sangat berterima kasih sekali jika bapak ibu berhasil  membuktikan kebenaran ucapan penulis Injil versi Matius bahwa Nabi Yeremia-lah yang menubuatkan peristiwa pengkhianatan Yudas karena tiga puluh uang perak. Terus terang karena keterbatasan kami,  kami  tak mendapatkan hal itu dalam seluruh pasal Kitab Yeremia…

Kami akan sangat berbesar hati untuk menutup akun Jalan Avraham ini jika bapak dan ibu bersedia untuk membantu kami mendapatkan pasal Yeremia yang dimaksud penulis Injil versi Matius yang menubuatkan pengkhianatan Yudas

Kami yakin jika Injil yang ditulis versi Matius ditulis berdasar Ilham Roh Kudus yang tak mungkin salah, maka bapak ibu kami yakin  dapat menemukan ayat tersebut dalam Kitab Yeremia yang sampai hari ini belum kami temukan...

Jawaban saya:


Sebelum menjelaskan bagian mana dalam Perjanjian Lama yang dikutip oleh Matius itu, maka ada 1 hal yang harus diperhatikan!
Alkitab adalah Kitab Suci yang ditulis oleh kurang lebih 40 orang dan dalam jangka waktu sekitar 1500-1600 tahun. Kitab yang terakhir (Wahyu) ditulis sekitar tahun 90-95 M, jadi sudah hampir 2000 tahun yang lalu!
Pada saat Alkitab / para penulisnya ‘berbicara’ atau menyampaikan sesuatu pada masa itu, tentu tidak harus sama dengan cara yang dilakukan oleh manusia ‘disini’ pada jaman sekarang. Ini yang perlu diperhatikan oleh orang-orang Islam yang seringkali menafsirkan Alkitab secara sembrono dengan memaksakan penafsirannya menurut pengertian orang yang hidup di jaman ‘internet’ ini.

Dalam ayat 9 ada tertulis kata-kata: “Genaplah Firman yang disampaikan oleh nabi.” Ini adalah kata-kata penggenapan dari suatu nubuatan. Bagaimana cara Alkitab ‘berbicara’ jika berhubungan dengan nubuatan? Ada beberapa cara, salah satu diantaranya adalah: Kadang-kadang nubuatnya bukan hanya dikutip dari satu ayat saja, tetapi beberapa ayat atau bahkan inti dari Perjanjian Lama. Disamping itu, kata-katanya juga tidak harus persis sama. Demikianlah cara Alkitab berbicara.

Kelihatannya JA menghendaki kutipan dari kata-kata yang sama dengan nubuatnya, memang ada yang seperti itu, tetapi tidak harus seperti itu. Contoh: Lukas 24:46, adalah merupakan penggenapan yang dikutip dari beberapa ayat dalam Perjanjian Lama, dan bukan hanya terdapat pada satu ayat saja. Ayat yang dimaksud adalah Yes 53:4-7; 53:8-9a; Maz 16:10 dan Yun 1:15,17.

Catatan: Luk 24:46 ini adalah pertanyaan ke 11 dari Ustad H. Insan LS Mokoginta yang juga disayembarakannya itu (berhadiah BMW). Ini sudah dijawab tuntas oleh Pdt. Budi Asali dalam buku: “Siapa Bilang Kristen Tidak Bisa Menjawab??” Sepertinya JA mulai mengikuti jejak sang Ustad!

Sekarang bagaimana dengan kasus dalam Matius 27:9-10?


Pada umumnya banyak orang menghubungkan ayat ini dengan Yer 32:6-9 dan Zak 11:12,13. Kalau saya ditanya: “Mana pasal atau ayat dalam kitab Yeremia yang menubuatkan hal ini?” Maka saya akan menjawab: Yer 19:1-15; Yer 32:6-14 DAN Zak 11:12-13. Mungkin JA akan bertanya: “Yang saya tanyakan nabi Yeremia, kok anda berikan Zakharia?” Maka dengan santai (sambil tersenyum mengerutkan alis) saya akan menjawab: “Emangnya yang nulis Alkitab nenek moyang loe??”

Ada 4 hal yang dibicarakan dalam Mat 27:9-10
  1. Persoalan ’30 uang perak’
  2. Mengenai ‘Harga yang ditetapkan untuk seseorang menurut penilaian  yang berlaku diantara orang Israel’
  3. Pembelian tanah
  4. Berbicara tentang ‘tanah tukang periuk’
Dalam PL apakah ada 1 ayat saja yang membicarakan semua hal ini? Tak ada. Lalu apakah membuktikan bahwa ayat ini salah? Tidak!
Saya menganjurkan untuk memperhatikan keseluruhan konteks yang ada, agar dapat memahaminya dengan benar.

1) Tentang ’30 uang perak’

‘30 uang perak’ sebetulnya adalah nilai / harga dari sesuatu yang dianggap rendah / murahan.
Jika kita melihat pasal sebelumnya yaitu Mat 26:15, maka 30 uang perak itu dibayarkan pada Yudas. Kata ‘membayar’ dalam ayat itu berasal dari kata Yunani HISTEMI yang lebih tepat diterjemahkan ‘menimbang’.

The Wycliffe Bible Commentary“Mereka membayar… kepadanya’. Didalam naskah berbahasa Inggris versi Authorized Version kalimatnya berbunyi, ‘mereka mengadakan kesepakatan dengannya’. Terjemahan yang lebih khas ialah ‘mereka menimbangkan baginya’. Matius mempergunakan istilah yang sama dengan LXX di dalam Zak 11:12 yang tampaknya secara sengaja disinggung oleh Matius. LXX memakai istilah ‘histemi’ untuk menerjemahkan shakal.” (Hal 116-117). 

Zak 11:12-13, “Lalu aku berkata kepada mereka: "Jika itu kamu anggap baik, berikanlah upahku, dan jika tidak, biarkanlah!" Maka mereka membayar upahku dengan menimbang tiga puluh uang perak. Tetapi berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Serahkanlah itu kepada penuang logam!" --nilai tinggi yang ditaksir mereka bagiku. Lalu aku mengambil ketiga puluh uang perak itu dan menyerahkannya kepada penuang logam di rumah TUHAN.” 

Kisah penghianatan terhadap Yesus dengan 30 uang perak digambarkan dengan jelas oleh kisah Zakharia sebagai gembala yang ditolak oleh kawanan dombanya (Zak 11:4-14). Penolakan Israel terhadap gembala Zakharia merupakan lambang dari penolakan terhadap Gembala Agung Kristus (Yoh 1:11).

Jadi, kalau dalam Mat 27:9 ada kata-kata ’30 uang perak’ maka hal tersebut sebelumnya telah diantisipasi oleh Zakharia.

2) Tentang ‘Harga yang ditetapkan untuk seseorang menurut penilaian  yang berlaku diantara orang Israel’

Seperti yang telah disinggung diatas bahwa 30 uang perak merupakan nilai dari sesuatu yang dianggap rendah. Bandingkan Kel 21:32:

“Tetapi jika lembu itu menanduk seorang budak laki-laki atau perempuan, maka pemiliknya harus membayar tiga puluh syikal perak kepada tuan budak itu, dan lembu itu harus dilempari mati dengan batu.” 

Sekarang lihat Zak 11:12,13

“Lalu aku berkata kepada mereka: "Jika itu kamu anggap baik, berikanlah upahku, dan jika tidak, biarkanlah!" Maka mereka membayar upahku dengan menimbang tiga puluh uang perak. Tetapi berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Serahkanlah itu kepada penuang logam!" --nilai tinggi yang ditaksir mereka bagiku. Lalu aku mengambil ketiga puluh uang perak itu dan menyerahkannya kepada penuang logam di rumah TUHAN.”

Menurut saya kata ‘menimbang’ dalam ayat itu menunjukkan ‘takaran’ atau kwalitas dari Zakharia. Zakharia pada mulanya meminta untuk membayarnya sesuai dengan anggapan mereka mengenai harga pelayanannya, tetapi mereka memberi dia harga / ‘takaran’ yang sama dengan seorang budak. Kata-kata ‘nilai tinggi’ diayat itu, sebenarnya hanya merupakan ejekan belaka. Ini jelas merupakan penghinaan bagi Zakharia (dan juga bagi Yesus dalam Mat 26:15).

Tragedi penghianatan dan penghinaan yang ditimpakan terhadap Yesus, digambarkan dengan jelas lewat kisah ini. Inilah “harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel.” Kalimat yang tercantum dalam Mat 27:9 ini, secara implicit ada / tersirat dalam Zak 11:12.

3) Tentang pembelian tanah

Sebelum Yudas menyerahkan Yesus pada pemimpin-pemimpin Yahudi, dia terlebih dahulu meminta upah. Mereka lalu memberinya 30 uang perak. Uang itu pada akhirnya digunakan untuk membeli sebidang tanah; tanah tukang periuk (Mat 26:15; 27:7).

Disini dibicarakan mengenai pembelian sebidang tanah, hal inipun terjadi pada masa Yeremia.

Yer 32:6-9, “Berkatalah Yeremia: "Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: Sesungguhnya, Hanameel, anak Salum, pamanmu, akan datang kepadamu dengan usul: Belilah ladangku yang di Anatot itu, sebab engkaulah yang mempunyai hak tebus untuk membelinya. Kemudian, sesuai dengan firman TUHAN, datanglah Hanameel, anak pamanku, kepadaku di pelataran penjagaan, dan mengusulkan kepadaku: Belilah ladangku yang di Anatot di daerah Benyamin itu, sebab engkaulah yang mempunyai hak milik dan hak tebus; belilah itu! Maka tahulah aku, bahwa itu adalah firman TUHAN. Jadi aku membeli ladang yang di Anatot itu dari Hanameel, anak pamanku, dan menimbang uang baginya: tujuh belas syikal perak.

Bandingkan dengan Yer 32:25:

“Namun Engkau, ya Tuhan ALLAH, telah berfirman kepadaku: Belilah ladang itu dengan perak dan panggillah saksi-saksi! --padahal kota itu telah diserahkan ke dalam tangan orang-orang Kasdim."

Saat itu Yeremia ada dalam penjara dan Tuhan perintahkan untuk membeli sebidang tanah di Anatot, desa kelahirannya yang ternyata telah dikuasai oleh pasukan Babel. Tetapi walau bagaimanapun, pembelian tanah ini merupakan perintah yang dipesankan Tuhan kepada nabi Yeremia (bdk Mat 27:10).

“dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku."

Kata ‘kepadaku’ menunjuk pada nabi Yeremia.

4)  Tentang ‘tanah tukang periuk’

Dalam Mat 27:7, Imam besar membeli sebidang tanah. Tanah yang dibeli itu rupanya dilaksanakan atas nama Yudas, sebab uang yang dipakai adalah milik Yudas (bdk Kis 1:18). ‘Tanah tukang periuk’ dalam Mat 27:10 disebut juga ‘Tanah darah’ (bahasa Aram = Hakal-Dama) [Kis 1:19].

Seperti yang telah disinggung diatas, Yer 32:25 mencatat tentang perintah Tuhan kepada Yeremia untuk membeli sebidang tanah. Perintah Tuhan ini ada, tepat ketika Yerusalem akan segera jatuh, dimana tentara raja Nebukadnezar telah berhasil mengepung Yerusalem (Yer 32:2). Hal ini menimbulkan semacam ‘kebingungan’ dalam diri Yeremia (Yer 32:25). Pengepungan ini terjadi sekitar tahun 587 SM, tepat setahun kemudian kota itu jatuh. Nubuat Yeremia tentang keruntuhan Yerusalem dalam Yer 26:8-9 digenapi secara tepat dalam Yer 39 dan 52! Saat itu, terjadi suatu kengerian yang luarbiasa. Malapetaka-malapetakanya diuraikan dalam Rat 2:20-21; 4:3-20; 5:2-15 dan Yeh 5:10. Sepertiga rakyat mati karena kelaparan dan wabah, sepertiga lainnya mati karena terbunuh pedang (Yeh 5:12). Kota ini menjadi ‘tanah darah’.

Sekarang bandingkan dengan Yer 19:1-15.

Yer 19:6, “Sebab itu, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa tempat ini tidak akan disebut lagi: Tofet dan Lembah Ben-Hinom, melainkan Lembah Pembunuhan.”

Pdt. Budi Asali M.Div: “Tofet / lembah pembunuhan dalam Yer 19:6 menurut tradisi adalah sama dengan tanah tukang periuk / tanah darah dalam Mat 27:7 (ini kata-kata Hendriksen)” [Exposisi Injil Matius IX].

Lembah Ben-Hinom merupakan tempat yang dipenuhi dengan darah orang-orang yang tidak bersalah (Yer 19:4), tempat malapetaka (Yer 19:3), merupakan lembah pembunuhan (Yer 19:6), tempat penguburan (Yer 19:11). Bandingkan Yer 7:31-34,
"Mereka telah mendirikan bukit pengorbanan yang bernama Tofet di Lembah Ben-Hinom untuk membakar anak-anaknya lelaki dan perempuan, suatu hal yang tidak pernah Kuperintahkan dan yang tidak pernah timbul dalam hati-Ku. Sebab itu, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa orang tidak akan mengatakan lagi "Tofet" dan "Lembah Ben-Hinom", melainkan "Lembah Pembunuhan"; orang akan menguburkan mayat di Tofet karena kekurangan tempat, bahkan mayat bangsa ini akan menjadi makanan burung-burung di udara serta binatang-binatang di bumi dengan tidak ada yang mengganggunya. Di kota-kota Yehuda serta di jalan-jalan Yerusalem akan Kuhentikan suara kegirangan dan suara sukacita, suara pengantin laki-laki dan suara pengantin perempuan, sebab negeri itu akan menjadi tempat yang tandus”.

Oleh karena kejahatan yang dilakukan Israel, maka bangsa itu dihancurkan! Sekalipun ‘kerajaan Daud’ ini dibinasakan, tetapi Allah berjanji akan membangkitkan raja dari keturunan Daud yang akan menjadi tunas adil (Yer 23:5-6, bdk Zak 3:8). Nubuat ini menunjuk pada Yesus Kristus.

Jadi, tanah tukang periuk atau tanah darah yang dibicarakan dalam Mat 27:10, jelas ada dalam Yer 19:1-15!

Disini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Matius dalam tulisannya, ternyata bukan hanya mengutip satu bagian saja dari PL, tetapi menggabungkan 2 atau lebih. Kutipan tersebut berasal dari Zak 11:12-13; Yer 19:1-15 dan Yer 32:6-14.

Mat 27:9  ----------> nubuat nabi Zakharia
Mat 27:10 ---------> nubuat nabi Yeremia

Tetapi yang menjadi persoalannya disini adalah mengapa Matius menyebut Yeremia dan bukan Zakharia? Atau mengapa tidak menyebut kedua nabi itu sekaligus?

Jawab: Karena Yeremia adalah nabi yang lebih tua / lebih besar dari Zakharia dan itu adalah kebiasaan yang dipakai saat mengutip ayat-ayat dari kitab para nabi.

Full Life Study Bible: “Di dalam ayat ini Matius memasukan dan meringkas unsur-unsur simbolisme nubuat, satu dari Yeremia (Yer 32:6-9) dan yang satunya dari Zakharia (Zak 11:12-13). Kemudian Matius menyebutkan hanya nabi yang lebih tua dan lebih terkenal sebagai sumbernya, suatu kebiasaan yang sering dipakai ketika mengutip ayat-ayat dari kitab para nabi”.

Dengan digenapinya nubuat nabi Yeremia dan Zakharia, ini membuktikan bahwa Alkitab adalah FIRMAN TUHAN!

Berhubung JA sedang mempersoalkan masalah nubuatan, mungkin ada baiknya jika saya menambahkan lagi 2 nubuat lain dari 2 nabi yang berbeda yaitu Yesaya dan Daud, yang juga digenapi sacara meyakinkan.

A. Nubuat mengenai kelahiran Yesus yang diucapkan oleh Yesaya dalam Yes 7:14, itu digenapi secara tepat dalam Mat 1:23

B. Nubuat mengenai penderitaan Yesus oleh Daud dalam Maz 22:2a, 16b, 17b dan 19, juga digenapi secara tepat dalam Mat 27:46 dan Yoh 19:28-30.

Perlu diketahui, Yesaya hidup 700 tahun sebelum Kristus dan Daud hidup sekitar 1000 tahun sebelum Yesus. Dari mana mereka bisa tahu kelahiran dan penderitaan Yesus dengan begitu detail??? Lagi-lagi ini membuktikan bahwa Alkitab adalah FIRMAN TUHAN !!!

Serangan balik untuk Jalan Avraham: Saya menantang anda untuk menunjukkan kitab suci mana yang ada di dunia ini yang mempunyai nubuat begitu banyak dan yang digenapi secara tepat??

Alkitab adalah satu-satunya Kitab Suci yang dipenuhi oleh banyak nubuatan dan tidak ada satupun yang meleset, semua digenapi secara sempurna! Sekali lagi ini membuktikan bahwa Alkitab benar-benar Firman Tuhan!


Kesimpulan:    

1) Tak ada yang salah dalam Matius 27:9-10, karena disitu Matius sedang menggabungkan beberapa nubuat dan hanya menyebutkan salah satu sumbernya saja.

2) Berkaitan dengan sikap dan motivasi JA dalam mengadakan sayembara ini, maka maafkan saya jika hanya memberinya '30 uang perak' sebagi upah pelayanannya selama ini. 


source : https://albertrumampuk.blogspot.com/search?q=Jawaban+yang+sesungguhnya+atas+sayembara+Jalan+Avraham+tentang+memecahkan+misteri+Matius+27%3A9-39%3B+%28Part+3%29

Wednesday, January 12, 2011

Tanggapan atas Tulisan Pdt. Yakub Sulistyo STh, MA: Siapakah Yeshua itu?

Tanggapan atas Tulisan Pdt. Yakub Sulistyo STh, MA: Siapakah Yeshua itu ?
Pada dasarnya saya sudah cukup lelah berdiskusi tentang nama TUHAN yang begitu ‘diagung-agungkan’ (baca: diharuskan) oleh satu sekte di Indonesia (dan di dunia) yang pada umumnya juga disebut dengan kelompok Yahweh-isme. Tetapi ada hal yang membuat saya kaget, karena dalam tulisan pak Yakub ini, dia jelas-jelas telah memfitnah Kristen. Karena itu, saya akan coba menanggapinya.


Berikut adalah tulisan dari Pdt. Yakub Sulistyo S.Th, MA, yang berjudul SIAPAKAH YESHUA ITU? (http://www.facebook.com/note.php?note_id=446984877630), dan yang langsung akan saya tanggapi.


Pdt. Yakub Sulistyo

Banyak orang berpikir setelah mengenal Yahweh, berarti meninggalkan Yeshua sebagai Elohim, sehingga orang belum apa-apa sudah menolak Yahweh, sebab diidentikkan dengan Saksi Yehuwa, padahal justru Saksi Yehuwa itu yang masih sama dengan Kristen yang menolak Yahweh, karena masih sama-sama menggunakan nama allah juga. Memang tidak dapat dipungkiri ada juga orang yang sudah tidak memakai nama allah lalu karena keterbatasan pemahaman theologia sehingga jadi kebingungan sendiri dan menganggap Yeshua itu hanya ciptaan Yahweh atau hanya utusan Yahweh saja.

Tanggapan saya

Banyak yang berpikir demikian, tapi bukankah tidak semua orang berpikir seperti itu? Kalimat bapak yang saya garis bawahi itu, jelas merupakan fitnah dari bapak terhadap Kristen. Darimana anda tahu bahwa Kristen telah menolak Yahweh? Apakah karena Kristen menggunakan kata ‘Allah’, sehingga itu dijadikan alasan bahwa Kristen telah menolak Yahweh? Saya kira itu adalah alasan yang asal-asalan saja. Kristen sama sekali tidak menolak Yahweh, yang di tolak adalah keharusan penggunaan nama itu! Saksi Yehuwa jelas menolak keTuhanan Yesus dan RohKudus (dan jelas telah menolak Yahweh), tetapi Kristen tidak. Lalu mengapa gerangan bapak menyamakan antara Saksi Yehuwa dan Kristen? Mengapa mengatakan Saksi Yehuwa dan Kristen sama-sama menolak Yahweh? Apakah karna Kristen telah menolak keharusan nama Yahweh, maka itu berarti hanya sekte Yahweh-isme yang bisa disebut 'Kristen sejati' ?? Hebat!

Kristen mengganti nama Yahweh dengan kata ‘Allah’, karena didasari pada Perjanjian Baru yang juga mengganti YHWH dengan KURIOS atau THEOS. Jika para penulis PB yang diilhami Roh Kudus bisa mengganti nama Yahweh, mengapa Kristen tak bisa?? Mempersalahkan Kristen yang menggunakan kata ‘Allah’, itu sama saja dengan mempersalahkan para penulis PB atau mempersalahkan Roh Kudus yang mengilhami para penulis itu sendiri!

Orang yang tak gunakan kata ‘Allah’ dan lalu bingung, sehingga menyimpulkan bahwa Yesus hanya ciptaan / utusan Yahweh, adalah orang yang bodoh sama seperti anda!


Pdt. Yakub Sulistyo:

Dalam naskah berikut ini akan membuktikan bahwa Yeshua HaMashiakh itu bukan hanya sekedar utusan Yahweh, melainkan Yahweh yang “turun” bermanifestasi dalam ujud manusia.

Yeshua itu firman dan Elohim, sesuai dengan Kitab Yokhanan 1: 1 "Bereshit haya hadavar we’hadavar haya Et-haElohim we’hu hadavar haya Elohim" artinya "Pada mulanya ADA Firman, dan Firman yang ADA itu bersama Elohim dan Firman yang ADA itu Elohim."

Itulah sebabnya saat Yeshua di dunia ini, Dia mengajar seperti apa yang tertulis dalam Kitab Yokhanan 8: 58 “Yeshua berfirman kepada mereka, sesungguh sungguhnya Aku berfirman kepadamu, Aku ada sebelum Avraham ada”. Hal itu karena Yeshua itu Yahweh sehingga Dia sudah ada sebelum Avraham dilahirkan, karena Dia itu kekal. Hal itu sesuai dengan Firman yang tertulis dalam Kitab Yeshayahu 41: 4 “Aku Yahweh yang pertama dan yang terakhir, Akulah Dia.” Kitab Wahyu 1: 8 juga mengatakan bahwa Yeshua itu Aleph we Taw atau Alfa dan Omega, tertulis sebagai berikut : “Aku adalah Alfa / ALEF dan Omega / TAW, permulaan dan penghabisan, YAHWEH berfirman, Yang Ada dan Yang Telah Ada dan Yang Akan Datang, Penguasa Semesta.” Maka Yeshua berfirman dalam Yokhanan 10: 30 bahwa : "Ani we’haav Ekhad" yang artinya "Aku dan Bapa itu Satu".

Karena Yeshua dengan Yahweh itu satu, maka ada kesamaan antara Yeshua dan Yahweh.

a. Sebagai Gembala ( Mazmur 23: 1 dan Yokhanan 10: 14 )
b. Sebagai Terang Dunia ( Yeshayahu 2: 5 dan Yokhanan 8: 12 )
c. Mahatahu ( Mazmur 44: 22 dan Luqas 5: 22, 19: 5 ).
d. Dan sebagainya.


Tanggapan saya

Yang pertama, saya merasa lucu karena pak Yakub dan kelompok Yahwehisme selalu menggunakan tulisan Ibrani saat mengutip ayat-ayat dalam Perjanjian Baru. Saya menilai Yahwehisme adalah aliran yang bukan hanya ‘mengagungkan’ nama Yahweh tapi juga ‘mengagungkan’ bahasa Ibrani! Merupakan suatu keanehan jika kata ‘Allah’ pada Yoh 1:1 yang seharusnya dalam bahasa aslinya menggunakan kata ‘Theos’ di ubah ke Ibrani menjadi ‘Elohim’. Saya tahu, ini karena kelompok Yahwehisme menganggap bahwa Perjanjian Baru ditulis bukan dalam bahasa Yunani, tapi bahasa Ibrani. Ini juga adalah kebodohan yang sangat menggelikan!

Yang kedua, kami Kristen percaya pada doktrin Allah Tritunggal; Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah 3 pribadi yang berbeda tetapi dalam satu esensi yaitu Allah (atau yang bapak sebut Yahweh). Saya ingin tanya pada anda: apakah Yahweh itu adalah Bapa?  Diatas bapak katakan bahwa “Yahweh yang ‘turun’ bermanifestasi dalam ujud manusia”, itu adalah Yeshua / Yesus. Apakah Yesus sama dengan Bapa?

Saya melihat sebelumnya bapak menggambarkan bahwa Yahweh adalah Yesus dengan mengutip Yoh 8:58, Yes 41:4 dan Wahyu 1:8. Yahweh yang adalah Yesus, turun bermanifestasi / menjelma jadi manusia. Maka dibagian akhir bapak mengutip Yoh 10:30: “Aku dan Bapa adalah satu”. Setelah itu anda mengatakan bahwa Yesus dan Yahweh adalah satu. Itu berarti anda menyamakan antara Yahweh dengan Bapa. Jadi, yang turun kedunia sebetulnya bukan hanya Yeshua (Yesus/Anak), tapi juga bisa dikatakan bahwa Sang Bapa yang turun kedunia jadi manusia, karena Bapa adalah Yahweh yang juga adalah Yeshua/Yesus itu sendiri. Dari diskusi saya dengan bapak sebelumnya, anda jelas mengakui / percaya pada “TunggalTri” dan menolak konsep “Tritunggal”. Jika demikian, maka ini jelas ajaran sesat!

Saya setuju bahwa nama Sang Anak juga adalah Yahweh, tetapi dengan mengatakan bahwa Sang Anak adalah Sang Bapa itu sendiri (pribadi yang sama), itu juga kesesatan!


Pdt. Yakub Sulistyo:

Konsekuensinya menolak Yeshua sebagai Elohim, berarti menolak Yahweh. Demikian pula sebaliknya, menolak Yahweh berarti menolak Yeshua (Yokhanan 15: 23). Hal itu karena antara Yahweh dengan Yeshua itu merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan, maka Yeshua berfirman dalam Kitab Yokhanan 8: 24, sebagai berikut : "Laken amar’tti lakem ki tamutu ve’khattoteikem ki im-lo Taa’minu-vi ki-ani hu tamutu ve’khattoteikem" yang artinya "Oleh karena itu Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam  dosa-dosamu. Sebab, jika kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia (Yahweh), maka kamu akan mati dalam dosa-dosamu."


Tanggapan saya:

Terkait dengan fitnah bapak yang mengatakan bahwa Kristen telah menolak Yahweh, maka disini anda memperjelasnya lagi dengan memberi suatu ‘ancaman’ dalam Yoh 8:24, bahwa mereka yang tidak percaya Yesus yang adalah Bapa (Yahweh), maka akan ‘mati’ / binasa.

Bukankah bapak sebetulnya sedang mengatakan bahwa orang-orang Kristen yang ‘menolak’ nama Yahweh karena menggunakan kata ‘Allah’ akan binasa? Jadi, hanya sekte Yahwehisme yang akan masuk sorga? Apakah anda juga berani mengatakan bahwa para rasul penulis Perjanjian Baru juga akan binasa? Sekali lagi saya tanya: apa dasar fitnahan anda dengan mengatakan Kristen telah menolak Yahweh? Lalu apa dasar penghakiman anda dengan mengatakan bahwa Kristen akan binasa??

Pdt. Yakub Sulistyo yang terhormat, jika anda ingin menegakkan ajaran 'keharusan penggunaan nama Yahweh' yang di bangga-banggakan itu, maka silahkan memberi penjelasan dengan cara yang baik dan benar. Bukan dengan memfitnah dan menghakimi orang lain tanpa kejujuran dan keadilan.

Demikian tanggapan saya, selanjutnya saya mohon klarifikasi / tanggapan dari bapak.

Terimakasih.



Catatan: Mengenai hal ini, saya sudah mendiskusikannya dengan Pdt. Yakub Sulistyo 
disini: http://www.facebook.com/note.php?note_id=160537037312351. Disitu dia sama sekali tak bisa membantah bahwa dia memang benar-benar telah memfitnah Kristen.


source : 
https://albertrumampuk.blogspot.com/search?q=Tanggapan+atas+Tulisan+Pdt.+Yakub+Sulistyo+STh%2C+MA%3A+Siapakah+Yeshua+itu%3F

Tuesday, January 11, 2011

DEBAT ISLAM VS KRISTEN

Saksikan DVD Debat Islam VS Kristen


DEBAT PERTAMA

Topik 1. Yesus Tuhan atau manusia biasa?

Topik 2. Selamat: Karena iman atau amal?
 
PENYELENGGARA :
YAYASAN BIRRUL WALIDAIN 
 
Yayasan “Birrul Walidain" adalah Yayasan yang bergerak khusus
dibidang dakwah Islamiyah dengan menggunakan pendekatan metode ganda
yaitu Islamologi dan Kristologi
 
Pendiri dan sekaligus ketua umum dari Yayasan "Birrul Walidain” bapak H. Insan LS Mokoginta
adalah seorang muallaf mantan Kristen Katolik,
banyak menulis berbagai buku ttg Islam & Kristen
dan kini giat berdakwah dikalangan non muslim.
 
Yayasan Birrul walidain berpusat di Jakarta, dgn cabangnya di Sulawesi Utara.
Sekarang kami sedang membangun Pusat Da'wah Islam (PUSDAI)
di Sulawesi Utara, 

daerah mayoritas Kristen yang penuh resiko dan tantangan.
 
(Peraih Muallaf Award 2006 dan 2007)

Penulis buku : Mustahil Kristen bisa menjawab
                                                             

      TIM ISLAM:
1.         USTAD. H. INSAN LS MOKOGINTA 
(Mantan Katolik)
2.         USTAD. MASYHUD, S.M 
 
Moderator  :  Akbar Muzakki   

     TIM KRISTEN :
1.      Pdt. Budi Asali, M.Div.
2.      Ev. Esra Alfred Soru, S.Th.
       Acara diadakan pada Tgl. 17 Agustus 2009
WAKTU:
pk 10.00 – 16.00 
 
 TEMPAT :
  AULA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
JL. MOJOPAHIT 666 B
SIDOARJO

 Telah tersedia dalam format DVD, @1 Rp 20.000,- x 3 DVD = Rp. 60.000,-



DEBAT KEDUA

Topik :  “Mesias harus menderita dan bangkit dari Antara orang mati pada hari ketiga”

Menjawab Pertanyaan ke 11, buku "Mustahil Orang Kristen Bisa Menjawab"

TIM ISLAM  :
1.         USTAD. H. INSAN LS MOKOGINTA (Mantan Katolik)
2.         USTAD. MASYHUD, S.M 

 TIM KRISTEN :
1.      Pdt. Budi Asali, M.Div.
2.      Ev. Esra Alfred Soru, S.Th.
    Acara diadakan pada hari Sabtu, Tgl. 12 September 2009
WAKTU:
pk 20.30 – 23.00 

TEMPAT :
MASJID MUHAMMADIYAH SIDOARJO
JL. MOJOPAHIT 666 B
SIDOARJO

Pada pertemuan ke-2 tanggal 12 September 2009, acara semula direncanakan bertempat di Aula Universitas Muhammadiah Sidoarjo, namun karena jumlah penonton khususnya dari pihak Muslim bertambah besar, sehingga Aula Universitas Muhammadiah terasa sangat sesak dan penonton banyak yang berdiri berdesak-desakan, maka aula sudah tidak dapat menampung penonton yang sangat antusias menyaksikan jalannya dialog antara Islam dan Kristen tersebut. Panitia akhirnya memindah acara dari aula menuju ke Masjid Muhammadiah dengan dihadiri oleh lebih banyak orang.


                                 P emesanan: Sdr. Dendy, HP : 031-60359292                             
    Bp. Chandra, HP : 081332588000

  Telah tersedia dalam format DVD, @1 Rp 20.000,- x 1 DVD = Rp. 20.000,-
  (Belum termasuk ongkos kirim) 

Saksikan dan buktikan sendiri!


********
Tanggapan Pdt. Budi Asali, M.Div terhadap perdebatan ini

1. Dalam debat tentang pertanyaan ini, sangat saya sayangkan adanya hal-hal yang memalukan, yaitu:

a. Waktu yang sengaja dipres, sehingga kami tak punya waktu banyak untuk menjelaskan, dan banyak dari tulisan saya di atas yang tidak sempat disampaikan. Mereka berjanji mulai pk 19.00, tetapi ternyata mereka datang pada pk 20.00, tanpa memberitahu kami. Itupun tidak langsung mulai, karena penonton terlalu banyak, ruangan tidak cukup, sehingga harus pindah ke masjid, dan acara baru mulai mendekati pk 21.00.

Setelah mulai, Bp Mokoginta lalu membahas 10 pertanyaan pertama dari bukunya, yang masing-masing berhadiah Rp 10 juta, dan sesudah itu pertanyaan ke 11 yang berhadiah mobil BMW. Padahal jelas bahwa perdebatan ini bukan berkenaan dengan 10 pertanyaan pertama, tetapi HANYA dengan pertanyaan ke 11nya. Kelihatannya mereka memang mau menghabiskan waktu yang memang hanya sedikit itu. Di tengah-tengah perdebatan, moderator bertanya kepada saya: ‘Acara ini mau sampai pk berapa?’. Saya jawab: ‘Terserah. Sampai pagi juga boleh’. Tetapi ternyata Bp Mashud memutuskan untuk menghentikan acara debat pada pk 22.30.

b. Adanya kecurangan dari pihak panitia, yang membesarkan volume loud speaker pada waktu Bp Mashud dan Bp Mokoginta berbicara, tetapi sebaliknya, mengecilkan volume suara pada saat pihak Kristen (saya atau Esra) berbicara. Saya punya beberapa orang sebagai saksi tentang hal ini.

c. Adanya kecurangan dari moderator, yang jelas sudah diatur oleh pihak Bp Mashud dan Bp Mokoginta, yang selalu memberikan jauh lebih banyak kesempatan berbicara kepada pihak Islam, dan sangat kurang kesempatan bagi pihak Kristen untuk menanggapi.

Tindakan-tindakan pengecut yang memalukan ini menunjukkan bahwa pihak Bp Mashud dan Bp Mokoginta takut suara kami didengar oleh penonton, karena akan membuktikan kesalahan kata-kata mereka. Jadi, mereka ‘terpaksa’ membuat acara ini tidak fair. Dalam faktanya, bagi saya, ini adalah debat dengan Islam yang paling tidak fair dari 6 x perdebatan yang pernah saya lakukan. Saya maklum, karena bagi Bp Mokoginta, ‘fair’ / ‘adil’ dalam acara ini identik dengan ‘kehilangan mobil BMW’!!!

d. Dalam sepanjang debat, bahkan sejak awal, Bp Mashud dan Bp Mokoginta berulang-ulang terlihat secara sengaja tak menjawab argumentasi / serangan kami, tetapi menyimpangkan pembicaraan pada hal yang lain. Sampai kami berulang-ulang menegur mereka tentang arah pembicaraan yang menyimpang itu, tetapi tetap tidak dihiraukan. Ini semua makin membuang waktu yang memang sudah sangat sedikit itu!

e. Dalam debat itu Bp Mashud, mungkin karena jengkelnya dalam menghadapi kekalahan debat itu, tidak bisa menjawab secara rasionil lagi, sehingga lalu:

1. Mengatakan bahwa Budi Asali ‘tidak ada apa-apanya’. Saya tak tersinggung oleh kata-kata itu, karena saya tahu siapa saya. Tetapi saya heran bagaimana seorang ustad bisa melakukan penghinaan seperti itu di depan umum. Apa nggak malu dengan jemaatnya sendiri? Atau sudah tak punya malu lagi? Disamping, kalau saya dalam 2 x perdebatan bisa menghancur-leburkan Bp Mashud dan Bp Mokoginta itu ternyata tidak ada apa-apanya, lalu apa kira-kira sebutan yang cocok untuk diri mereka sendiri?

2. Mengeluarkan kata-kata bahwa Alkitab itu ‘sampah’. Bagaimana dosen / ustad bisa begitu tidak beradab dan tidak etis seperti itu, betul-betul tidak bisa saya mengerti, dan merupakan sesuatu yang seharusnya sangat memalukan dunia Islam sendiri. Saya sebetulnya bisa saja menjawab kata-kata biadab ini dengan kebiadaban yang sama, tetapi saya sebagai orang Kristen diajar untuk tidak meniru dunia (Ro 12:1-2), dan karena itu saya tidak meniru kebiadaban ini dan tetap berbicara secara beradab.

2. Saya menantang Bp Mashud dan Bp Mokoginta, atau siapapun juga, untuk membuktikan kesalahan jawaban saya ini. Boleh secara tertulis atau debat terbuka, asal secara fair!!!
ooOoo


KESESATAN SEKTE YAHWEHISME BAGIAN PERTAMA: TRINITARIAN VS SABELLIANISME

KESESATAN SEKTE YAHWEHISME BAGIAN PERTAMA: TRINITARIAN VS SABELLIANISME

Oleh: Albert Rumampuk
Istilah "Sacred Name Movement” (gerakan nama kudus), di Indonesia biasa disebut juga dengan istilah Yahweh-isme. Ketika saya bicara tentang sekte ini, maka saya bicara tentang kelompok / komunitas yang ada di Indonesia. Apa yang diyakini oleh sekte ini selain mengharuskan nama Yahweh? Pada umumnya mereka menolak doktrin Allah Tritunggal. Saat berinteraksi / diskusi dengan 2 pentolan dari group ini, maka saya mendapati bahwa kelompok ini umumnya menganut ajaran Sabellianisme! Setidaknya, itulah yang saya dapati dari Pdt. Teguh Hindarto M.Th dan Pdt. Yakub Sulistyo STh, MA.

Berikut akan saya kutip, pandangan dari empat ‘punggawa’ pamasyhur nama Yahweh yang ada di Indonesia dan sumber-sumber lainnya.

Pdt. Teguh Hindarto: “Saya tidak menolak essensi kesetaraan dan kesehakikatan Bapa Putra Roh Kudus namun saya menolak terminologi Tritunggal yang menimbulkan bias pemahaman dan kekacauan pemahaman dalam menalar eksistensi Tuhan” (Diskusi di note Pdt. Teguh  Hindarto, “SEKTE YAHWEH?”).

Pdt. Yakub Sulistyo: “Tritunggal artinya 3 tapi 1. Kalau mau pake istilah gitu lebih tepat tunggaltri artinya 1 tapi 3 karena kita bukan politheisme tapi monotheisme (Ul 6:4).” [Diskusi via SMS tanggal 11-12 April 2008, bandingkan ajaran dari Pdt. Yakub Sulistyo yang sudah saya tanggapi disini: Tanggapan atas tulisan Pdt. Yakub Sulistyo].

Pdt. Lukas Sutrisno: “Y A H W E H Nama Tuhannya Orang Israel Zakharia 14:9 Yahweh itu ESA Ulangan 6:4; Markus 12:29, 32. Disebut Bapa karena ia sebagai Pencipta alam jagad raya.Kejadian 1:1. YAHWEH disebut sebagai Firman. Yohanes 1 : 1. Elohim (bentuk jamak dari Eloah (Gelar) karena memiliki banyak wujud dan yang jamak itu bukan YAHWEH nya, krn Yahweh itu personal yang tidak bisa dibuat jamak tetapi Maha karyanya, sehingga disebut Elohim) sedangkan YAHWEH ITU SATU/ ESA (Ulangan 6:4 ; Markus 12:29, 32 ).YAHWEH dipanggil sebagai Bapa. Matius 6:9 ; Roma 1: 7… Lalu YAHWEH itu menjelma menjadi manusia sebagai perantara (1 Tim 2:5) dengan nama YESHUA HAMASIAH”
http://www.alfa-omega.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=66&Itemid=79

Prof. Kristian Sugiyarto: “Sudah sangat jelas bahwa YHWH itu Ekhad, jadi hanya Dialah yang Maha Kuasa , ....dst. Dinyatakan pula Selain Dia (Aku) tidak ada "yang lain". Terkait dengan Sabellianisme, saya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan 3 perwujudan/manifestasi, yang mana ini? . . .Tanakh mencatat adanya Roh YHWH, dan YHWShuA (Yahushua) pun menyatakan bahwa Elohim itu Roh. Tentu saja Dia adalah Ruah haQodesh yang dalam PB dikenal sebagai Roh Kudus. Sejak PL dikenalkan istilah YHWH sebagai Bapa dan Israel (Daud) sebagai anak-anak-Nya. Lalu ini dipertegas oleh YHWShuA (Yesus) sendiri pula. Pemaham perihal Sang Khalik tentu saja kita sangat terbatas. Jadi gambaran sederhana di atas tidak harus dibangun menjadi aliran semacam Sabellianisme atau trinitarian yang bukan mustahil justru menjadi semakin rumit.” (Diskusi via email, Thursday, 16 December 2010 09:49:18).

Catatan: Sugiyarto jelas setuju bahwa YHWH itu Esa / 1 pribadi dan menolak Trinitarian (sekalipun juga mengatakan ‘tak setuju’ pada Sabellianisme).

QUESTIONS ABOUT THE SACRED NAME MOVEMENT (Internet): “ Only a very few have a Trinitarian theology. Most believe a variation of the Arian theology. A small number are Modalistic (Oneness) in their view of God.” http://www.sacrednamemovement.com/snfaq.htm

Ir Herlianto… Sekalipun ada yang hanya ikut-ikutan menggunakan nama YHWH dan tetap mengikuti ajaran gereja lama yang trinitarian jumlahnya sangat sedikit, karena pengaruh yudaisme yang kental mendorong SNM pada umumnya menolak ajaran/doktrin Tritunggal (Allah yang Esa dengan tiga pribadi Bapa, Anak dan Roh Kudus) dan disamping terpengaruh Yudaisme terpengaruh juga faham Unitarian, Binitarian, atau Arian sebagai imbas Jehovah Witnesses yan sudah lebih dahulu hadir.”(Yabina Ministry, Artikel “Sacred Name Movement”)

Menurut seorang teman saya yang sudah bertahun-tahun belajar Teologi dan berpengalaman dalam berdiskusi dengan kelompok ini, dalam kalangan mereka sendiri terdapat perbedaan teologi / kesepakatan mengenai doktrin Tritunggal ini. Tetapi, yang menjadi penekanan saya adalah pada umumnya, kelompok ini menolak doktrin Allah Tritunggal.


Berikut adalah perdebatan saya dengan Pdt. Teguh Hindarto M.Th (Kelompok Messianic-Indonesia / Yahwehisme) seputar doktrin Allah Tritunggal dan Sabellianisme.


TEGUH HINDARTO:

Mengenai tuduhan Sabelianisme, apakah Anda sudah mengerti benar apa itu Sabelianisme? Sabelianisme nama lainnya adalah Modalistik Monarkianisme. Inti pemahamannya bahwa Tuhan itu Esa dan memiliki 3 cara berada sebagai Bapa, Anak, Roh Kudus. Di zaman Perjanjian Lama Dia menyatakan diri sebagai Bapa, di zaman Perjanjian Baru Dia menyataan diri sebagai Anak dan kemudian menyatakan dalam Roh Kudus. Berikut saya ringkaskan pandangan saya mengenai Keesaan Tuhan.

Tuhan Yang Esa dengan Tiga Maha Karya:

Mencipta, dipanggil sebagai Bapa
Menyelamatkan, dipanggil sebagai Putra
Menghibur dalam diri orang percaya, disebut Roh Kudus

Mengapa digunakan istilah “Keesaan Bapa, Putra, dan Roh Kudus?”. Pertama, istilah Keesaan adalah istilah yang firmaniah dan secara literal tertulis dalam TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru. Ortodoksi Yudaisme, sebagai akar Kekristenan mendasarkan pada “Shema (Shema Yisrael, YHWH Eloheinu YHWH Ekhad” yang artinya, “Dengarlah Israel, YHWH itu Tuhan kita, YHWH itu Esa”,Ul 6:4) Rabbi Hayim Ha Levy Donin, memberikan keterangan: “The Shema is declaration of faith, a pledge of allegiance to One God, an affirmation of Judaism. It is the first prayer that children are taught to say” (To Pray As A Jew, Basic Books, p.144)

Dalam Kitab Perjanjian Baru, Yesus kembali mengutip “Shema” (Mrk 12:29). Berulang kali, dalam suratnya, Rasul Paul mengungkapkan sebutan Bapa, Putra, Roh Kudus bersamaan dengan kata Esa (1 Tim 1:17, 1 Tim 2:5-6, 1 Kor 8:5-6, Gal 3:20), demikian pula Rasul Yohanes menyebutkan mengenai keesaan (Yoh 5:45) serta rasul Yudas (Yud 1:25). Secara literal, istilah “Keesaan” adalah Firmaniah atau Scriptural. Kedua, makna Keesaan dalam sudut pandang Scriptural adalah bahwa orang beriman harus menyembah kepada satu-satunya Tuhan yang benar, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus serta bukan kepada Tuhan yang lain. Hanya Dia lah fokus ibadah (Ul 6:13), fokus kasih (Ul 11:1), fokus doa (Mzm 143:1), fokus pujian (Mzm 66:2). Jadi, kata “Ekhad”, bukan bermakna aritmetis semata namun bermakna metafisik. Tuhan yang mengatasi ruang dan waktu dan yang satu-satunya berhak menerima penyembahan. Ketiga, baik Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah sehakikat, setara dalam kekekalan. Bapa, Putra dan Roh Kudus, keluar dari hakikat Bapa (Yoh 8:42, Yoh 15:26).

Tuhan yang Esa, yang dalam zaman hidup nabi-nabi di Perjanjian Lama, dikenal dengan nama YHWH (Yahweh, Kel 3:15), maka dalam Perjanjian Baru telah menyatakan diri-Nya kepada manusia (Ibr 1:3), melalui Firman-Nya yang menjadi manusia (Yoh 1:1,14) serta mengambil rupa manusia (Fil 2:7) yang bernama, Yesus (Mat 1:21) serta mengajar manusia melaluii Roh-Nya yang berdiam dalam diri orang beriman (Yoh 14:16-17). YHWH disebut sebagai Bapa Surgawi (Yes 64:8, Mat 6:9) dan Pencipta Langit serta Bumi (Yes 40:28, Mzm 121:1-2). Yahshua disebut sebagai Putera Tuhan (Mat 16:16). Roh Bapa atau Roh YHWH, disebut juga Roh Kudus atau Roh kebenaran (Yoh 14:26, Yoh 15:26). Baik YHWH, Firman dan Roh bukanlah tiga melainkan satu. Karena Firman dan Roh berdiam bersama dalam kekekalan bersama YHWH (Yoh 1:1). Bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman keluar dan datang dari hakikat Bapa (Yoh 8:42). Demikianpula Roh keluar dari Bapa (Yoh 15:26). Bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman tidak diciptakan, melainkan menciptakan dan menyebabkan adanya ciptaan (Mzm 33:6, Yoh 1:3, Kol 1:16). Demikian pula Roh Kudus yang menyebabkan semua ciptaan menjadi hidup dan bernafas (Ayub 34:14). Bukan pula tiga pribadi melainkan satu pribadi dengan tiga karya dan manifestasi kuasa. Mengapa satu pribadi ? Bapa, Putra dan Roh Kudus (YHWH, Firman-Nya, Roh-Nya) adalah satu pribadi dalam kekekalan, karena yang satu tidak ada dan diadakan lebih dahulu oleh yang lain. Kata “satu” dalam ulasan ini bukan bermakna aritmetik melainkan ontologik, karena kita sedang membicarakan Tuhan yang mengatasi dan berada didalam segala sesuatu yang Dia ciptakan.

ALBERT RUMAMPUK:

Sabelianisme adalah ajaran yang anti Trinitarian yang percaya bahwa Tuhan itu tunggal / Esa dalam pribadi tapi menyatakan diri-Nya dalam 3 cara / perwujudan / manifestasi.

Anda menyebut Bapa sebagai pencipta, apakah anda pikir Anak / Putra tidak mencipta (Yoh 1:3)? Putra memang menyelamatkan, tapi YHWH juga disebut ‘Juruselamat’ (Yes 45:21). Roh Kudus memang tinggal dalam orang percaya dan sebagai penghibur, tetapi bukankah Anak dan Bapa juga tinggal dalam diri orang percaya (Yoh 14:23)?. Secara umum ketiga pribadi ini tak bisa dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya, dalam arti bahwa apa yang dikerjakan / dipikirkan oleh Bapa, juga merupakan tindakan / pikiran Anak dan Roh Kudus.

YHWH memang Esa (Ul 6:4), tapi bagaimana dengan ayat2 yang menunjukkan semacam ‘kejamakan tertentu’ dalam diri YHWH? Misalnya Kej 1:26- “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah KITA menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’"

Kata-kata “Allah yang Esa” dalam ayat2 di atas, menunjuk pada keEsaan secara hakikat. Tapi secara pribadi; ‘jamak’. Misalnya: Kej 1:26; Yoh 3:17; Yoh 14:23; Yoh 14:26; Ibr 1:8; Rom 8:26, dsb. Jika keEsaan Tuhan adalah tunggal secara mutlak, maka akan menentang banyak ayat dalam Alkitab yang menyatakan semacam ‘kejamakkan tertentu’ dalam diri Tuhan. Dari sisi Firman Tuhan, orang percaya memang harus menyembah kepada satu2nya Tuhan yang benar; Bapa, Anak dan Roh Kudus. Satu-satunya Tuhan yang benar / Esa secara substansi tapi dalam 3 pribadi.

Anda katakan yang menjadi manusia itu adalah Firman-Nya (Firman YHWH). Jadi pada awalnya Yesus prainkarnasi adalah Firman dalam arti kata-kata2 / kalimat YHWH yang kemudian jadi manusia? Dasar yang digunakan adalah Yoh 1:1, tahukah anda jika pemahaman anda seperti itu, anda justru telah menentang ayat tersebut. Yesus bukan hanya sekedar kata-kata Allah saja, tapi sejak kekekalan lampau, Dia adalah suatu pribadi (Yoh 1:1)! Yoh 8:42, bukan bicara tentang substansi keTuhanannya, tapi soal pekerjaan / pelayanannya sebagai utusan Bapa yang melakukan kehendak-Nya. Ayat-ayat yang menunjukkan adanya semacam ‘kejamakan tertentu’ dalam diri Allah yang sudah saya tunjukkan diatas, membuktikan bahwa Tuhan itu ada dalam 3 pribadi. Ketiga pribadi ini, bukan menunjukkan Triteisme, tapi 3 pribadi ini ada dalam 1 hakekat; TUHAN. Tuhan memang Esa / Ekhad (secara substansi) – Ul 6:4, tapi jamak secara pribadi, misalnya Kej 1:26. Catatan: Kata ‘Ekhad’ tak boleh diartikan Esa / tunggal secara mutlak.

TEGUH HINDARTO:

Tentu saja Sang Putra dalam Pra Ada sebagai Firman terlibat dalam penciptaan bahkan Dialah perantara terjadinya ciptaan (Kej 1:3, Mzm 33:6, Yoh 1:3). Namun terminologi “pribadi” yang dilekatkan pada masing-masing predikat Bapa, Anak, Roh Kudus, tentu saja dapat menyesatkan nalar mengenai adanya “tiga keilahian” dalam kekekalan. Jika memang ada “tiga keilahian”, lalu bagaimana menjelaskan ucapan Yesus sbb: “Aku keluar dan datang dari Tuhan” (Yoh 8:42). Lalu bagaimana menjelaskan pernyataan bahwa: “Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa” (Yoh 15:26). Jika “Sang Putra” dan “Sang Roh Suci” KELUAR dari Bapa, itu tandanya hanya SATU SUMBER dan SATU PRIBADI dan tidak lebih. Baik Tuhan, Firman dan Roh (Kej 1:1-3) adalah SATU bukan tiga. Rasul Paul pun mengatakan demikian: “namun bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Junjungan Agung saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (1 Kor 8:6). Kata Yunani EK artinya KELUAR DARI. Jadi Bapa adalah sumber segala sesuatu. Di dalam diri Bapa yang bernama Yahweh telah ada Firman dan Roh-Nya dalam kekekalan. Sekalipun bersifat trinitaris namun Yesus dan para rasul tidak pernah menyebutkan Tuhan itu Tritunggal melainkan ESA adanya.

Kejamakan yang dimaksudkan bukan jamak bilangan (pluralis aritmaticum) melainkan jamak kemuliaan (pluralis maistaticum), dimana kata NAKHNU (Kami) menunjuk pada Tuhan, Firman, Roh dalam Kejadian 1:1-3. Kata NAKHNU (Kami) dapat pula menunjuk pada Tuhan dan para malaikat (Ayb 2:1). Apakah Anda membayangkan ada TIGA PRIBADI ILAHI bercakap-cakap satu sama lain? Ini politeisme dan bukan monoteisme dan ini tidak sejalan dengan pernyataan Yesus mengenai kesatuan diri-Nya dengan Sang Bapa (Yoh 8:42; 15:26).

Tidak disangkal, berdasarkan bukti induktif ayat-ayat Kitab Suci bahwa Tuhan yang esa bersifat trinitaris. Apa yang trinitaris? BUKAN PRIBADINYA melainkan FUNGSINYA/KARYANYA. Jika Anda bersikukuh berpendapat ada “kejamakan pribadi” dalam diri Tuhan, bagaimana Anda menjelaskan pernyataan Yesus dalam Yohanes 8:42 dan Yohanes 15:26 bahwa Yesus dan Roh Kudus KELUAR dari Bapa? Jika ada kejamakan pribadi, seharusnya tidak dikatakan keluar dari Bapa, karena mereka masing-masing berdiri sendiri.

Dan sekalipun Tuhan yang Esa itu bersifat Trinitaris thoh Yesus dan para rasul tidak pernah menyebutkan adanya istilah TRITUNGGAL dan TIGA PRIBADI? Nah, siapa yang membuat istilah yang tidak ada dalam Kitab Suci?
Saya garis bawahi pernyataan Anda, “Yesus bukan hanya sekedar kata-kata Allah saja, tapi sejak kekekalan lampau, Dia adalah suatu pribadi (Yoh 1:1)!”. Apakah Sang Firman pernah merasa lapar? Apakah Sang Firman pernah merasa sedih? Apakah Sang Firman pernah merasa gelisah? Silahkan Anda buktikan bahwa Para Inkarnasi Yesus adalah “suatu pribadi!”. Justru Yesus adalah Pribadi yang memiliki sifat dan kepribadian sebagai manusia pada umumnya yaitu lapar, haus, sakit, gelisah, dll.

Anda menyangkal pernyataan “Aku keluar dan datang dari Bapa” (Yoh 8:42) bukan berbicara mengenai “substansi Ketuhanan-Nya” melainkan “soal pekerjaan/pelayanannya sebagai utusan Bapa”. Kata Yunani EK dalam ayat di atas sangat jelas jika kita lakukan eksegese menunjuk pada hakikat Ketuhanan Yesus yang berasal dari hakikat Bapa.

Istilah yang Anda buat, “Tuhan itu esa secara substansi dan jamak dalam pribadi”, tidak mendapatkan rujukannya dalam Yohanes 8:42 dan Yohanes 15:26 serta Kejadian 1:1-3 serta Yohanes 1:1-3.

ALBERT RUMAMPUK:

Mengenai doktrin Tritunggal yang anda tolak itu, sepertinya akar persoalannya terletak pada "Pribadi" Tuhan itu; 3 pribadi atau 1 Pribadi.
saya akan beri dasar Kitab sucinya lagi:

Yoh 3:17 “Sebab Allah MENGUTUS Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia”

Yoh 14:23- “Jawab Yesus: ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan KAMI akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.’”

Yoh 14:26 – “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan DIUTUS oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”

Rom 8:26 – “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan”

Bagaimana anda menjelaskan bahwa Bapa bisa MENGUTUS Anak, lalu Roh Kudus DIUTUS oleh Bapa ? Bagaimana menjelaskan bahwa Roh Kudus BERBICARA pada Bapa?

Ini adalah dasar yang saya gunakan untuk menunjukkan bahwa Tuhan itu ada dalam 3 pribadi. Silahkan di jawab!

Anda menggunakan ayat ini untuk menunjukkan bahwa Bapa adalah sumber segala sesuatu. Lihat ayatnya baik-baik:

1 Kor 8:6- "Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup."

Yang pertama, anda telah mengubah kata-kata dalam ayat itu; kata Allah (THEOS) telah anda ubah menjadi 'Tuhan'. Lalu kata Tuhan (KURIOS) diubah menjadi 'Junjungan Agung'. Saya tanya Alkitab versi apa yang anda gunakan? Versi / produk Yahweism?

Perhatikan ayat itu;

Dikatakan bahwa Bapa, "dari pada-Nya berasal segala sesuatu", berarti Bapa adalah sumber dari segala yang ada. Bandingkan dengan Yesus, "oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan". Nah jika segala sesuatu dijadikan Yesus, bukankah berarti Yesus juga adalah sumber dari segala yang ada (yang diciptakan-Nya), Bdk. Kol 1:16.

Menurut anda, apakah Yesus itu hanya Tuhan (KURIOS) dan bukan Allah (THEOS)?

TEGUH HINDARTO:

Darimana Anda bisa menyimpulkan adanya TIGA PRIBADI hanya dengan berlandaskan kata MENGUTUS? Jika Tuhan 3 pribadi, kenapa Yohanes 8:42 dan Yohanes 15:26 memberikan keterangan bahwa Anak dan Roh datang dari satu sumber yaitu Bapa? Yang namanya pribadi ya berlainan dan berdiri sendiri. Memangnya Anda mengartikan Anak dan Roh “diutus” seperti Raja mengirim “utusan” sebagai wakil dirinya? Jika demikian adanya berarti dalam kekekalan ada tiga pribadi Tuhan sedang bercakap-cakap. Dan ini bukan monoteisme melainkan triteisme.
Anda masih berpegang pada teori lama bahwa Kurios diterjemahkan Tuhan dan Theos diterjemahkan Allah. Sementara saya berpegang bahwa Theos seharusnya diterjemahkan Tuhan dan Kurios diterjemahkan Tuan atau Junjungan Agung Yang Ilahi. Ini bukan fokus diskusi kita.

ALBERT RUMAMPUK:

Jika Mereka bukan PRIBADI yang BERBEDA, bagaimana "yang satu" bisa MENGUTUS "yang lain"?? Jika bukan pribadi yang berbeda, bagaimana mungkin "yang satu" BERBICARA pada "yang lain"?? Silahkan dijawab dan buktikan bahwa itu Triteisme!

 Diatas sudah saya buktikan bahwa berdasarkan ayat: Yoh 3:17, Yoh 14:23,26 dan Rom 8:26, maka Tuhan itu ada dalam 3 pribadi. Anda menggunakan kata 'Esa / Ekhad' melalui Ul 6:4 untuk menunjukkan Tuhan itu Tunggal. Apa dasarnya mengatakan bahwa EKHAD itu berarti SATU / TUNGGAL secara mutlak?? Tolong anda bedah kata itu berdasarkan kamus / leksikon atau berdasar seluruh konteks dalam KS bahwa kata EKHAD berarti tunggal mutlak!? Istilah Tritunggal memang tak ada di KS, tapi dengan membandingkan seluruh ayat2 dalam KS, maka muncul kesimpulan bahwa Allah itu 3 pribadi tetapi 1 dalam esensi. Dari situlah lalu muncul istilah tersebut.

TEGUH HINDARTO:

Pernyataan “pribadi yang berbeda” semakin menguatkan pemahaman Triteis Anda. Anda tidak memberikan jawaban atas sanggahan saya:

Darimana Anda bisa menyimpulkan adanya TIGA PRIBADI hanya dengan berlandaskan kata MENGUTUS? Jika Tuhan 3 pribadi, kenapa Yohanes 8:42 dan Yohanes 15:26 memberikan keterangan bahwa Anak dan Roh datang dari satu sumber yaitu Bapa? Yang namanya pribadi ya berlainan dan berdiri sendiri. Memangnya Anda mengartikan Anak dan Roh “diutus” seperti Raja mengirim “utusan” sebagai wakil dirinya? Jika demikian adanya berarti dalam kekekalan ada tiga pribadi Tuhan sedang bercakap-cakap. Dan ini bukan monoteisme melainkan triteisme.

Coba gunakan logika Anda:

Jika Bapa, Anak, Roh Kudus TIGA PRIBADI YANG BERBEDA, kenapa yang satu keluar dari yang lain? (Yoh 8:42, Yoh 15:26)

Jika Bapa, Anak, Roh Kudus TIGA PRIBADI YANG BERBEDA, berarti ada tiga pribadi yang berdiri sendiri-sendiri dalam kekekalan, sebagaimana digambarkan lukisan-lukisan Kristen Eropa Abad Pertengahan mengenai tiga laki-laki berjenggot berdempetan?

ALBERT RUMAMPUK:

Jangan lari dari semua ayat yang telah saya berikan itu. Silahkan jawab ini:

Jika Mereka bukan PRIBADI yang BERBEDA, bagaimana "yang satu" bisa MENGUTUS "yang lain"?? Jika bukan pribadi yang berbeda, bagaimana mungkin "yang satu" BERBICARA pada "yang lain"??

Silahkan anda jelaskan, jika hanya 1 pribadi, mengapa bisa MENGUTUS dan BERBICARA pada “yang lain” ?? Apa anda pikir Tuhan mengutus DIRINYA SENDIRI? Lalu berbicara pada DIRINYA SENDIRI??? Anda pikir TUHAN itu segila anda??? Ayo dijawab dan jangan menhindar lagi!

Dalam kekekalan, 3 pribadi itu memang ‘bercakap-cakap’, misalnya: Kej 1:26; Ibr 1:8. Allah Anak merupakan pribadi yang berbeda dari Bapa (mis: Yoh 1:1). Bagaimana anda bisa mengatakan bahwa kata “KITA” pada Kej 1:26, berarti: “pluralis maiestaticum” (jamak pengagungan) bukan “pluralis aritmaticum” (jamak bilangan)? Apakah “pengagungan” yang satu bisa BICARA pada “pengagungan” yang lainnya? Bagaimana anda bisa mengatakan: “Tentu saja malaikat tidak menciptakan, namun malaikat sebagai saksi atas penciptaan “? Lalu anda harus tafsirkan bagaimana kalimat: “Baiklah KITA MENJADIKAN manusia…”? Jika anda katakan itu juga menunjuk pada malaikat, berarti Malaikat juga mencipta! Itu juga membuktikan bahwa kata “KITA” yang berarti “pluralis maiestaticum”, juga termasuk malaikat! Jadi yang “pluralis” ada 4 “……”??? Itu jelas jamak ‘bilangan’, tapi bilangan “pribadinya” bukan “Hakekatnya”.

Mengenai istilah “keluar dari Allah”, sudah saya jelaskan diatas, sekarang giliran anda menjelaskan apa arti kata MENGUTUS dan BERBICARA itu! Monggo…

TEGUH HINDARTO:

YHWH, Firman dan Roh-Nya bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman dan Roh berdiam bersama dalam kekekalan bersama YHWH (Kej 1:1-3, Yoh 1:1). Bukan tiga melainkan satu, karena Firman keluar dari hakikat Bapa (Yoh 8:42) demikianpula Roh Kudus keluar dari hakikat Bapa (Yoh 15:26). Bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman tidak diciptakan melainkan menyebabkan terciptanya segala sesuatu (Mzm 33:6, Yoh 1:3, Kol 1:16), demikianpula Roh Kudus menyebabkan setiap ciptaan menjadi hidup dan bernafas (Ayb 34:14). Bukan pula tiga pribadi melainkan satu pribadi dengan tiga karya dan manifestasi kuasa. Istilah tiga pribadi, mengandaikan ada tiga realitas Tuhan yang berdiri sendiri dalam kekekalan dan memiliki pribadi yang berbeda. Pemahaman ini akan menimbulkan konsep yang triteistik yang bertentangan dengan monoteisme Yudaik (Ul 6:4-5).

Tidak disangkal bahwa Bapa memiliki kepribadian. Tidak disangkal Sang Firman yang menjadi manusia bernama Yesus (Yahshua-Yeshua) adalah berpribadi. Demikianlah Roh Kudus pun berpribadi. Namun sebutan 3 pribadi seharusnya diredefinisi karena istilah tersebut membuat kita telah berusaha MENJUMLAHKAN masing-masing pribadi yang sebenarnya satu saja yaitu Yahweh, Firman dan Roh-Nya. Sejak kekal Yahweh telah bersama Firman dan Roh-Nya (Kej 1:1).

EKHAD: Muncul dalam TaNaKh sebanyak 960 kali dengan arti ”tunggal“, ”satu-satunya“ (Zak 14:9, Yes 10:17), ”kesatuan“ (Kej 2:24; 34:16, Kel 12:49)

YAKHAD: Muncul dalam TaNaKh sebanyak 134 kali. Makna secara literal ”bersama-sama“, ”kesatuan“ (Mik 2:12)

YAKHID: Muncul sebanyak 11 kali dalam TaNaKh dan selalu menunjuk satu secara aritmetik (Am0s 8:10, Mzm 22:10)

Ketika dikatakan dalam Ulangan 6:4, ”Yahweh Eloheinu Yahweh Ekhad“ artinya ”Yahweh adalah satu-satunya Tuhan dan tiada yang lain“. Hak ini ditegaskan dalam Yesaya 45:21 sbb: ” Bukankah Aku, TUHAN? Tidak ada yang lain, tidak ada Tuhan selain dari pada-Ku! ...“

Bahkan kata KAMI dalam Kejadian 1:27 tiada lain menunjuk pada Yahweh, Firman dan Roh-Nya beserta para malaikat. Kata ganti jamak ANAKHNU dalam Kejadian 1:27 bukan bermakna ada 3 pribadi Tuhan namun ada Tuhan yang Esa yang menciptakan segala sesuatu dengan Firman-Nya dan menghidupkan segala sesuatu dengan Roh-Nya. Sekalipun dalam keesaan ada sifat trinitaris Tuhan namun tidak seharusnya kita menyebutnya dengan sebutan 3 pribadi.

ALBERT RUMAMPUK:

Anda katakan: "Tidak disangkal bahwa Bapa memiliki kepribadian. Tidak disangkal Sang Firman yang menjadi manusia bernama Yesus (Yahshua-Yeshua) adalah berpribadi. Demikianlah Roh Kudus pun berpribadi. Namun sebutan 3 pribadi seharusnya diredefinisi karena istilah tersebut membuat kita telah berusaha MENJUMLAHKAN masing-masing pribadi yang sebenarnya satu saja yaitu Yahweh, Firman dan Roh-Nya. Sejak kekal Yahweh telah bersama Firman dan Roh-Nya (Kej 1:1)."

Lalu EKHAD bisa diartikan 'kesatuan'...Wah, bukankah jawaban anda ini membuktikan bahwa adanya semacam "kejamakan" dalam diri Tuhan itu memang benar?

Anda katakan: "Ketika dikatakan dalam Ulangan 6:4, ”Yahweh Eloheinu Yahweh Ekhad“ artinya ”Yahweh adalah satu-satunya Tuhan dan tiada yang lain“. Hak ini ditegaskan dalam Yesaya 45:21 sbb: ” Bukankah Aku, TUHAN? Tidak ada yang lain, tidak ada Tuhan selain dari pada-Ku! ...“

Bukankah EKHAD itu bisa diartikan KESATUAN / GABUNGAN? Silahkan ditinjau seluruh konteks yang berhubungan dengan Bapa, Anak dan RohKudus, anda akan temukan makna sebenarnya.

Lalu dikatakan: "Bahkan kata KAMI dalam Kejadian 1:27 tiada lain menunjuk pada Yahweh, Firman dan Roh-Nya beserta para malaikat. Kata ganti jamak ANAKHNU dalam Kejadian 1:27 bukan bermakna ada 3 pribadi Tuhan namun ada Tuhan yang Esa yang menciptakan segala sesuatu dengan Firman-Nya dan menghidupkan segala sesuatu dengan Roh-Nya. Sekalipun dalam keesaan ada sifat trinitaris Tuhan namun tidak seharusnya kita menyebutnya dengan sebutan 3 pribadi."

Yang saya maksudkan itu ayat 26 bukan 27.
Nah, anda sendiri sudah akui bahwa kata KAMI pada ayat itu, bicara lebih dari "satu pribadi", bukankah itu benar? Jika memang ESA itu tunggal mutlak, lalu mengapa gunakan kata KAMI? 'Kami' adalah kata ganti orang bentuk JAMAK, bagaimana mungkin anda paksakan harus tunggal mutlak?

Anda katakan kata KAMI juga termasuk malaikat? Berarti malaikat juga PENCIPTA? Wah tambah ngawur aja pak M.Th ini...

TEGUH HINDARTO:

Kata EKHAD dalam Ulangan 6:4 tidak ditujukan pada siapapun selain YHWH. Ekhad dalam Ulangan 6:4 diartikan SATU-SATUNYA YANG BERHAK DISEMBAH (setara dengan Yohanes 17:3). Bukankah saya sudah menuliskan bahwa kata EKHAD: “Muncul dalam TaNaKh sebanyak 960 kali dengan arti ”tunggal“, ”satu-satunya“ (Zak 14:9, Yes 10:17), ”kesatuan“ (Kej 2:24; 34:16, Kel 12:49)?” Dalam konteks Ulangan 6:4 bermakna “satu-satunya yang berhak disembah”. Bagaimana saya tidak mengatakan Triteisme, karena ada 3 pribadi tuhan saling bercakap-cakap layaknya satu badan dengan tiga kepala?


ALBERT RUMAMPUK:

Anda lagi-lagi telah bicara tentang “konteks”, wah saya bersyukur ternyata metode penafsiran anda sudah mulai “bagus”. Kata EKHAD dalam Ul 6:4, jika diartikan satu yang tunggal mutlak, maka akan menentang banyak ayat-ayat lain dalam KS, seperti Kej 1:26; 11:7; Pkh 12:1 (bdk. Yoh 1:1-3); Yes 6:8; Maz 45:7-8 dan ayat-ayat lain yang sudah saya sebutkan diatas. Kita harus meninjau bukan hanya konteks dalam Ul 6, tapi juga keseluruhan konteks dalam KS. Saya anjurkan anda untuk maju selangkah lagi dan melakukan hal ini, jika tidak, maka ayat-ayat dalam Alkitab menjadi kontradiksi! Kata Ekhad sendiri menurut anda punya arti yang tunggal / satu-satunya misalnya pada Zak 14:9 dan Yes 10:17, lalu mengapa dalam Ul 6:4 seakan-akan anda juga mengartikannya seperti itu? Sebenarnya kata Ibrani YAKHID adalah kata yang menunjukkan ‘tunggal yang mutlak’ (misalnya Kej.22:2). Jika memang Musa memaksudkan bahwa YHWH itu tunggal secara mutlak, mengapa dia tidak menggunakan kata Yachid? Itu menunjukkan apa? Menunjukkan bahwa ada semacam “kejamakan” dalam diri Allah.

TEGUH HINDARTO:

Sebuah kata dan kalimat memang harus dipahami berdasarkamn konteksnya. Namun berbicara nama Tuhan dan nama manusia tidak memerlukan konteks. Itu akal-akalan Anda saja. Saya tidak mengatakan bahwa kata EKHAD dalam Ulangan 6:4 bermakna SATU MUTLAK. Saya hanya meluruskan pemahaman Anda yang selalu MENALAR TUHAN secara MATEMATIS dengan berdalih bahwa kata EKHAD menunjukkan kejamakkan. Jika hanya berbicara kejamakkan, mengapa harus 3? Mengapa tidak 4 atau 5 atau 10? Kata EKHAD tidak menunjukkan JAMAK JUMLAH. Ketika saya berkata: “Saya memiliki SATU gagasan”, apakah kata SATU dalam pernyataan saya tersebut mengindikasikan adanya jumlah? Jika ya, ada berapa jumlah gagasan yang dapat dihitung dari satu gagasan saya? Nah, kata EKHAD Ulangan 6:4 tidak ditujukan pada siapapun selain YHWH. Ekhad dalam Ulangan 6:4 diartikan SATU-SATUNYA YANG BERHAK DISEMBAH (setara dengan Yohanes 17:3). Kata EKHAD dalam Ulangan 6:4 tidak membicarakan jumlah. Jika kata EKHAD membicarakan kejamakan dalam pengertian Aritmetis, mengapa hanya nama YHWH yang disebutkan?


ALBERT RUMAMPUK:

Lagi-lagi anda mengabaikan konteks. Penafsiran macam apa itu? Jika hanya kata “nama” yang tak memerlukan konteks, lalu mengapa saat bicara tentang keselamatan karena perbuatan baik di Mat 7:15-23, anda MEMBUANG konteks?? Sungguh “luar biasa” sang ilmuan ini!

Jika anda tak mengatakan EKHAD sebagai “tunggal mutlak”, lalu mengapa katakan Allah itu SATU pribadi yang ESA? Anda katakan mengapa harus 3 pribadi dan bukan 4-10? Karena Alkitab ngomong demikian! Coba buktikan bahwa pribadi-Nya itu 4, 5 atau 10?? Jangan asal omong pak M.Th!

Jika anda tak mengartikan EKHAD pada Ul 6:4 sebagai “tunggal mutlak”, jangan gunakan itu sebagai dasar untuk membantah doktrin Tritunggal. Sekarang buktikan bahwa Allah itu tunggal secara mutlak!

TEGUH HINDARTO:

Bagaimana penilaian Anda dengan ayat berikut? “yislakh devaru we yirpaem…” (Mzm 107:20) artinya, “Dia mengutus Firman-Nya dan di sembuhkannya mereka” (Mzm 107:20). Apakah Tuhan sedang berbicara kepada Firman-Nya?

Istilah “mengutus” harus ditempatkan pada konteksnya. Kata “mengutus” artinya “menyampaikan kehendak-Nya”. Ketika kata “mengutus” diperuntukkan bagi Yesus oleh Bapa-Nya bermakna bahwa Sang Firman yang menjadi manusia bernama Yesus diutus untuk menyampaikan kehendak Sang Bapa yang roh itu melalui seluruh ajaran, perkataan dan sikap perilaku Yesus.

Justru konsep Anda bahwa Tuhan bercakap-cakap dengan Sang Anak dan Roh Kudus adalah Avodah Zarah alias Syirk dan Triteis.

ALBERT RUMAMPUK:

Maz 107:20- TB: “Disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya v mereka, diluputkan-Nya mereka dari liang kubur”

KJV : “He sent his word, and healed them, and delivered [them] from their destructions.”

Kata “disampaikan-Nya” (Ibrani: shalach), memang bisa berarti “mengirim”, “memberikan” atau “menyampaikan”. Tetapi, kata “firman” dalam konteks ayat ini, tidak bicara tentang suatu ‘pribadi’, namun hanya sekedar ‘kata-kata’ Alah saja. Pada waktu orang berseru-seru karena kesesakan yang dialaminya (ayat 19), maka Tuhan menjawab dengan memberi / menyampaikan ‘firman-Nya’ (kata-kata-Nya) dengan menyembuhkan dan meluputkan mereka. Ini bukan berarti Tuhan sedang bicara pada ‘kata-kata-Nya’ sendiri. Saat Dia bicara, secara otomatis firman / kata-kata itu keluar TANPA perlu diperintahkan!

Ini berbeda dengan kasus dalam ayat-ayat berikut ini:

Yoh 3:17 “Sebab Allah MENGUTUS Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia”

Yoh 14:26 – “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan DIUTUS oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”

Kata “Anak” dan “Roh Kudus” dalam ayat tersebut, adalah suatu pribadi, dan disitu, Bapa MENGUTUS pribadi Anak dan pribadi Roh Kudus.

Itu diperjelas dengan adanya kata “KAMI” pada ayat berikut ini:
Yoh 14:23- “Jawab Yesus: ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan KAMI akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.’”

“KAMI” adalah kata ganti orang bentuk jamak yang menunjuk pada BAPA dan ANAK. Bandingkan dengan ayat berikut:

Rom 8:26 – “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan”

Ibrani 1:8 – “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran”

Disini dejelaskan Roh Kudus berdoa / BERBICARA pada Allah dan Bapa BERBICARA pada Anak!

Anda mengatakan: “Istilah ‘mengutus’ harus ditempatkan pada konteksnya. Kata ‘mengutus’ artinya ‘menyampaikan kehendak-Nya’”. Wah, rupanya anda sudah mempelajari prinsip penafsiran yang benar ya? Suatu kemajuan yang patut diapresiasi. Saya sudah menempatkan Maz 107:20 pada konteksnya dan kata “firman” disitu berarti “kata-kata” Tuhan.

Lalu anda mengatakan: “kata ‘mengutus’ diperuntukkan bagi Yesus oleh Bapa-Nya bermakna bahwa Sang Firman yang menjadi manusia bernama Yesus diutus untuk menyampaikan kehendak Sang Bapa yang roh itu melalui seluruh ajaran, perkataan dan sikap perilaku Yesus.”

Jawab: Pertama, yang anda harus tahu bahwa Yesus sudah adalah ‘Anak’ bahkan sebelum Dia menjadi manusia (Yoh 3:17). Saat Bapa mengutus Anak-Nya, Dia mengutus suatu pribadi yang lain dan bukan berarti hanya mengutus ‘kata-kata-Nya’ sendiri! Jika anda memahami bahwa kata “Anak” disitu bicara tentang ‘kata-kata / firman’ Tuhan, maka itu sudah menentang banyak ayat dalam Alkitab, seperti Yoh 1:1, Yoh 14:23, Ibr 1:8, Rom 8:26, Kej 1:26, dsb.

Ketika Bapa, Anak dan Roh Kudus bercakap-cakap, itu tidaklah menunjuk pada Triteisme / 3 Allah. Tuhan ada dalam 3 pribadi (seperti ayat-ayat yang sudah saya tunjukkan), tetapi dalam 1 substansi (Ul 6:4). Bagaimana pak M.Th?

TEGUH HINDARTO:

Adanya Bapa berbicara kepada Anak karena Sang Anak adalah inkarnasi Firman-Nya. Dan telah saya katakan sebelumnya: Tidak disangkal Sang Firman yang menjadi manusia bernama Yesus (Yahshua-Yeshua) adalah berpribadi. Demikianlah Roh Kudus pun berpribadi. Namun sebutan 3 pribadi seharusnya diredefinisi karena istilah tersebut membuat kita telah berusaha MENJUMLAHKAN masing-masing pribadi yang sebenarnya satu saja yaitu Yahweh, Firman dan Roh-Nya. Sejak kekal Yahweh telah bersama Firman dan Roh-Nya (Kej 1:1).

ALBERT RUMAMPUK

Loh, Bapa bicara pada Anak bukan nanti saat Allah Anak berinkarnasi jadi manusia, tapi sejak kekal yang lampau, misalnya Kej 1:26; 11:7 dan ayat-ayat berikut ini:

Ibrani 1:8, “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran’”.

Maz 2:7, “Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”

Ibr 1:5, “Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: ‘Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’ dan ‘Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?’”

Itu membuktikan bahwa ada 2 pribadi Allah yang bercakap-cakap, karena jika tidak, maka tak mungkin sesuatu yang berpribadi bisa ngomong pada yang bukan berpribadi! Kata “KAMI” pada Yoh 14:23, jelas menunjukkan adanya kejamakan yang merupakan kata ganti orang bentuk jamak.

TEGUH HINDARTO:

Berikan pada saya bukti dari PL/TaNaKh bahwa Yesus adalah Anak Tuhan!

ALBERT RUMAMPUK:

Ini ayatnya dalam PL:

Maz 2:7, “Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘ANAK-KU engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”

Sekalipun PL misalnya tak menyebut Yesus sebagai Anak Tuhan, lalu apakah anda hanya mendasari imannya hanya pada PL? Di PB, sangat explicit mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah bahkan sebelum Dia di dunia, itu sudah cukup bagi saya tanpa mempertanyakan hal yang sama dalam PL. Mengapa? Karena saya yakin seluruh KS adalah Firman Tuhan!


TEGUH HINDARTO:

Anda tidak mengerti maksud saya rupanya. Adakah ayat yang mengatakan bahwa Bapa berbicara KEPADA ANAK ? Ayat-ayat yang Anda berikan menujukkan Bapa berbicara MENGENAI ANAK yang akan berinkarnasi. Kategori ayat tersebut adalah prophetik. Apakah Kejadian 1:27 mengatakan Tuhan berbicara kepada Anak dan Roh Kudus?

Hey...jangan nglindhur! Baca pertanyaan saya sebelumnya: “Berikan pada saya bukti dari PL/TaNaKh bahwa Yesus adalah Anak Tuhan!” Saya tidak bertanya “dimana ayat yang menyebutkan mengenai Anak Tuhan dalam PL!”

Yesus adalah Nama Sang Firman yang menjadi manusia (Mat 1:21, Yoh 1:14). Pra Ada Yesus adalah Sang Firman. Maka sebutan Anak dalam PL, sebagaimana saya katakan sebelumnya bersifat profetik. YHWH berbicara MENGENAI Anak Tuhan dan bukan berbicara KEPADA Anak Tuhan. Mazmur 2:7 adalah ucapan Daud yang menuliskan secara profestis mengenai Pra Inkarnasi Yesus

ALBERT RUMAMPUK:

Maz 2:7, “Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”

Ibr 1:5, “Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: ‘Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’ dan ‘Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?’”

Maz 2, sekalipun bicara tentang Yesus, juga bicara tentang raja-raja dunia (mis: Maz 2:1-3) yang menentang Tuhan / sang Mesias. Allah kemudian menaggapinya dengan tegas (ayat 4-6). Lalu dilanjutkan dengan nubuatan kehadiran Sang Mesias, Anak-Nya (ayat 7-9). Dan diakhiri dengan pembicaraan tentang raja-raja / manusia di dunia (ayat 10-12). Khusus ayat 7, perkataan Tuhan disitu jelas ditujukan bagi Sang Mesias / Anak-Nya! Bandingkan Ibr 1:5, “Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: ‘Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’ dan ‘Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?’”
Allah tak pernah mengatakan hal itu pada para malaikat yang manapun, tetapi hanya kepada Anak-Nya, sang Mesias! Menurut saya, disini Bapa bicara pada Anak.

Ibrani 1:8, “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran’”.

Maz 45:7-8, “Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu”

Kata “kepunyaan” pada Maz 45:7, tak ada. Bandingkan dengan versi Inggris:

KJV: “Thy throne, O God…”
NIV: “Your throne o Gad…”

Dalam ayat ini, Bapa bicara pada Anak! Bahkan Ibr 1:8 yang mengutip Maz 7, secara eksplisit menjelaskan tentang hal itu. Yesus sudah adalah Anak bahkan sebelum inkarnasi (bdk. Yoh 3:17).

Anda jangan mengalihkan esensi yang saya bicarakan; di ayat-ayat itu, Bapa bicara pada Anak. Jika anda menolak Maz 2 dan 45, silahkan lihat Ibr 1:8.

Pertanyaannya: apakah manifestasi yang satu bisa bicara pada manifestasi yang lain??

TEGUH HINDARTO:

Arogansi Anda yang membuat Anda tetap “pede” sekalipun konsep Ketuhanan Anda kacau balau. Mari kita lihat Yohanes 3:16-17 sbb: “Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Tuhan mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia”

Dari kutipan ayat di atas kita melihat bahwa TUJUAN Anak Tuhan diberikan adalah agar semua yang menerima dan percaya kepada-Nya tidak binasa. Kapan secara historis Anak-Nya dikaruniakan pada dunia? Menurut catatan historis, pada masa pemerintahan Herodes (Th 4 SM) sampai masa pemerintahan Pontius Pilatus (Th 31 Ms dst). Pra Ada Yesus adalah SANG FIRMAN yang melekat, setara, sehakikat dengan YHWH Sang Bapa (Kej 1:1-3, Mzm 33:6). Ketika Sang Firman itu MENJADI (inkarnasi) Manusia Yesus, disitulah sebutan Anak Tuhan berawal sebagaimana dikatakan dalam Yohanes 1:14 sbb: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”

Tidak disangkal bahwa Anak Tuhan dalam pengertian Pra Ada Yesus sebagai Sang Firman, telah ada sejak awal. Sebagaimana YHWH ada tanpa waktu, demikianlah Sang Firman dalam kekekalan telah bersama YHWH dan terlibat dalam penciptaan (Kej 1:3, Yoh 1:1-3). Dalam konteks inilah Sang Anak yang belum berinkarnasi yang lebih mengetahui isi hati YHWH, Bapa-Nya (Yoh 1:18). Namun mengatakan Yesus yang manusiawi (Firman yang berinkarnasi) sudah ada dalam kekekalan dalam wujud Yesus yang manusiawi, nampaknya harus ditinjau ulang.

Secara historis pula dikatakan bahwa anak Maria yang dikandung oleh Roh Kudus itu baru diberi nama YAHSHUA/YESHUA/YESUS pada zaman pemerintahan Herodes (Mat 1:21) dan bukan sejak kekekalan

ALBERT RUMAMPUK:

Yoh 3:16-17 adalah bukti bahwa Yesus sudah adalah Anak bahkan sebelum Dia berinkarnasi.

Anda katakan secara historis, Anak-Nya dikaruniakan pada dunia saat masa pemerintahan Herodes (Th 4 SM) sampai masa pemerintahan Pontius Pilatus (Th 31 Ms dst). Ya, jika itu ditinjau dari sisi manusianya; Sebagai manusia, Yesus memang memulai kemanusiaan-Nya sejak kelahiran-Nya di dunia. Tapi sebagai Anak Allah / TUHAN, Dia sudah ada sejak kekekalan masa lampau.

Perhatikan Yoh 3:17, “Sebab Tuhan mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia”

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa sebelum Allah mengutus Anak-Nya ke duania, Dia sudah adalah Anak (Bdk. Maz 2:7). Ingat, saya tidak pernah mengatakan bahwa manusia Yesus itu sudah ada sejak kekekalan masa lampau! Istilah “Anak Allah” itu sendiri, jelas menunjuk = Allah!

Pertanyaannya:

[1] Bukankah jika pra-Inkarnasi Yesus yang sudah adalah Anak Tuhan (yang sama dengan Allah), adalah suatu pribadi? Bukankah saat Bapa MENGUTUS Anak-Nya ke dunia, itu membuktikan bahwa Sang Anak adalah pribadi yang berbeda??

[2] Bisakah manifestasi/cara yang satu MENGUTUS manifestasi/cara yang lain?


TEGUH HINDARTO:

Apa Anda tidak membaca pernyataan saya sebelumnya: “Ketika kata “mengutus” diperuntukkan bagi Yesus oleh Bapa-Nya bermakna bahwa Sang Firman yang menjadi manusia bernama Yesus diutus untuk menyampaikan kehendak Sang Bapa yang roh itu melalui seluruh ajaran, perkataan dan sikap perilaku Yesus”

Apa Anda tidak membaca juga bahwa sebelumnya saya sudah mengatakan: “Tidak disangkal, berdasarkan bukti induktif ayat-ayat Kitab Suci bahwa Tuhan yang esa bersifat trinitaris. Apa yang trinitaris? BUKAN PRIBADINYA melainkan FUNGSINYA/KARYANYA. Jika Anda bersikukuh berpendapat ada “kejamakan pribadi” dalam diri Tuhan, bagaimana Anda menjelaskan pernyataan Yesus dalam Yohanes 8:42 dan Yohanes 15:26 bahwa Yesus dan Roh Kudus KELUAR dari Bapa? Jika ada kejamakan pribadi, seharusnya tidak dikatakan keluar dari Bapa, karena mereka masing-masing berdiri sendiri.

Jika Anda bersikukuh menafsirkan kata “mengutus” sebagai bukti bahwa Tuhan memiliki 3 pribadi, berarti Anda bukan hanya menyatakan bahwa 3 pribadi ketuhanan saling bercakap-cakap (ini syirk/avodah zarah namanya), Anda pun mengartikan status Anak Tuhan pada diri Yesus seperti saya memiliki seorang anak biologis yang menyuruh/mengurim/mengutus dia untuk sekolah ke luar negeri. Semakin kacau saja konsep ini jika berhadapan dengan Muslim dalam perdebatan.

ALBERT RUMAMPUK:

Anda sama sekali tidak menjawab bukti adanya 3 pribadi Allah dalam Yoh 3:17 dan 14:26 yang telah saya kaitkan dengan tuduhan anda yang kacau atas Mazmur 107:20 itu. Silahkan anda mengeksposisi ayat-ayat itu, buktikan bahwa kata MENGUTUS bukan menunjukkan pada pribadi lain yang diutus dan jangan lari ke ayat-ayat yang lain. Siapa yang bilang bahwa istilah Anak Tuhan untuk Yesus artinya = anak biologis?? DUSTA lagi! Saya semakin yakin bahwa anda tak layak menyandang status Pendeta, tetapi seharusnya PENDUSTA!

TEGUH HINDARTO:

Terkait istilah “pribadi”, apa Anda juga mengabaikan penjelasan saya sebelumnya: “Dan sekalipun Tuhan yang Esa itu bersifat Trinitaris thoh Yesus dan para rasul tidak pernah menyebutkan adanya istilah TRITUNGGAL dan TIGA PRIBADI? Nah, siapa yang membuat istilah yang tidak ada dalam Kitab Suci? Tidak disangkal bahwa Bapa memiliki kepribadian. Tidak disangkal Sang Firman yang menjadi manusia bernama Yesus (Yahshua-Yeshua) adalah berpribadi. Demikianlah Roh Kudus pun berpribadi. Namun sebutan 3 pribadi seharusnya diredefinisi karena istilah tersebut membuat kita telah berusaha MENJUMLAHKAN masing-masing pribadi yang sebenarnya satu saja yaitu Yahweh, Firman dan Roh-Nya. Sejak kekal Yahweh telah bersama Firman dan Roh-Nya (Kej 1:1)”

ALBERT RUMAMPUK:

Istilah Tritunggal memang tak ada dalam Alkitab, tetapi AJARANNYA ada! Anda hanya mementingkan / menyoroti pada penggunaan istilah dari pada ajarannya? Saya rasa andapun setuju jika istilah “esensi” / “hakekat” itu bisa menunjuk pada Tuhan yang jelas punya 1 substansi. Itu juga tak ada dalam KS. Dalam PL ajaran itu hanya samar-samar tapi di PB menjadi terang benderang. Anda sendiri mengakui bahwa Sang Anak, Roh Kudus dan Bapa adalah sesuatu yang berpribadi. Lalu mengapa tetap ngotot membantah bahwa Mereka hanya 1 pribadi?

Anda memberi Kejadian 1 sebagai dasar ayat yang menunjukkan bahwa Sang Firman sejak kekal sudah bersama Bapa? Ini lagi-lagi penafsiran yang kacau! Kata “firman” pada Kej 1:3, dst, bukan menunjuk pada “pribadi Anak”, tapi hanyalah “kata-kata / kalimat” Allah saja.

TEGUH HINDARTO:

Para teolog modern, berbeda pendapat menjelaskan istilah “Pribadi” (Yun : Hypostasis, Lat : Personae), secara berlainan dan tanpa penjelasan yang mendalam. Ada yang menamakan, “cara berada”, “oknum”, “pribadi (Ted Peters, God as Trinity, Westminster, John Knox Press, 1993, p.35).

Berangkat dari pluralisme pemahaman yang bertebaran disekitar istilah “Hypostasis” atau “Pribadi, maka DR. Budyanto mengusulkan suatu peninjauan kembali terhadap penggunaan istilah “Pribadi” dengan mengatakan: “Karena itu, menurut hemat penulis, kalau istilah ini pada akhirnya tidak dapat dihindarkan lagi, sebaiknya pengertian yang dipakai untuk istilah pribadi adalah, ‘suatu keberadaan sadar diri’ yang maknanya bisa menampung pengertian-pengertian tersebut (cat: “pribadi”, “Cara Berada”, “Tiga Subyektivitas dalam Unitas”, dll)… jika pengertian ‘pribadi’ itu seperti itu, maka pengertian pribadi yang dipakai sebagai bukti (ketuhanan) seperti diatas adalah tidak tepat, sebab kata pribadi itu justru dipakai untuk menunjukkan kekhususan dari sifat masing-masing, bukan kesamaan sifat” (Mempertimbangkan Ulang Ajaran tentang Trinitas, TPK, 2001, hal 63).

Sekali lagi, saya tidak sendirian dalam mempertanyakan istilah “pribadi” yang DIRUMUSKAN oleh gereja Abad IV yang sarat dengan muatan Helenisme.

ALBERT RUMAMPUK:

Ketidaksendirian anda bukan bukti bahwa ajaran anda itu benar!
Perhatikan kutipan dari Tulisan Pdt. Budi Asali mengenai pandangan para ahli teologia soal istilah “pribadi” tersebut:

Calvin (pada waktu ia berbicara tentang Allah Tritunggal dalam Yoh 1:1-2) menjawab pertanyaan tersebut sebagai berikut:

"And yet the ancient writers of the Church were excusable, when, finding that they could not in any other way maintain sound and pure doctrine in opposition to the perplexed and ambiguous phraseology of the heretics, they were compelled to invent some words, which after all had no other meaning than what is taught in the Scriptures. They said that there are three Hypostases, or Subsistences, or Persons, in the one and simple essence of God" (= dan penulis-penulis kuno dari gereja bisa dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain untuk mempertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk menentang penyusunan kata yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang sesat, maka mereka terpaksa menciptakan beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti lain dari pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada tiga pribadi dalam hakekat Allah yang satu dan sederhana).

Herman Bavinck (‘Our Reasonable Faith’, p 322) mengatakan sebagai berikut:
"It is of course self-evident that this confession of Nicea and Chalcedon may not lay claim to infallibility. The terms of which the church and its theology make use, such as person, nature, unity of substance, and the like, are not found in Scripture, but are the product of reflection which Christianity gradually had to devote to this mystery of salvation. The church was compelled to do this reflecting by the heresies which loomed up on all sides, both within the church and outside of it. All those expressions and statements which are employed in the confession of the church and in the language of theology are not designed to explain the mystery which in this matter confronts it, but rather to maintain it pure and unviolated over against those who would weaken or deny it" (= Jelaslah bahwa pengakuan iman Nicea dan Chalcedon tidak bisa dianggap infallible / tak bisa salah. Istilah-istilah yang digunakan oleh gereja dan theologinya, seperti pribadi, hakekat, kesatuan hakekat / zat, dan sebagainya, tidak ditemukan dalam Kitab Suci, tetapi merupakan hasil pemikiran yang secara bertahap / perlahan-lahan harus diberikan oleh kekristenan kepada misteri tentang keselamatan ini. Gereja dipaksa untuk melakukan pemikiran ini oleh bidat-bidat yang muncul dan mengancam dari semua sisi, baik di dalam maupun di luar gereja. Semua istilah dan pernyataan yang digunakan dalam pengakuan iman gereja dan dalam bahasa theologia, tidak dimaksudkan untuk menjelaskan misteri yang dihadapi, tetapi untuk menjaganya supaya tetap murni dan tak terganggu dari mereka yang ingin melemahkan atau menyangkalnya).

Bavinck melanjutkan lagi:
"There have been many, and there still are many, who look down upon the doctrine of the two natures from a lofty vantage point, and try to supplant it by other words and phrases. What differences does it really make, they begin by saying, whether we agree with this doctrine or not? What matters is that we ourselves possess the person of Christ, He who stands high and exalted above this awkward confession. But before long these same persons begin introducing words and terms themselves in order to describe the person of Christ whom they accept. ... And then history has taught that the terms of the attackers of the Doctrine of the Two Natures are far poorer in worth and force, and that they often, indeed, involve doing injustice to the incarnation as Scripture explains it to us" (= pernah ada banyak orang, dan sampai sekarang masih ada banyak orang, yang dari tempat yang tinggi dan menguntungkan, meremehkan / memandang rendah doktrin tentang 2 hakekat ini, dan mencoba untuk menggantinya dengan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang lain. Mereka memulainya dengan berkata: apa bedanya apakah kami menyetujui doktrin ini atau tidak? Yang penting adalah bahwa kami memiliki pribadi Kristus, yang berdiri jauh di atas pengakuan yang aneh ini. Tetapi sebentar lagi, orang-orang ini sendiri mulai memperkenalkan kata-kata dan istilah-istilah untuk menggambarkan pribadi Kristus yang mereka terima. ... Dan sejarah telah mengajar bahwa istilah-istilah dari para penyerang doktrin tentang 2 hakekat ini, jauh lebih jelek dalam nilainya dan kekuatannya, dan bahwa mereka bahkan sering terlibat dalam perlakuan yang tidak benar terhadap inkarnasi seperti yang dijelaskan oleh Kitab Suci kepada kita).


Pdt. Budi Asali: “Apa yang dikatakan Herman Bavinck ini memang tepat. Orang yang menolak istilah ‘pribadi’ dan ‘hakekat’ biasanya lalu menciptakan istilah sendiri yang ternyata jauh lebih jelek dari istilah ‘pribadi’ dan ‘hakekat’ ini.”

Saya juga tidak sendiri loh ! Saya jelaskan lagi, Istilah Tritunggal memang tak ada dalam Alkitab, tetapi AJARANNYA ada! Kami meninjau semua ayat-ayat dalam KS, ditafsirkan sedemikian rupa / dipelajari dan dari situ lalu muncullah istilah “Tritunggal” / “Pribadi”. Tuduhan anda yang memfitnah bahwa konsep Tritunggal sarat dengan muatan Helenisme, tak punya dasar KS. Saya tak mau menanggapi ajaran konyol seperti ini!

TEGUH HINDARTO:

Itulah bedanya Anda dengan saya. Anda orang beriman yang taat buta sehingga tidak membedakan antara iman dan teologia, antara teks Kitab Suci dengan tafsir. Saya TIDAK MEMPERTANYAKAN PERIHAL APAPUN MENGENAI KETUHANAN dalam Kitab Suci namun mengritisi sebagai tugas seorang rohaniawan dan ilmuwan karena istilah teologia dan istilah keagamaan yang membuat adalah manusia dan terbuka untuk dikritisi.

Tritunggal didefinisikan oleh Tertulianus sbb: UNA SUBSTANTIA TRES PERSONA atau MONO OUSIA TRES HYPOSTASIS, masihkah Anda menyangkal bahwa istilah ini bermuatan Helenisme? Para filsuf Yunani lebih tahu dari Anda perihal HYPOSTASIS dan OUSIA dan dengan bahasa yang sama, Tertulianus menggunakan terminologi itu untuk menjelaskan mengenai Bapa, Anak, Roh Kudus.

ALBERT RUMAMPUK:

Anda tak ubahnya seperti para Unitarian / Saksi Yehovah yang menggunakan Tertulianus sebagai dasar argument. Menurut ahli sejarah Philip Schaff, pencetus istilah itu (Triad) untuk Tritunggal yang kudus adalah Theophilus dari Antiokia yang mati tahun 181 M.Lagi-lagi anda hanya mempersoalkan penggunaan istilah, untuk apa? Menunjukkan anda seorang ILMUAN yang ROHANI?? Perduli amat dengan Tertulianus atau Theophilus, yang jelas ajaran Tritunggal ADA dalam KS!

TEGUH HINDARTO:

Albert: Anda memberi Kejadian 1 sebagai dasar ayat yang menunjukkan bahwa Sang Firman sejak kekal sudah bersama Bapa? Ini lagi-lagi penafsiran yang kacau! Kata “firman” pada Kej 1:3, dst, bukan menunjuk pada “pribadi Anak”, tapi hanyalah “kata-kata / kalimat” Allah saja.
--------------
Anda yang ling lung dalam menalar Tuhan khoq melempar tuduhan saya yang “kacau?” Lha memangnya yang berinkarnasi itu siapa? (Yoh 1:14) Bukankah Sang Firman? (Yoh 1:1-3) Nah, siapakah Firman itu? Bukankah Firman yang sama yang terlibat dalam penciptaan dalam Kejadian 1:3? DR. David Stern mengulas sbb: “The language echoes the first sentence of Genesis…thus the TaNaKh lays the groundwork for Yochanan’s statement that the Word was with God and was God’s (bahasa tersebut menggemakan kalimat pertama dari Kitab Kejadian…sehingga TaNaKh meletakkan dasar bagi pernyataan Yokhanan bahwa Sang Firman bersama Tuhan dan Firman adalah Tuhan) (DR. David Stern., Jewish New Testament Commentary, JNTP 1992, p.153)

ALBERT RUMAMPUK:

Yoh 1:1- “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Yunani: “En arche Ä“n ho logos kai ho logos Ä“n pros ton theon kai theos Ä“n ho logos”

Kata “Firman” dalam ayat ini, jelas berbicara tentang Yesus (lihat ayat 14-18). Yesus Kristus, sebelum hadir didunia, adalah “Sang Firman”, Allah yang kekal ! Tetapi, apakah kata “Firman” di ayat sama dengan Kej 1:1?

“Kata-kata ‘pada mulanya’ diterjemahkan dari ungkapan kata-kata bahasa Yunani ‘en’ yang berarti ‘di dalam’ atau ‘pada’ dan ‘arche’ yang berarti ‘purbakala’ (tanpa artikel), maka ini berarti purbakala itu tak terbatas (timeless existence). Ditambah pula dengan penggunaan bentuk ‘imperfect’ yaitu keterangan waktu ‘past continuous’ bagi kata ‘adalah’ (en), maka teranglah sudah yang dimaksudkan disini adalah masa lampau yang tak terbatas atau kekekalan masa lampau. Kata ‘bersama-sama dengan’ berasal dari kata ‘pros’ (face to face) yang dalam pikiran Yunani berarti satu kesatuan, menunjukkan bahwa Kristus yang adalah Firman itu bukan saja ada terus menerus di masa lampau yang tak terbatas (kekal), juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah” (Yesus Kristus Allah, manusia sejati, oleh Chris Marantika, Th.D, hal 15-16).

Kalimat “bersama-sama dengan Allah” dalam bahasa Yunani disebut “Pros ton Theon”, secara hurufiah berarti “berhadapan muka dengan Allah”, ini menunjukkan bahwa saat itu “Firman” dan “Allah” (Bapa) adalah 2 pribadi yang saling berhadapan muka.

Jadi, kata “Firman” dalam Yohanes 1:1, jelas berbicara tentang suatu pribadi yang berbeda dengan Allah (Bapa dan Roh Kudus). Itu berbeda dengan Kej 1:3 dimana kata "firman" pada ayat itu menunjuk pada "kata-kata" Allah saja. Keberadaan dari “Sang Firman”, merupakan keberadaan yang tanpa titik awal. Hal ini membuktikan bahwa “Firman” itu adalah Allah. 


SUMBER: http://www.facebook.com/notes/shem-tov/sekte-yahweh/463754383810

********
Sampai disini, Pdt. Teguh Hindarto sama sekali tak bisa membantahnya tetapi justru berkata: "Tidak ada argumentasi baru dari Albert Rumampuk selain argumentasi yang diulang-ulang plus literatur yang sudah dikritisi sebelumnya."

Saya kira, ini adalah 'amunisi' terakhir darinya, karena sudah tak bisa lagi menjawab argumentasi saya. Tentunya membuktikan betapa tidak berkwalitasnya seorang "M.Th" itu.

KESIMPULAN
Saya akan kembali memberi definisi Sabellianisme dan Doktrin Tritunggal menurut THE MOODY HANDBOOK OF THEOLOGI:

SABELLIANISME atau MODALISME: “Pengajaran ini berasal dari Sabellius (200AD), dan merupakan kesalahan yang berlawanan dengan Tri-teisme. Meskipun Sabellius berbicara tentang Bapa, Anak dan Roh Kudus, namun yang dimaksudkan adalah bahwa ketiganya itu hanya sebagai tiga bentuk eksistensi atau tiga manifestasi dari satu Allah. Pengajaran ini juga dikenal sebagai Modalisme karena pandangannya tentang satu Allah yang secara beragam memanifestasikan diri-Nya dalam tiga bentuk eksistensi: Bapa, Anak dan Roh Kudus”.

TRITUNGGAL: “Tritunggal terdiri dari tiga pribadi yang satu tanpa keterpisahan eksistensi,secara komplet bersatu untuk membentuk satu Allah. Natur ilahi hidup dalam tiga perbedaan – Bapa, Anak dan Roh Kudus.” (Paul Enns Th.M, Th.D – hal. 244).

Bandingkan dengan Ajaran Pdt. Teguh Hindarto:


“Tuhan Yang Esa dengan Tiga Maha Karya:

Mencipta, dipanggil sebagai Bapa
Menyelamatkan, dipanggil sebagai Putra
Menghibur dalam diri orang percaya, disebut Roh Kudus


Bukan pula tiga pribadi melainkan satu pribadi dengan tiga karya dan manifestasi kuasa. Mengapa satu pribadi ? Bapa, Putra dan Roh Kudus (YHWH, Firman-Nya, Roh-Nya) adalah satu pribadi dalam kekekalan, karena yang satu tidak ada dan diadakan lebih dahulu oleh yang lain.”

Ajaran Pdt. Teguh Hindarto ini, jelas merupakan Sabellianisme!


Berdasarkan ajaran dari empat 'Punggawa' (Pdt. Teguh Hindarto, Pdt. Yakub Sulistyo, Pdt Lukas Sutrisno dan Prof. Kristian Sugiyarto), pengagung nama Yahweh di Indonesia, saya mendapati bahwa  sekte ini pada umumnya menolak doktrin Allah Tritunggal yang tentunya sangat bertentangan dengan seluruh Kitab Suci. Dan karena itu, Yahwehisme adalah sebuah sekte sesat.